17. HILANG KENDALI

1202 Words
Mendengar letusan senjata api yang membuat Anna kaget dan sekaligus ketakutan, Anna yang sudah mempersiapkan dan siap menghadapi resiko apapun demi memenuhi ajakan Nick, langsung teringat dengan perintah Nick di akhir aksinya. " Jika terjadi sesuatu yang membahayakan atau yang mengkhawatirkan, segeralah tinggalkan tempat ini.Tinggalkan aku sendiri. Pergilah dengan cepat dan jangan hiraukan aku.Mungkin setelah itu aku mati Ann, tapi setidaknya aku telah membuat seseorang yang aku cintai, menjadi hidup.Pergilah! jangan ragu tinggalkan aku ! " pesan Nick berkali-kali di hotel sebelum malam harinya menjalankan aksinya. Anna mengemudikan mobilnya dengan sangat cepat dan tanpa kendali.Mobil melaju dengan kecepatan lebih dari seratus kilometer per jam, sesuatu yang belum pernah ia lakukan. Hal ini terpaksa ia lakukan, karena ini yang harus lakukan. Tidak perlu berpikir panjang, Anna harus tega meninggalkan Nick sendirian.Kemungkinan terburuk telah terjadi dan mungkin dengan berakhirnya rentetan senjata yang meletus, Nick telah meregang nyawa demi uang berkarung-karung hasil rampokan. Mobil yang telah dipersiapkan dengan seksama, terutama persediaan bahan bakarnya yang telah diisi penuh tangki, membuat Anna leluasa menjalankan mobilnya. Baginya, ia harus meninggalkan tempat pemakaman itu secepat-cepatnya, tidak menunggu lama atau nanti karena ini menyangkut hidup dan mati dirinya dan bayi yang dikandung dalam kandungannya. Mobil melaju seperti kesetanan.Untung saja lalu lintas di daerah itu tidak terlalu ramai, hanya beberapa gelintir kendaraan yang ada di jalanan didukung dengan suasana yang sudah terlalu malam dan larut, sehingga orang-orang lebih memilih tidur daripada berkeliaran di jalan. Anna mengendarai mobilnya tanpa arah, yang penting ia keluar dari zona berbahaya itu. Lutut Anna gemetaran sambil menekan gas kuat-kuat. Ia tidak ingin mobilnya diikuti oleh siapapun.Oleh polisi atau genknya Alex, dan ketika ia melihat lewat kaca spion mobilnya, tak ada satupun kendaraan yang mengikutinya. Anna baru berani melihat spion dan melihat ke belakang mobil ketika ia sudah menempuh puluhan kilometer dari perjalanannya. Sementara dadanya rasanya ingin pecah dengan action yang terjadi. Ia harus berpacu dengan kematian dan hidupnya. Baginya kelemahannya adalah sumber kekuatannya. Menjelang pagi, Anna menemukan hotel yang cukup sederhana dan ia harus melepaskan nafasnya yang tinggal satu-satu itu, menenangkan hatinya agar lebih tenang dan mencoba merasa rilex di kamar hotel sendirian, meskipun ia tidak bisa memicingkan matanya barang sedetikpun. Bayangan Nick yang kesakitan tatkala meregang nyawa, terus membias di pelupuk matanya.darah yang mengucur dari hidung Nick, terus mengalir mebasahi kaosnya. " Oooooooooh....Nick ! " teriak Anna merasakan kesakitan di dadanya. Bayangan Nick dengan kelemahan tubuhnya terus menghantui Anna. Anna meremas-remas rambutnya dengan kuat sebagai pelampiasan akan rasa kesedihan yang ia alami ini.Kesedihan karena kehilangan panutan hidupnya yang selalu mendampinginya dalam suka dan duka. Terbit keinginannya untuk kembali lagi ke pemakaman itu, ingin sekali mengetahui bahgaimana dan apa yang terjadi sebenarnya dengan Nick ? ataukah jangan-jangan Nick yang melepaskan tembakan dan orang-orang genk nya Alex lah yang meregang nyawa dan bukan Nick ! tapi itu mustahil.Geng nya Alex sangat banyak, dan pintar memainkan senjata, merupakan penembak ulung, sedangkan Nick harus melawan beberapa orang yang seperti bodyguard badannya dan kelicikannya dalam mempermainkan senapan. Musahil Nick menang ! pasti Nick kalah dan dia sudah mati ! " Yah...Nick sudah mati... " gumam Anna sendirian sambil menyeruput kopi panas manis di dalam kamar hotelnya. Sekarang Anna sendirian di dalam hotel, biasanya Nick lah yang membuatkan teh atau kopi dan Anna tinggal meminumnya saja. Anna berusaha untuk menghibur dirinya sendiri dan membenarkan tindakannya. "Yah...tindakanku benar, meninggalkan Nick seorang diri dalam keadaan berbahaya itu hal yang sangat benar... " bisik Anna lagi di dalam hati sambil menyeruput kopinya lagi.Entahlah rasa kopi manis itu telah hilang.Anna hanya ingin membenar-benarkan tindakannya sendiri. Matanya tak bisa terpejam barang sedetikpun.Bayangan wajah Nick yang meregang nyawa karena tertembak peluru timah panas, membuat Anna semakin kedinginan tangannya, badannya gemetar tak terhingga dan Anna benar-benar lemah saat ini.Yang Anna inginkan hari ini, ia ingin tidur pulas tanpa memikirkan Nick ! Meninggalkan Nick seorang diri dalam keadaan sekarat benar-benar membuat Anna hilang kendali. Pikirannya yang waras sekarang menjadi panas. Kesadarannya untuk berpikir normal, berangsur-angsur memudar dan ia ingin sekali kembali lagi ke pemakaman itu. Anna ingin sekali melihat Nick yang sebenarnya, apa yang terjadi ? Hampir saja Anna hilang kendali lagi, Anna sudah mengarahkan kembali mobilnya setelah sehari menginap di sebuah hotel, untuk mencari Nick. Ini gila ! Aku begitu tega pada orang yang menyayangiku ! desis Anna. Anna ingin segera mengemudikan kendaraannya kembali ke tempat awal tetapi kemudian ia teringat uangnya yang dua karung ada di dalam mobil. Bagaimana kalau uang ini terus di dalam mobil ? bagaimana aku harus mengatakan kepada polisi kalau uang ini hasil rampokan bank ? tentu aku akan masuk penjara juga seperti Nick ! oh....tidak ! aku tidak mau mengulangi kesalahan yang sama. Maaf Nick, aku akan kembali ke jalanku, urusan denganmu nanti akan aku pikirkan kemudian, mudah-mudahan kamu dalam keadaan baik-baik saja..... " bisik Anna di dalam hatinya. Pikirannya kacau balau memikirkan Nick dan memikirkan kenyataan real yang tengah dihadapinya saat ini. Maaf Nick...aku harus kembali ke rumahku...... Mobil memutar lagi ke arah semula dan dengan tenang Anna sekarang bisa mengendarai mobilnya kembali ke rumah. Sudah beberapa lama anna meninggalkan putranya Barama yang masih kecil sendirian hanya bersama papahnya. Ia pergi meninggalkannya tanpa sengaja dan tanpa direncana ! semula ia hanya ingin have fun untuk menghilangkan setres dan kkekalutan dengan masalah rumah tangganya, tetapi ini kebablasan. Nick mengajaknya pergi malam itu juga dan Anna sudah tidak ingat lagi, berapa bulan, berapa tahun ia meninggalkan keluarganya. Kali ini ia sungguh menyesal.Menyesal dua kali.Menyesal meninggalkan Nick dalam keadaan sekarat dan menyesal juga meninggalkan putranya saat masih butuh kasih sayangnya. Dua-duanya adalah orang yang paling dikasihinya dan dua-duanya dibuatnya kecewa oleh Anna. Anna mengendarai mobilnya sambil menangis.Air mata tidak henti-hentinya mengucur dari kedua bola matanya. Hatinya sungguh pedih kehilangan dua orang yang sangat dicintainya dan sekarang ia sedang sendirian. Mencari alamat rumahnya yang sudah ditinggalkannya hampir dua tahun. sampai ia mengandung anaknya Nick, membuat Anna harus berpikir mencari otak, jalan mana kira-kira yang harus dilewatinya lagi untuk menuju ke rumahnya kembali. Akankah keadaan rumah masih seperti biasanya ? Suami dan anaknya masih utuh ? ataukah rumah tempat tinggalnya sudah dijual oleh suaminya dan mereka sudah berpndah tempat tinggal ? akankah Brama masih mengenali aku lagi ? please Tuhan......bantu aku untuk menetralkan pikiran ini ! please....sambil menangis batin Anna terus berkecamuk pedih. Perjalanan berlanjut sampai beberapa hari dan Anna merasa bersyukur di dalam perjalanan dengan membawa amanah Nick, membawa dua karung berisi uang, berjalan selamat tanpa gangguan sedikitpun.Sepertinya Tuhan telah melindungi Anna dari gangguan orang-orang yang jahat. Hingga pada akhirnya, setelah menempuh perjalanan beberapa hari, mobil Anna berhenti di depan sebuah rumah. Yups... ! tidak salah ini rumahku. Apakah ini masih rumahku ? Anna berhenti sejenak di depan rumahnya.Halamannya yang luas dan tepat berdiri di jalan raya, membuat Anna bisa leluasa mengintai sekeliling rumahnya. Hari hampir maghrib.Keringat panas dan gerah mengucur di tubuh Anna. Ingin sekali Anna masuk ke rumahnya dan langsung masuk ke kamar mandi untuk mengguyur bbadannya yang kepanasan. Tapi keinginan itu tidak serta merta ia bisa wujudkan. Antara ia dan tidak, antara ragu dan tidak, berkecamuk di dalam dadanya. Tapi sebuah keputusan berani segera ia ambil.Ia harus mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di dalam rumahnya. Aku harus memulainya sekarang, tidak nanti nanti ! Bergegas Anna memasuki halaman depan rumahnya setelah memarkir mobilnya, berharap keadaan rumah masih baik-baik saja dan putranya masih mengenalinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD