12. Melempar Masalah

1520 Words
Aditya asyik berkutat dengan media sosialnya tanpa menyadari jika perawat memanggil. Entah berapa kali nama Aditya dipanggil dan tidak merespons. Otak dan jari-jamarinya sibuk mencari siapa nama pengunggah video itu. Orang akan tahu jika Santika adalah orang yang melahirkannya. Tami sudah dipindahkan ke ruang rawat kelas dua. Tidak ada konfirmasi dari pihak keluarga dan membuat pihak rumah sakit mengambil keputusan. Ruang rawat kelas satu sudah penuh. Hanya tinggal satu ruangan kelas dua saja. Sementara itu, Sashi kali ini pergi ke pabrik Shife tanpa mengabari Kartika. Ia sengaja membuat kejutan. Sayang, sahabat baiknya dari zaman sekolah dasar itu tidak ada di ruangannya. Sashi berusaha mencari Kartika di setiap tempat. Sashi bisa leluasa masuk ke pabrik karena mempunyai kartu khusus yang diberikan oleh Kartika. Kartu khusus tamu dan bisa masuk untuk menemui Kartika kapan saja. Hanya ada tiga kartu yang dibuat oleh Kartika sesuai permintaan Sashi. Dua orang pemegang kartu itu tidak diketahui oleh Sashi. "Kita bisa mendapatkan keuntungan tanpa diketahui oleh pemilik pabrik ini. Aku akan memeras keluarga Utami. Siapa suruh dia main-main dan menuliskan hal yang tidak pantas. Anak muda itu perlu diberikan pelajaran," kata Kartika dalam sebuah ruangan. Sashi langsung menghentikan langkah dan mendengarkan obrolan mereka. Mereka semua tidak menyadari keberadaan Sashi di tempat ini. Mereka tampak serius membahas masalah yang sedang ramai di media sosial. Hingga ucapan Kartika kali ini membuat Sashi terkejut. "Sebenarnya, tidak ada kerugian yang dialami oleh Shife. Hanya saja, aku ingin mendapatkan uang lebih saja. Nanti kita bagi-bagi uang itu. Kalo dapat dua ratus milyar, maka per orang akan mendapatkan seperempatnya. Uang yang sangat menggiurkan bukan?" tanya Kartika pada teman mengobrolnya. 'Jadi, mereka ada empat orang?' batin Sashi saat berhasil mengintip keempat orang yang bekerja di pabrik ini. Sashi tidak hafal nama ketiga orang itu. Ia akan bertanya pada Kartika nanti. Obrolan mereka semakin seru saat membahas uang. Uang membuat mereka bahagia rupanya. "Ya, sudah, kita akan bahas lagi besok." Ucapan Kartika membuat Sashi tersadar dan harus segera meninggalkan tempat ini. Nahas, Sashi justru menjatuhkan ponsel lawasnya. Bunyi benda jatuh ke lantai membuat Kartika menyadari ada yang mencuri dengar obrolan mereka. Sashi dengan cepat mengambil ponselnya dan bersembunyi. Benar saja, Kartika mencari keberadaan orang yang baru saja mencuri dengar obrolan mereka berempat. "Aku yakin ada orang di sini." Kartika menatap ke semua bagian depan ruangan kecil yang mereka pakai rapat tadi. Tidak ada tanda-tanda jika ada orang lain selain mereka berempat. Akan tetapi, Kartika tidak percaya begitu saja dengan apa yang dilihatnya saat ini. Pasti ada orang lain selain mereka. Kartika pun menatap ke arah kamera cctv. "Kita ke ruang cctv, kita lihat siapa yang datang ke sini." Kartika mengajak ketiga rekannya untuk datang ke ruangan cctv. Perasaan Kartika mendadak tidak enak. Seperti ada firasat buruk yang akan menimpa dirinya. Entahlah, dadanya berdebar sangat cepat. Napas Kartika pun mendadak terengah. "Pak, tolong buka rekaman cctv ruangan X15. Siapa yang baru saja lewat di sana," kata Kartika saat mereka baru saja sampai di ruangan rekaman cctv pabrik ini. "Ruangan X15? Maaf, Bu Tika, saya baru saja mau lapor, untuk kamera cctv di sana rusak. Saya pikir tidak masalah, karena sangat jarang dilewati orang selain, Anda." Umar--petugas jaga ruangan rekaman cctv itu membuat Kartika terkejut dan tidak percaya. "Minggir kamu, biar aku yang buka," kata Kartika yang tidak percaya dengan ucapan pegawai itu. Sementara itu, Sashi segera keluar dari persembunyianya. Ia bersembunyi di dekat lemari yang berisi berkas lama. Kartika tidak akan melihat ke arah lemari itu. Padahal letaknya sangat dekat dengan ruang X15. 'Untung mereka nggak lihat.' Sashi kini berusaha menuju ke depan ruangan Kartika sebelum wanita itu datang. Sashi tidak mungkin meninggalkan pabrik ini. Cepat atau lambat, Kartika pasti menyadarinya. Sashi merasa bodoh dan kali ini sadar jika ada kamera cctv. Astaga! Ia merasa sangat bodoh saat ini. Satu jam menunggu, akhirnya Kartika datang. Wanita muda itu tampak sangat kaget karena melihat Sashi duduk di depan ruangannya. Kartika sempat curiga jika orang tadi Sashi. Akan tetapi, istri Aditya itu wajahnya tampak memerah dan ada cap lima jari. "Sa-Sashi ... kamu baik-baik saja?" Kartika gugup saat melihat istri Aditya tampak tidak baik-baik saja. "Kamu sudah lama di sini?" tanya Kartika ingin tahu. "Ya. Satu jam, aku duduk di sini. Ada banyak yang ingin aku utarakan. Baru saja, aku mendapatkan amukan dari mertuaku," adu Sashi tidak sepenuhnya berbohong. "Astaga! Masuklah, kita bicara di dalam." Kartika langsung membuka pintu ruang kerjanya. Kartika tidak tahu sama sekali apa yang menimpa Sashi. Wanita yang berjalan perlahan di belakangnya itu jelas sedang tidak baik-baik saja. Sashi tidak terbiasa menampakkan wajah datar. Berbeda dengan saudara kembarnya yang selalu menunjukkan wajah datar pada siapa pun. "Sash, kamu mau minum apa? Biar office girl buatkan. Atau kamu mau makan siang? Sudah sarapan?" Pertanyaan beruntun dari Kartika membuat Sashi paham satu hal. Kartika gugup saat ini. Mengalami gugup jika menyembunyikan sebuah kebusukan dan sangat mudah bagi Sashi akan tahu. Kartika tidak tahu jika diam-diam, Sashi memantau. Lebih tepatnya ketika ada sosok laki-laki yang datang ke pabrik ini. Sebab, Sashi seperti mengenal sosok itu. "Aku nggak lapar, hanya pengen curhat saja." Sashi mengembuskan napas perlahan. "Aku nggak tahu, kenapa Mamanya Mas Aditya sangat kasar padaku. Aku hanya ingin membantu Tami agar mendapatkan perawatan terbaik. Tami sedang sakit, sakitnya itu lumayan parah dan harus di rumah. Ya, hanya karena masalah itu aku mendapatkan tamparan juga tendangan," adu Sashi tidak sepenuhnya berbohong. Kartika tampak sangat terkejut mendengar cerita dari Sashi. Ia tidak menyangka jika calon korbannya sakit parah. Lantas bagaimana kelanjutan rencana mereka berempat. Kartika mengusap wajah dengan kasar. "Maaf, ya, Tik, aku datang-datang malah curhat masalah pribadi gini. Mertuaku mengungkit masa lalu mendiang papaku. Astaga! Aku bahkan susah payah berusaha melupakan kenangan buruk itu. Aku masih ingat, Arusha hampir saja menjadi korban." Sashi sedikit mendramatisir keadaan. "Entahlah, aku tidak tahu, akan sekuat apa mempertahankan rumah tangga bersama Mas Aditya," lanjut Sashi tanpa basa-basi. "Jangan ngomong gitu, mungkin saja mertua kamu lagi stres aja. Makanya kelepasan kasar, biasanya kalo cerita dari kamu, hanya mulutnya aja yang pedes 'kan?" tanya Kartika dan membuat Sashi menggedikkan bahu dengan cepat. Mereka lumayan lama mengobrol hingga hari siang. Sashi pun akhirnya pamit pada Kartika. Ia tidak langsung pulang ke rumah. Ada orang lain yang akan ditemuinya. Obrolan bersama Kartika, membuat Sashi menyimpulkan sesuatu. Ada hal yang tidak beres dalam keuangan pabrik. Kartika tidak sepenuhnya jujur. Pasti ada aliran dana yang tidak jelas tanpa sepengetahuan Sashi. Sementara itu, Aditya terpaksa harus berada di rumah sakit dalam satu hari ini. Keadaan Tami tidak baik-baik saja. Berulang kali menghubungi sang mama, tetapi tidak ada jawaban sama sekali. Ponsel sang mama mati atau entahlah. "Mas Adit." Tami sudah membuka mata saat ini dan suaranya sangat lemah. Aditya menoleh ke arah sang adik dan menatapnya iba. Baru kali ini Tami terbaring tidak berdaya. Aditya tidak tega melihat banyaknya alat medis yang menempel pada tubuh sang adik. GERD yang dialami oleh Tami kali ini lumayan parah. "Kamu mau minum?" tanya Aditya sambil menunjuk ke arah gelas yang berisi air mineral dari rumah sakit ini. Tami menggeleng karena merasakan sekujur tubuh sakit luar biasa. Kepalanya sakit, nyeri persendian, mual, dan rasa tidak nyaman lainnya. Tami seperti mayat hidup yang sangat tersiksa saat ini. Aditya mengelus puncak kepala sang adik. "Tenanglah, aku yang akan bayar biaya rumah sakit ini. Berjuanglah untuk sembuh. Abaikan semua masalah, selesaikan nanti saat sudah sembuh." Aditya mengisyaratkan jika tahu masalah yang menimpa sang adik. Tami meneteskan air mata. Ia tertekan dan membuat asam lambungnya kembali naik. Efek asam lambung membuat Tami tidak sadarkan diri. Ulu hatinya sangat nyeri dan sesak napas luar biasa. Malam pun datang dengan cepat, Aditya tidak tega meninggalkan sang adik seorang diri. Seharian ini, Santika tidak datang dan tidak diketahui keberadaannya. Aditnya mengembuskan napas kasar untuk meredakan emosinya. Berita di media sosial susah menyebar luas tanpa bisa dikendalikan. "Kamu di sini rupanya?" Pertanyaan itu membuat Aditya terkejut saat melihat siapa yang datang kali ini. Tatapan sosok yang saat itu berdiri di depan pintu ruang rawat inap Tami tampak sedang marah besar. Sorot mata elang itu seolah menguliti Aditya. Beruntung, Tami sudah tidur sejak jam makan malam tadi. "Di mana Sashi?" Tiga kata itu memuat Aditya panik setengah mati. "Sa-saya ...." Aditya gugup dan ketakutan saat ini. Aditya tidak tahu keberadaan Sashi saat ini. Ia juga tidak menghubungi sang istri sejak tadi. Aditya hanya fokus pada berita yang menyerbar itu. Ia kini kesulitan menjawab pertanyaan mudah itu. "Kenapa? Nggak usah gugup. Sejak kapan Sashi mendapatkan perlakuan kasar? Aku bisa saja menuntut mama kamu. Tapi, kalian sepertinya memang keluarga pembuat masalah. Aku tahu satu hal, kamu bukan laki-laki yang setia," kata sosok tersebut dan membuat Aditya melotot. Kerahasiaan hubungan gelap Aditya dengan banyak wanita ternyata tidak terjamin. Ada orang lain yang tahu meski mereka jarang berkomunikasi. Aditya kini hanya bisa menunduk. Mendadak, ia teringat sesuatu tentang Sashi. "Bukannya Sashi pulang ke rumah orang tuanya? Ck! Setelah membuat masalah dengan mamaku, dia mengadukan semua pada keluarganya. Luar biasa, playing victim seperti apa yang kalian mainkan?" Aditya membalas serangan itu dengan ucapan tajam. Suara tawa terdengar begitu renyah keluar dari lawan bicara Aditya. Ia menertawakan kebodohan Aditya. Benar kata orang, saat keadaan terdesak, orang itu akan menunjukkan sifat aslinya. Aditya melempar kesalahan pada Sashi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD