18. TERTEGUN DI DEPAN PINTU

1124 Words
Anna berdiri di depan pintu sudah cukup lama. Ia menahan gemetarnya seluruh badan dan jantungnya yang berdegub kecang. Ia seperti orang asing di rumah sendiri dan ia tidak bisa leluasa mengakses masuk ke rumahnya lagi. Anna merasakan seperti alien yang baru turun dari bumi, sendirian dan mencari karib kerabatnya. Rasanya seperti dulu ketika ia berada di hutan belantara bersama Nick.Dulu, semuanya ia serahkan kepada Nick sehingga Anna merasakan ringan dalam tanggungjawabnya, tetapi kali ini, ia harus bertanggungjawab terhadap perbuatannya sendiri yang sewenang-wenang terhadap keluarganya. Kekuatannya seolah mengalir deras lewat rintihan Nick yang terus memberi semangat agar ia terus hidup bersama anak yang sedang dikandungnya. " Bagaimana Kalau Hans tahu aku sedang hamil ? " pikir Anna di dalam hati sambil mengelus-elus perutnya yang sedikit tampak kelihatan membuncit.Sekarang rasa mual-mualnya telah hilang, yang ada sumber kekuatan dari bayinya yang ada di dalam kandungannya yang terus menyemangati Anna agar tetap hidup. Anna berdiri tak bergeming.Di lihat pintunya masih sama, terbuat dari kayu kalimantan yang berornamen.Pintu jendelanya tertutup gorden dan lampu temaram dari dalam rumah yang masih menyala/. Anna mencoba memencet tombol yang ada di samping tembok pintu rumahnya.Sekali lagi. Kakinya gemetaran dan nafasnya ngos-ngosan.Didengarnya suara ketuk-ketuk langkah kaki dari dalam yang membuat d**a Anna semakin bergetar hebat.Keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya. Akankah suaminya akan marah besar? akankah suaminya tetap tidak berubah dengan keputusannya yang selalu menyia-nyiakan dirinya ? akankah cinta yang dulu akan bersemi kembali. Oh...bulshit !.....kalau aku mencintai suamiku, tentu aku tidak akan meninggalkannya....tegas Anna membenar-benarkan dirinya, tetapi Anna masih merasa terikat dengan suaminya meskipun dia telah meninggalkannya beberapa tahun untuk sesuatu yang membuat dadanya berdebar lebih cepat, sebuah petualanangan dan orang baru yang sejiwa dengannya yaitu Nick, telah memberi kekuatan lebih untuk menghadapai tantangan hidup yang tidak mudah ini. Anna berdiri beberapa saat tanpa ada satupun balasan dari dalam. Ia sudah memencet tombol bunyi pintu, tapi sepertinya tidak ada jawaban dari dalam sampai ia ingin mengundurkan diri dari rumahnya itu. Anna sudah siap dengan resikonya, jikapun suaminya sudah tidak menerimanya lagi, ia sudah siap akan pergi meninggalkan rumah itu walaupun tanpa satupun barang yang ia bawa. Ia sudah merasa lebih dari cukup telah mendapatkan apa yang diingunkan dari Nick , uang dan bayi yang sedang dikandungnya, adalah sesuatu yang sangat berharga sekarang daripada rumah tangganya yang sebentar lagi akan hancur karena kesalahannya. Ketika ia akan meninggalkan halaman rumahnya, tiba-tiba Anna harus menoleh ke belakang dan meneruskan langkahnya ke depan ketika pintu rumahnya dibuka dan tampak wajah suaminya berdiri di depan pintu. Tampak ragu Hans memandangi Anna dari ujung rambut sampai ujung kuku.Rasanya ini siapa ya ? seperti tidak kenal tapi...pernah mengenalnya. " Oh...rupanya kamu Anna ? " ejek Hans setelah kesadaranannya sudah kembali normal beberapa saat dan ia sudah bisa mengenali istrinya kembali meskipun ia melihat sekarang istrinya terlihat kurus. " Apakah aku boleh masuk ? " pamit Anna kepada suaminya dengan sopan. " Silahkan saja..... " ujar Hans suami Anna sambil membukankan pintu lebar-lebar untuk istrinya yang telah pergi meninggalkannya " Tapi ingat ...jangan lama-lama. Jangan buat kegaduhan di rumah ini. " ujar Hans lagi sambil meninggalkan Anna di ruang duduk lalu katanya lagi " Aku akan memberikan surprise ...untukmu.Tunggu saja ! " ujar Hans lagi sambil meninggalkan ruang tamu dan menuju ke tangga atas untuk mengambil selembar kertas cerai dari pengadilan yang sudah lama dipersiapkan untuk Anna. Hans menunggu saat-saat seperti ini dan ia ingin membalas dendam pada istrinya. Hans mengajukan perceraian seorang diri setelah Anna meninggalkannya selama satu tahun. surat cerai itu gampang lolos dan sukses karena tidak ada gangguan dari siapapun karena Anna tidak tahu apa yang akan dilakukan Hans suaminya .Berharap Hans masih setia, tetapi ternyata dugaannya salah dan Anna menyimpulkan apa yang ia lakukan, dengan meninggalkan suaminya tanpa pamit sebelumnya adalah hal yang harus terjadi dalam hidupnya. Sesuatu yang sudah dirancang pemilik Sang Kuasa ini untuk kehidupannya yang lebih baik di masa depan. Saat duduk, Anna hanya bisa melihat-lihat rumahnya dengan mata yang melihat ke sekeliling, ke kiri dan ke kananan, ke atas dan ke bawah, semuanya masih sama seperti yang dulu pernah ia tnggalkan cuma sekarang fotonya tak ada satupun yang tergantung di dinding.Mesin jahit yang ada di sudut ruangan juga sudah tidak ada. Entah dijual Hans atau dibuang ke tempat sampah, entahlah... Anna hanya main diam saja dan ingin mengatakan jika suatu saat nanti hidupnya akan lebih baik dari sekarang. Yang ia inginkan dari kunjungannya ke rumahnya sendiri adalah ingin sekali Anna melihat anak laki-laki satu satunya yaitu Brama. Brama adalah hasil cinta kasihnya dan kasih sayangnya tidak akan luntur walaupun dipisahkan oleh jarak dan waktu. Hans turun dari tangga lantai dua rumahnya. Suara telapak kakinya yang menyentuh keramik tangga, membuat jantung hati Anna berdebar tak karuan. Seperti seorang tahanan yang sedang menunggu algojo untuk menghabisi nyawanya, itulah yang dirasakan Anna sekarang. Dilihatnya Hans membawa selembar kertas dan Anna sudah memastikan pasti ia telah diceraikan oleh suaminya sebab terlihat menyusul di belakang Hans, seorang perempuan cantik yang masih memakai daster mengikuti dari belakang suaminya, pasti itu istrinya ! " Ini salinan untukmu ! " ujar Hans setelah langkahnya mendekati Anna. Hans memberikan selembar akta cerai kepada Anna tanpa rasa iba sedikitpun.Rasanya Hans ingin sekali mendepak p****t Anna dari kursi tamunya agar segera keluar dari rumahnya tetapi hal itu tidak dilakukan karena dilihatnya anak laki-lakinya sekarang sudah berdiri di belakangnya. " Mama...... " seru Brama kecil dan berusaha ingin memeluk Anna tetapi lengan Hans lebih kuat untuk mencegahnya dari pelukan Anna. Lengan Brama dipegangnya kuat-kuat dan berharap Brama kecil tidak menghambur ke pelukan mamanya. Anna hanya berkaca-kaca matanya melihat Brama kecil yang telah ditinggalkannya. Ia merasa sangat menyesal dan merasa sangat bersalah dengan tindakananya dan apa yang dilakukan yang tanpa dipikir panjang terlebih dahulu, sehingga ia kehilangan segalanya, kehilangan keluarganya ! tetapi mau bagaimana lagi ? nasi sudah menjadi bubur/.Emosi kemarahan telah mengalahkan akal sehatnya sehingga Anna nekad melakukannya, kabur dengan laki-laki yang baru dikenalnya tanpa berpikir panjang terlebih dahulu. Hari ini yang berkuasa adalah Hans apalagi ini di rumah Hans dengan istri syahnya sekarang, Ibaratnya suami Anna sekarang ini telah menjadi raja dan Anna adalah budaknya yang harus mematuhi semua perintah apa saja dari rajanya kalau tidak ingin dipenggal kepalanya atau keluar dari istana begitu saja. Anna harus cepat-cepoat menyingkir agar tidak tejadi drama yang lebih menyedihkan lagi. " Baiklah aku terima hinaanmu ini Hans dan aku berjanji tidak akan menginjak rumah ini lagi meskipun di rumah ini ada hak rumahku juga. Aku terima kekalahan ini, dan lihat saja siapa yang akan sukses, akau atau Kau ! " teriak Anna sambil menyambar surat akta cerai lalu bergegas meninggalkan rumahnya yang telah dibangunnya bersama-sama dengan suaminya dahulu.Hanya karena kesalahannya itu,Anna harus merelakan rumah itu ditinggali perempuan lain. Anna masih berharap bisa bertemu dengan Brama anak laki-lakinya, suatu saat nanti. Anna berharap Bramalah yang akan membuatnya bahagia. *******
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD