9. Aditya Keluar Rumah Sakit Diam-Diam

1533 Words
"Kamu tahu ini jam berapa?!" Aditya tidak mampu lagi menahan amarahnya saat ini. Sashi benar-benar meninggalkannya. Salah sendiri telah berbuat kasar pada sang istri. Baru pertama kali Aditya sampai menampar sang istri. "Ma-maaf, Mas. Sejak semalam aku menghubungimu. Nggak ada respons sama sekali. Rumah kamu kosong, kata satpam kompleks, semua anggota keluargamu sedang pergi." "Bukan urusan kamu! Aku akan menghubungi kamu kalo aku butuh!" Aditya langsung mematikan sambungan telepon itu. Ia tidak mau bertambah emosi. Aditya baru menyadari jika tangannya berdarah dan nyeri. Jarum infus itu tercabut dengan paksa. "Sus, tolong jarum infus saya terlepas." Aditya terpaksa menghubungi perawat dengan menekan tombol darurat yang ada di kamar. Rasa nyeri pada tangannya membuat tidak nyaman. Tak lama perawat itu datang. "Kok bisa terlepas sampai seperti ini, Pak?" tanya perawat yang kali ini mengambil perlengkapan infus baru untuk dipasang di tangan Aditya. "Saya mengingau, lalu nggak tahu gimana lagi." Aditya berbohong pada perawat itu. Aditya sudah berbaring di brankar agar perawat tidak curiga. Tentu ia sangat lihai dengan banyak kebohongan. Bermain api di belakang banyak orang saja tidak ada yang tahu, apalagi masalah sepele seperti ini. Permainan yang bias dimainkan dengan baik oleh suami Sashi itu pun selalu sukses. "Sudah, Pak. Mohon hati-hati agar tidak terlepas kembali. Infus ini mengandung obat dengan dosis dari Dokter agar Anda segera sembuh," kata perawat tersebut lantas keluar dari kamar rawat inap Aditya. Sementara itu, Sashi baru saja sampai di rumah. Rumah ini sangat sepi, tidak ada tanda-tanda kehidupan sama sekali. Sashi mengembuskan napas lalu segera masuk ke kamar. Ia masih kesal dengan apa yang dilakukan oleh sang suami. Sashi memilih tidur saja pagi ini. Tidak ada pekerjaan mendesak yang harus dikerjakan saat ini. Santika tidak ada tanda-tanda pulang ke rumah ini. Sashi memilih hidup tenang sesaat saat tidak ada mama mertuanya. Entah pukul berapa dan terdengar keributan di rumah. Sashi mendadak terbangun dan mengerjab beberapa kali. Suara Santika dan Tami, entah mereka meributkan apa siang ini. Ternyata hari sudah siang atau bahkan hampir sore. Gegas, Sashi segera mandi dan seolah baru saja datang dari rumah sakit. Ia tidak mau mendadak sakit kepala karena mendapatkan omelan dari Santika. Pasti wanita itu akan mengomel sesuka hati nantinya. Selesai mandi, Sashi pun keluar dari kamar. "Dengar, ya, aset toko emas itu nggak sampai puluhan milyar. Mama nggak mau tahu soal masalah kamu. Lebih baik kamu masuk penjara saja. Merepotkan!" Santika berdiri sambil berkacak pinggang di depan Tami yang terduduk dengan lemah. "Kalo mau ngatain orang lain atau perusahaan besar itu mikir dulu. Jangan hanya demi konten kami yang harus repot!" teriak Santika karena tidak dapat menahan amarahnya. Tami sama sekali tidak berkutik sekarang dan memilih diam sambil sesekali mengusap air matanya. Wajah adik Aditya itu tampak sangat pucat. Santika saat ini menyadari keberadaan Sashi. Ia menatap tajam ke arah sang menantu. "Mau ke mana kamu?!" Santika membentak Sashi dengan kasar karena merasa tidak suka saat melihat Sashi hendak ke dapur. "Ke dapur, setelah ini kembali ke rumah sakit," jawab Sashi berusaha terpancing emosi. Entah apa yang terjadi pada Aditya saat ini. Suami Sashi itu belum juga pulang. Padahal, menurut Dokter, pagi ini seharusnya sudah bisa keluar dari rumah sakit. Sashi pun mengembuskan napas kasar. "Kamu itu, suami sakit malah ditinggal pulang! Gimana sih?!" Santika masih saja terbawa emosi. "Coba kamu pikir, kalo ada apa-apa sama Aditya gimana?' tanyanua masih dengan nada penuh amarah. "Mas Aditya baik-baik saja. Saya pulang hanya mandi sebentar dan ini akan ke rumah sakit. Saya harus ambil uang untuk bayar uang rumah sakit. Uang masuk awal, Tante Arsyila yang bayar," kata Sashi sambil menekankan nama sang tante. Wajah Santika sangat terkejut mendengar nama perempuan itu disebutkan. Wanita yang menjadi kerikil tajam dalam hidupnya dulu. Wanita yang saat ini sangat sukses meski tanpa bantuan Agung--mantan suami Arsyila. Santika mengembuskan napas perlahan. "Ya, sudahlah. Jangan lupa ganti uang Tante kamu. Jangan sampai hutang apa pun pada orang lain," kata Santika yang saat ini mulai dengan nada lembut. Sashi hanya mengangguk sebagai jawaban. Tidak banyak waktu untuk berdebat saat ini. Ia hanya ingin sampai ke rumah sakit dan menjemput sang suami. Terserah apa yang mau dilakukan oleh Santika pada anak bungsunya itu. Satu jam perjalanan harus ditempuh oleh Sashi karena kemacetan yang luar biasa. Astaga! Keringat Sashi bercucuran di dahi karena berlari dari ujung jalan besar menuju ke rumah sakit. Angkutan yang dinaikinya turun di perempatan jalan besar menuju ke rumah sakit ini. Sashi langsung menuju ke kamar rawat inap sang suami. Nihil, kamar itu kosong dan sedang dibersihkan oleh perawat. Sashi kembali keluar untuk melihat nama pasien. Sial! Nama sang suami sudah dilepas. Rasanya tidak mungkin jika Aditya pindah kamar. "Sus, pasien atas nama Aditya ke mana, ya?" tanya Sashi sambil mengembuskan napas panjang. "Atas nama Aditya Satria Dewangga sudah keluar dari pukul sepuluh pagi, Bu." Ucapan perawat tersebut membuat Sashi terkejut. Saat ini sudah hampir pukul empat sore. Lantas ke mana perginya Aditya hari ini. Andai benar sudah keluar dari rumah sakit, otomatis akan pulang ke rumah. Perasaan Sashi mendadak tidak enak, jangan sampai hal buruk menimpa Aditya. "Terima kasih, Sus, atas informasinya," kata Sashi lalu meninggalkan bekas ruang rawat inap sang suami. Sashi langsung mengecek ke bagian administrasi. Uang yang harus dibayarkan pada rumah sakit untuk biaya perawatan Aditya juga sudah dibayar lunas. Tidak menjadi soal untuk Sashi untuk masalah ini. Hanya saja, ke mana perginya laki-laki itu. Sashi merogoh ponsel yang ada di dalam tas. Sejak pulang dari rumah sakit, ia belum sempat mengeluarkan semua isi tasnya. Tidak ada panggilan atau pesan dari sang suami. Keberasaan Aditya menjadi misterius. Tidak ada cara lain, Sashi pun mencoba menghubungi salah satu karyawan kantor sang suami. Panggilan itu sangat lama diangkat dan Sashi harus bersabar. Ia menghubungi Danang. Salah satu karyawan kepercayaan sang suami sejak perusahaan Satria Properti berdiri. "Selamat sore, Danang. Apakah suami saya ke kantor hari ini?" "Selamat sore juga, Bu. Maaf saya lama angkatnya, ada rapat. Pak Aditya tidak dikantor karena sedang sakit." Ada yang aneh dengan nada bicara Danang. Sashi bisa paham karena pertanyaan untuk Danang memang sedikit rancu. Bagaimana mungkin seorang istri bertanya tentang keberadaan suaminya yang sedang sakit di kantor. Sashi mengembuskan napas panjang dan segera mengucapkan terima kasih pada Danang. "Oh, makasih, Danang. Kalo boleh minta tolong, jangan bilang sama Pak Adit kalo saya menelepon ya. Ini saya kaget karena kamar rawat inap suami saya kosong. Rupanya sedang jalan-jalan." "Baik, Bu." Panggilan itu akhirnya diputus sepihak oleh Sashi. Saudara kembar Arusha itu tidak bisa lagi berpikir dengan jernih. Aditya mendadak hilang dan pesan yang dikirimkan Sashi hanya centang satu. Jika Sashi meminta bantuan papa tirinya, takut membuat kehebohan saat ini. Sementara itu, Aditya berada di salah satu apartemen milik seorang wanita yang menjadi simpanannya. Wanita itu sengaja datang ke rumah sakit pada waktu yang tepat. Astaga! Memang benar-benar tidak tahu diri mereka berdua. Aditya lupa jika keberadaan mereka berdua pasti akan ketahuan suatu saat. "Mas, kamu bisa nggak ceraikan saja istrimu itu? Aku jauh lebih baik dari Sashi. Aku mau banget mengandung anak kamu. Nggak kaya Sashi yang sengaja menunda punya momongan," kata wanita itu sambil bergelanyut manja setelah melakukan aktivitas panas berdua. Aditya mengelus puncak kepala wanita yang sudah hampir satu tahun ini menjadi simpanannya. Entah mengapa, saat bersama Sashi, nafsu Aditya seolah hilang. Sashi hanya cantik saat pertama kali saat mereka baru saja menikah. Saat ini, jangankan cantik, wajahnya saja membuat Aditya bosan. "Aku nggak bisa ninggalin dia. Aset Sultan Anggara itu luar biasa. Aku masih butuh. Kalo sudah bisa bikin papa tiri Sashi bangkrut barulah aku akan menikahimu dan kita hidup bahagia." Entah berapa wanita yang mendengarkan kalimat yang sama dari mulut buaya bernama Aditya. Helaan napas kasar keluar begitu saja dari mulut perempuan yang baru saja ditiduri oleh Aditya. Ia kesal karena tidak kunjung mendapatkan kepastian dari laki-laki yang sangat dicintainya itu. Padahal, wanita itu juga mempunyai harta yang banyak dalam tanda kutip. Ada banyak kelicikan dari wanita ular itu. "Mas, sampai kapan kita akan kaya gini?" Pertanyaan itu membuat Aditya bangun dari tidurnya lalu memakai pakaiannya. Aditya tidak suka jika mendapatkan tekanan dari wanita yang dikencaninya. Bukan tidak mungkin jika Aditya akan meninggalkan si wanita tersebut. Hubungan mereka atas dasar suka sama suka, tidak ada kewajiban bagi Aditya untuk menikahi wanita yang pernah dikencaninya. "Aku harus pulang. Lain waktu akan kita bahas lagi." Aditya mengambil ponsel dan tas miliknya lalu keluar dari apartemen itu. Rasa sesak di d**a wanita itu membuat air mata menetes. Haruskah menyesal menjalani hubungan bersama Aditya? Entah, rasa cinta membuat para wanita bodoh di depan Aditya. Tidak sedikit uang yang telah dipakai oleh Aditya. Pukul delapan malam, Aditya baru saja sampai di rumah. Ia langsung masuk ke kamar dan segera mandi. Ada Sashi di dapur sedang memasak bubur untuk Tami. Rupanya Tami rawat jalan alias dipaksa keluar rumah sakit oleh Santika. Alasan keterbatasan biaya membuat pihak rumah sakit mengizinkannya. Padahal, keadaan Tami jauh dari kata baik-baik saja. Penyakit infeksi saluran cerna dan GERD bukanlah penyakit ringan. Bisa saja nyawa pasien terancam. "Sash! Kamar kamu kok kaya ada yang mandi. Tengok dulu, siapa tahu Aditya sudah pulang," kata Santika dan membuat Sashi menoleh. "Mas Adit paling pulangnya malam. Danang bilang ada tender yang baru saja mereka menangkan. Alhamdulilah, Ma, siapa tahu makin besar perusahaan Mas Adit," kata Sashi yang enggan untuk melihat ke kamarnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD