13. Viral

1564 Words
Arsyila, kakak ipar Amelia kini berdiri di depan laki-laki yang kini tampak tersenyum licik. Ia sudah menduga jika suami keponakannya pasti akan melakukan permainan kotor. Permainan lama yang memuakkan. Anak dan ibu sama saja, mereka sama-sama suka bermain api. "Mendengar ucapan kamu, justru menunjukkan jika video itu benar adanya." Arsyila tersenyum penuh intimidasi. "Kalo begitu, aku ingin tahu, bagaimana reaksi Sultan setelah ini. Yang aku tahu, dia bisa kapan saja memutus hubungan kerja dengan orang-orang yang bermasalah. Apalagi masalahnya menyangkut anak-anaknya," lanjut Arsyila membuat Aditya terkejut. Jangan lupakan siapa Sultan Anggara. Laki-laki yang bisa sesuka hati memutuskan hubungan kerja. Orang yang tidak pernah mempermasalahlan kekurangan uang. Tidak ada kata kekurangan uang meski usaha milik Sultan merugi. "Sa-saya ...." Aditya tidak bisa melanjutkan ucapannya karena gugup. "Kenapa? Tidak bisa bicara? Bukankah video kekerasan yang dilakukan oleh ibumu sangat menyeramkankan?" Arsyila tertawa setelah mengatakannya dengan nada sinis. "Oh, ayolah, jangan mendadak memasang wajah takut. Kamu salah memilih lawan, anak muda," lanjut Arsyila dengan sombong. Ternyata, Santika datang ke rumah sakit ini. Ia sengaja menunggu di balik pintu kamar sang anak bungsu. Saat hendak masuk, Santika mendengar suara Arsyila. Mereka bermusuhan sejak lama karena masalah pribadi di antara mereka berdua. "Aku akan beri kabar pada Sultan Anggara, anak kesayangannya jadi samsak hidup di rumah mertuanya. Ah, ya, apakah kamu yang merekam kejadian itu? Wow! Satu kata! Hebat! Tapi, kehebatan kalian dengan menyiksa Sashi akan dibayar mahal setelah ini," lanjut Arsyila dan berbalik badan. Santika terkejut dan tidak persiapan untuk sembunyi. Nahas, ia justru menabrak perawat yang membawa banyak obat. Obat itu jatuh berhamburan dan ada yang pecah. Astaga! Masalah baru untuk Santika sudah di depan mata. "Kalo jalan itu lihat-lihat, Sus!" Santika merasa menjadi korban saat ini. "Saya sudah hati-hati, dan Anda berbalik badan sesuka hati. Bisa dilihat dari rekaman cctv ruangan ini. Anda juga harus mengganti semua obat yang berhamburan ini," kata perawat itu tidak mau kalah. Arsyila tertawa sangat puas melihat Santika. Ia lantas mendekat untuk menghina mantan sahabat kurang ajar itu. Arsyila lantas mendekati wanita yang baru saja beranjak dari lantai. Santika tidak menyadari jika ada Santika. "Hmm ... harga obat ini kurang lebih empat setengah juta per botolnya. Kalikan empat botol yang pecah. Ck! Minimal dua puluh lima juta rupiah untuk menggatinya." Santika terkejut mendengar ucapan Arsyila yang saat ini tersenyum menyebalkan. "Iya, sekitar itu, Bu," kata perawat itu dengan wajah kesal pada Santika. "Mintalah ganti. Dia dari keluarga kaya raya. Baru saja, dia viral di media sosial. Viral karena menyiksa keponakan saya. Keponakan saya jadi samsak hidupnya. Namanya Santika Dewangga," kata Arsyila dengan wajah penuh kepuasan. Santika mengepalkan tangan mendengar ucapan Arsyila. Saat ini bukan saatnya untuk berdebat dengan wanita gila itu. Wanita yang tidak bisa move on dari mantan suaminya. Arsyila bukan belum move on, hanya saja sudah malas membuka hati untuk laki-laki lain. Arsyila lantas meninggalkan Santika yang sedang marah. Wanita itu tidak akan berkutik saat ini. Kesalahannya sangat besar ketika menampar dan menendang Sashi. Ia tidak berpikir, Sultan dan Amelia pasti akan marah besar. "Mama! Apa yang terjadi?!" bentak Aditya yang baru saja keluar dari kamar rawat inap sang adik. "A-Adit, tolong, Mama, Nak. Mama memecahkan semua obat ini. Tapi, Mama tidak sengaja," kata Santika dengan wajah memelas. "Sengaja atau tidak, tetap harus mengganti. Mama ganti saja pakai uang Mama. Aku harus biayai pengobatan Tami," kata Aditya langsung masuk ke dalam ruangan Tami. Aditya tidak mau berurusan dengan masalah Santika. Bukan nominal uang yang sedikit jika harus membayar obat-obatan yang berserakan di lantai. Sesekali, biarkan Santika bertanggungjawab dengan perbuatannnya. Wanita paruh baya itu akhirnya harus mengganti obat-obatan itu dengan harga fantastis. Sementara itu, Sashi baru saja pulang dari salah satu rumah kerabatnya. Mita--salah satu saudara mendiang Arsa. Sashi mengadukan segala hal tentang Kartika. Mita memberikan solusi agar ada orang lain juga yang memegang keuangan mereka. 'Kamu harus bisa cari orang yang bisa kamu percaya untuk memegang keuangan pabrik.' Ucapan Mita masih tersimpat rapi di kepala Sashi saat ini. Sashi memang pada akhirnya mengaku pada Mita jika Shife adalah miliknya. Sashi memohon kepada Mita agar merahasiakannya. Sebab, akan berpengaruh buruk pada keluarga sang suami. Keluarga Aditya sangat toxic dan akan memerasnya habis-habisan. Bukan itu masalah utamanya, Santika adalah salah satu orang yang berbahaya. Mita tahu akan hal itu. Banyak kejanggalan dari wanita itu dalam memperoleh semua kekayaannya. Banyak dugaan jika Santika mencuri salah satu aset mendiang Salina. Hanya saja, hingga saat ini belum ditemukan bukti itu. Mertua Sashi sangat lihai dalam menyembunyikan masalah. Sayang, Mita memilih pensiun dini menjadi polisi karena alasan kesehatan. Pukul sepuluh malam, Sashi baru saja tiba di rumah. Rumah sangat sepi dan gelap gulita. Saat membuka gerbang, ada beberapa tetangga yang kebetulan masih duduk-duduk di teras mereka. Tentu, mereka semua menyapa Sashi dengan hangat. "Mbak Sashi baru pulang?" tanya salah satu bapak-bapak yang kebetulan melihat Sashi. "Iya, Pak." Sashi hanya menjawab singkat pertanyaan itu. "Kalo ada masalah, atau kembali terjadi kekerasan, laporlah pada ketua RT. Jangan diam saja karena kami juga akan bertindak. Kekerasan dalam rumah tangga itu tidak dibenarkan." Bapak tersebut membuat Sashi terkejut. Dari mana mereka semua tahu? Padahal Sashi sama sekali tidak berteriak atau menangis kencang. Rasanya tidak mungkin jika Santika yang mengatakannya. Sang suami juga tidak melihat saat kejadian. "Iya, Mbak. Sudah lama kami curiga sama Bu Santika. Banyak yang bilang kalo orangnya sangat kasar. Makanya toko emasnya iti sepi sekali," kata Bu Mirna--istri pemilik rumah sebelah kanan rumah Aditya. "Tidak, Bu, saya ...." Sashi mengembuskan napas dan tidak melanjutkan ucapannya. Mereka tahu, ini sangat berat untuk Sashi. Gegas, Bu Mirna mendekati Sashi. Sekedar memberikan dukungan secara moril dengan pelukan. Tidak mudah menjadi menantu di keluarga orang lain bagi seorang perempuan. "Tenanglah, ada kami semua di sini. Kalo apa-apa teriak biar kami datang," kata Bu Mirna yang memang tahu karakter Santika. Santika adalah orang paling frontal dan pemberontak di kompleks perumahan ini. Selalu mencari masalah dengan siapa saja. Dulu, rumah ini hanya sebuah bangunan sederhana. Akan tetapi, tidak lama menjadi sebuah rumah mewah. Konon, menurut berita, Santika mendapatkan harta warisan. Warisan dari siapa, tidak ada yang tahu. Semua yang dimiliki keluarga Aditya itu serba mendadak dan menimbulkan kecurigaan. Wajar jika orang lain curiga. "Baik, Bu. Maaf, saya masuk dulu. Saya sangat lelah." Sashi melepaskan pelukan Bu Mirna. "Kamu sudah makan? Kalo belum, biar saya ambilkan makan untuk kamu. Tetangga akan berjaga dan mengawasi rumah kamu sampai Aditya dan ibunya pulang," kata Santika dan membuat Sashi terkejut. "Tidak usah repot, Bu. Saya bisa masak sendiri nanti setelah mandi." Sashi merasa sungkan untuk merepotkan tetangga. "Bu, maaf, saya mau langsung kunci pintu," kata Sashi yang menolak halus tawaran kebaikan Bu Mirna. Bu Mirna pun paham, sifat Sashi berbeda dengan semua anggota keluarga rumah ini. Padahal, jelas Sashi dari kalangan anak orang kaya. Akan tetapi, selalu merasa biasa saja. Berbeda dengan Tami atau kakak pertama Aditya yang gayanya seperti anak orang paling kaya di dunia. Sashi mengembuskan napas lega setelah selesai mandi. Ia duduk di tepi ranjang dan membuka ponselnya. Sial, benda pipih itu mati karena kehabisan daya. Sashi segera mengisi daya ponsel lawasnya itu. Masih ada satu ponsel yang disimpan Sashi. Ia pun memakai ponse rahasia itu. Sashi memastikan jika tidak akan ada orang yang datang ke rumah ini, terutama Aditya. Untuk memastikan, Sashi pun mengunci pintu kamarnya dari dalam. 'Apa ini?!' Sebuah kejutan saat baru saja membuka media sosial. Video Santika menampar Sashi viral dan entah siapa yang mengunggah di media sosial seperti ini. Pantas saja, tetangga semua tahu dan mendadak menjadi perhatian. Sashi hanyut dalam media sosial itu. Luar biasa, banyak komentar yang sangat peduli pada Sashi. Banyak orang yang menandai akun Sultan Anggara dan saudara Sashi lainnya. Astaga! Sashi memang tidak punya akun media sosial dengan nama yang sebenarnya. Adapun akun media sosial, tetapi jarang dimainkan. Sashi sangat menjaga privasi hidupnya sejak lama. Malam semakin larut, kali ini Kartika tidak bisa memejamkan mata. Ia masih memikirkan siapa orang yang telah mencuri dengar obrolan mereka berempat tadi. Gawat jika ada yang sampai mengetahuinya. Dering ponsel di atas nakas membuat Kartika terkejut. "Halo!" "Ada apa, Mas?" "Kamu di mana?" "Di apartemen." "Aku datang." Panggilan tersebut langsung dimatikan sepihak oleh laki-laki yang beberapa waktu ini menjalin hubungan dengan Kartika. Wanita muda yang hingga saat ini belum menikah itu terlalu buta pada cinta. Padahal, ia hanya dimanfaatkan saja secara finansial oleh laki-laki itu. Trik jitu laki-laki zaman sekarang untuk hidup enak tanpa harus susah payah bekerja. Tidak lama, laki-laki itu telah sampai di apartemen Kartika. Apartemen yang dipinjamkan oleh Sashi rupanya dibuat m***m oleh dua orang bodoh itu. Mereka tidak sadar, andai Sashi tahu, pasti akan diusir. Mereka sangat menjijikkan karena bukan pasangan suami dan istri sah. "Kamu sudah siap?" tanya laki-laki itu yang langsung menerkam Kartika seperti seekor singa yang lapar. Mereka terbiasa melakukan hal menjijikkan itu. Kartika buta dengan cinta yang dianggapnya luar biasa itu. Laki-laki hanya memanfaatkan uangnya saja. Kartika tidak berani menujukkan ke publik karena takut mendapatkan hujatan. "Mas, mau sampai kapan kita seperti ini? Sembunyi-sembunyi seperti maling." Kartika mengerucutkan bibir karena kesal tidak mendapatkan kepastian. "Sebentar lagi, setelah usahaku naik. Aku janji akan menikahimu setelah ini." Laki-laki memang pandai menipu dengan lancar. "Kamu bisa transfer aku tiga ratus juta? Aku harus mengembangkan usaha agar kita bisa segera menikah," rayunya dan membuat Kartika bodoh seketika. Tanpa pikir panjang, Kartika langsung mengambil ponsel dan mentransferkan uang yang diminta sang kekasih. Bodoh, Kartika tidak sadar jika telah dimanfaatkan oleh kekasihnya itu. Laki-laki itu hanya memanfaatkan tubuh molek Kartika dan yang utama adalah uang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD