14. Cek-Cok

1502 Words
Sashi sama sekali tidak bisa memejamkan mata sama sekali. Rasa lelah dan kantuknya langsung hilang. Ucapan Mita--sang tante membuatnya banyak berpikir ulang tentang Kartika. Benarkah persahabatan mereka saat ini hanya di atas kertas? Kartika jelas menyembunyikan banyak hal tentang pabrik. Padahal, pada awalnya, Sashi sangat percaya pada sahabatnya itu. Mita pun menawarkan bantuan, ada keponakan dari pihak suaminya yang bersedia membantu jika diperlukan. Tentu Sashi harus berpikir bagaimana caranya untuk membuat perekrutan tenaga kerja baru. Tentu tidak mudah dan akan banyak pertanyaan dari Kartika. 'Atau bilang saja mau ada kerja sama dengan HijabQ milik Shofia ya?' Sashi masih bergelut dengan banyak pertanyaan dalam kepalanya. Hingga suara azan Subuh mengejutkan Sashi. Ia pun beranjak dari ranjang dan segera membereskan semua barang-barangnya. Sashi tidak mau ada yang tahu apa yang dikerjakan saat semua orang tidak ada di rumah. 'Gini caranya mending design yang aku buat, lebih baik ditunda dulu. Nggak masalah kalo bulan depan nggak keluarin produk baru dulu. Design untuk lomba lebih baik dikirim sekarang,' kata Sashi dalam hati lalu mengambil ponsel yang biasa digunakan untuk mengerjakan sesuatu itu. Sashi sangat sulit untuk mengerjakan pekerjaan untuk Shife dengan menggunakan komputer. Ia tidak bisa percaya pada setiap orang setelah hari nahas di masa lalunya itu. Kehilangan kepercayaan dari Sashi akan berakibat luar biasa fatal. Sashi akan memutuskan hubungan apa pun dengan orang itu. Dua puluh menit, akhirnya Sashi selesai mengirimkan design lomba itu. Padahal waktu lomba kurang lebih masih tiga minggu lagi. Sashi tidak peduli menang atau kalah. Ia hanya menuangkan ide saja dan tetap berkarya. "Sashi! Buka pintu!" Suara teriakan Adit dari luar pintu membuat Sashi sangat terkejut. Aditya tidak membawa kunci rumah saat pergi ke rumah sakit kemarin. Ia memang tidak terbiasa membawa kunci rumah karena setiap pulang atau pergi dari mana pun selalu ada orang di rumah. Aditya merasa kesal setelah beberapa waktu mengetuk pintu dan tidak ada jawaban. Sashi membuka pintu kamar setelah selesai menyimpan semua barang pribadinya. "Mas Adit, maaf, jangan teriak-teriak. Ini kompleks perumahan bukan kompleks hutan belantara." Suami Mirna menegur kelakuan Aditya yang tidak pantas. "Lagi pula, sabarlah sedikit, siapa tahu Sashi kecapean. Dia habis dihajar sama mama kamu itu," lanjutnya yang masih bisa terdengar oleh Sashi dari balik pintu ruang tamu. "Jangan ikut campur masalah keluarga kami, Pak. Atau saya akan balik laporkan Bapak ke polisi karena ikut campur dan membuat berita tidak benar," jawab Aditya dengan kesal. "Silakan saja. Bukti-bukti sudah ada jika Bu Santika melakukan kekerasan pada Sashi kok. Lagi pula, sudah dilaporkan ramai-ramai oleh warga perumahan ini." Suami Bu Mirna langsung masuk ke dalam rumah setelah mengatakan hal mengejutkan pada Aditya. Sashi jelas mendengar obrolan dua laki-laki berbeda usia itu. Sashi berusaha menahan napas dan menetralkan mimik wajahnya. Sashi bahkan belum gosok gigi dan mencuci wajah. Penampilan yang sangat meyakinkan jika baru saja bangun tidur. "Sashi!" Teriakan Aditya menggema sambil menggedor pintu ruang tamu. Sashi pun seolah-olah baru saja datang dan segera membuka pintu. Aditya menatap wajah Sashi dengan geram. Banyak tetangga yang pagi ini mendadak keluar rumah. Aditya seolah menjadi pusat perhatian. Suami Sashi itu langsung membanting pintu karena sangat kesal. Sashi berusaha tampak biasa saja hingga Aditya mendekat ke arahnya. Tatapan sang suami seperti menguliti. Aditya sangat marah kali ini. "Sebenarnya, siapa yang mengunggah video itu di internet? Kamu tahu, namaku langsung jelek." Aditya terbiasa melempar kesalahan pada orang lain. "Aku tidak tahu ada berita apa di media sosial saat ini. Kamu lihatkan, ponselku hanya ponsel lawas yang jarang dipakai untuk membuka media sosial," kata Sashi berusaha tidak takut pada sang suami. Aditya mengembuskan napas panjang karena sangat kesal. Ucapan sang istri ada benarnya jika tidak tahu menahu siapa yang mengunggah video berdurasi hampir tiga menit itu. Tentu ada orang yang diam-diam mengambil gambar mereka berdua saat kejadian. Aditya langsung menoleh ke arah rumah Mirna. "Seberapa dekat kamu sama Mirna?" Bukan sebuah pertanyaan melainkan tuduhan Aditya jika sang istri dekat dengan tetangga mereka. "Bu Mirna? 'Kan hanya sebatas tetangga. Aku juga jarang keluar rumah kalo nggak penting banget. Lagian apa hubungannya sama Bu Mirna. Mereka tahu video itu dari sosial media. Coba kamu cari pakai apalah biar ketahuan siapa yang menyebarkan video itu. Jangan melempar bola panas. Aku yakin keluarga besarku sudah tahu," kata Sashi tanpa mengecilkan suara karena terpancing emosi oleh Aditya. "Apa? Kamu mengancamku? Tidak akan semudah itu. Ingat, berani salah satu keluargamu ikut campur, maka aku akan menceraikan kamu!" Aditya tidak sadar dengan apa yang baru saja diucapkannya itu. Sashi hanya terdiam kali ini. Aditya sedang terpancing emosi. Pun saat di rumah sakit, ia sangat marah pada sang mama. Wanita yang telah melahirkannya itu membuat masalah. Masalahnya tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk mendapatkan solusi. "Kamu mau sampai kapan akan berlindung di belakang Sultan Anggara? Dia bukan papa kandungmu. Papa kandungmu itu seorang tukang zina dan penjahat kelas kakap dan akhirnya mati di penjara." Aditya mengeluarkan kata-kata pedas dan sangat menyakiti hati sang istri. Air mata Sashi langsung keluar tanpa aba-aba sama sekali. Hati wanita mana yang sanggup mendengar penghinaan untuk mendiang ayah mereka. Terlepas dari apa pun dosa semasa hidup beliau, rasanya tidak pantas jika sesama manusia justru menghina mereka yang telah tiada. Apakah Aditya jauh lebih baik dari Arsa Subiato? "Mas, aku tahu, mendiang Papa itu sangat buruk di mata setiap orang. Tapi, asal kamu tahu, Papaku tidak pernah menilaimu dan juga semua anggota keluargamu itu buruk," jawab Sashi dan membuat Aditya terkejut. Keluarga mereka sudah saling kenal sejak lama, hanya saja tidak dekat. Baru setelah Amelia menikah dengan Sultan, Santika berusaha menjadi teman dekat mama Sashi itu. Ada tujuan terselubung yang hingga saat ini tidak disadari oleh Amelia. Padahal, Arsyila sudah beberapa kali memberikan kode jika Santika bukanlah orang baik. Kode-kode itu rupanya tidak ditangkap baik oleh Amelia. Sebaliknya, ibu lima anak itu menganggap jika Santika orang baik. Meski, beberapa waktu ini banyak sekali masalah yang timbul. Amelia pun sedikit menjauh dari besannya itu. "Baguslah kalo kamu sadar," kata Aditya tidak mengenakkan hati Sashi dan justru menambah amarah sang istri. "Sadar kamu bilang? Emang, Mama kamu itu bagaimana, Mas? Dari ujung ke ujung kompleks ini hanya membicarakan keburukan Mama kamu. Lantas aku harus sadar? Apa yang harus aku sadari?!" Sashi tidak bisa lagi menerima ucapan Aditya yang sangat menyesakkan d**a. "Aku nggak peduli jika kamu hina aku, tapi ketika kamu bawa-bawa orang tuaku, maka aku nggak akan segan untuk membalas ucapanmu!" bentak Sashi tanpa peduli jika tetangga mendengarkan. "Kamu udah berani sama aku, Hah?!" Aditya tidak terima saat mendengar ucapan Sashi lantas mencengkeram dagu sang istri. "Satu kata menghina Mamaku, maka, kamu ...," ucap Aditya terpotong dan menghempaskan wajah Sashi dengan kasar. "Aduh!" Sashi rupanya terbentur dinding dan kepalanya berdarah. Benturan kepala Sashi yang mengenai dinding lumayan keras. Sontak, suami Mirna dan yang lainnya langsung mendobrak paksa rumah Santika. Benar saja, Sashi tergeletak dan kepalanya berdarah. Bapak-bapak itu langsung menangkap Aditya dengan cepat. "Amankan dia. Apa aku bilang, dia pasti udah lama nyiksa bininya. Lihat saja, Sashi babak belur kaya gini," kata suami Mirna sambil mengambil gambar keadaan Sashi karena terbentur dinding dan mengakibatkan berdarah pada kepala bagian belakangnya. "Hmm ... rupanya kamu yang mengunggah video Mamaku dan Sashi. Lihat saja aku akan balas perbuatan kamu yang ikut campur masalah rumah tanggaku." Aditya menuduh Heru--suami Mirna yang mengunggah video kekerasan yang dilakukan oleh Santika pada Sashi. Tidak ada yang menjawab ucapan Aditya. Mereka fokus menghubungi pihak kepolisian. Mereka ingin Aditya dan ibunya masuk bui karena memperlakukan Sashi dengan kasar. Mereka semua sudah muak bertetangga dengan Aditya. "Polisi akan tiba sebentar lagi. Ini gimana? Sashi pingsan," kata salah satu yang menolong Sashi. Benar, benturan di kepala membuat Sashi pusing dan pandangan mendadak gelap. Entahlah, setelah itu Sashi tidak sadarkan diri. Darah yang keluar dari kepalanya juga semakin banyak dan membuat Aditya panik. Sial! Masalah baru selalu timbul. "Kita bawa ke rumah sakit terdekat. Biar saya dan Bu Mirna yang temani Sashi, Bapak-Bapak awasi saja Aditya ini." Suci mengajak Mirna untuk membawa Sashi ke rumah sakit. Tidak ada yang tahu bagaimana keadaan Sashi saat ini. Mungkin lukanya luar biasa besar atau entahlah. Sebab, tidak sebanding besarnya tenaga Sashi dan sang suami. Aditya jauh lebih kuat daripada Sashi. Sementara itu, kejadian yang menimpa Sashi memang langsung disampaikan pada Sultan. Heru mengenal Sultan dengan baik, karena pernah bekerja di salah satu perusahaan milik Sultan. Meski saat ini Heru memilih membuka usaha bersama sang istri, hubungan mereka masih sangat baik. Sultan meminta Heru agar mengawasi Sashi yang berada di rumah Santika sebagai menantu. "Nggak kebayang gimana ngamuknya, Pak Sultan kalo tahu anak kesayangannya sampai kaya gini." Heru sengaja memancing emosi Aditya. "Pak Sultan kalo udah marah, usaha kamu bisa hancur tuh. Usaha masih nebeng mertua aja gegayaan nyiksa bini. Ingat, tahu diri itu jauh lebih baik," hina Heru dengan pedas. "Ada apa ramai-ramai sepagi ini?" Pertanyaan dari depan pintu rumah Aditya itu membuat semua orang menoleh ke arahnya. Aditya dan yang lainnya terkejut melihat kedatangan sosok tersebut. Mereka memang sudah lama tidak bertemu. Entah bagaimana pagi ini bisa sampai di rumah ini. Sosok itu menatap Aditya penuh tanda tanya. "Mana Sashi?" tanyanya pada Aditya dan membuat laki-laki itu pucat pasi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD