10. MENCARI SETETES BAHAN BAKAR

1648 Words
Pagi masih berkabut. Suasana di dalam hutan masih sunyi dan dingin, Embun-embun yang menetes di dedaunan pepohonan di dalam hutan, masih jelas terlihat, menyiratkan butiran kemilau bening laksana mutiara. Lalu embun itu akan jatuh satu-satu bersamaan dengan terbitnya fajar. Kabut masih terlihat putih menyelubungi hutan, menimbulkan pancaran samar-samar putih yang membuat tubuh menggigil karena cukup dingin. Tiga orang keluar dari gubuk tua yang berdiri sendirian di dalam hutan, rumnahnya Lik Mirah.entah kenapa perempuan tua itu lebih memilih tinggal di dalam gubuk tua itu sendirian dan hanya ditemani anjing-anjing siluman yang sampai sekarang Nick dan Anna tidak tahu keberadaan anjing-anjing liar itu.Mungkinkah anjing itu bertugas untuk menjaga keamanan perempuan tua itu dan memastikan jika nenek tua itu dalam keadaan aman tanpa mara bahaya. Ataukah anjing-anjing liar itu hanya akan keluar dari dalam hutan, jika perempuan tua majikannya itu dalam keadaan bahaya ? entahlah.... Mereka bertiga keluar dari gubuknya sambil memegang lampu teplok minyak sebagai penerangan di jalan setapak di hutan. Jalan setapak itu dibuat sendiri oleh perempuan tua itu karena hanya perempuan tua itu yang kadang-kadang dengan terpaksa pergi ke kota, sehingga sudah hafal jalan yang dilalui pulang dan pergi, seperti kali ini nenek tua itu terpaksa pergi ke kota untuk mengantar dua tamu asingnya mencari setetes bahan bakar. Nick membawa jerigen untuk menampung bensin yang akan dibelinya di kota dan Anna juga membawa beberapa plastik berisi air dan singkong rebus untuk perbekalan dalam perjalanan di dalam hutan itu yang memakan waktu sampai sore baru bisa sampai ke kota. Anna dan Nick tidak habis pikir, kok bisa -bisanya mereka kembali ke jaman bahulea ? jaman dimana listrik tidak ada dan hanya memakai lampu teplok atau lampu patromak. Bisa-bisanya mereka tidur di tempat tidur kayu yang tidak ada kasurnya dan tidak ada empuk-empuknya sama sekali ? bisa-bisanya mereka berdua bisa masuk hutan, terperosok ke dalam lubang dan setelah itu, seolah jaman telah berubah kembali ke jaman bahulea dimana Nick dan Anna belum lahir. Anna dan Nick merasa ada perputaran waktu yang mereka sendiri tidak tahu. Ada anjing-anjing liar yang sampai sekarang belum pernah dijumpainya lagi. Ataukah nenek tua itu seorang siluman, sama seperti anjing-anjing liar itu ? Nenek tua itu bisa berbicara, ngobrol nyambung, jika nenek tua itu sebangsa halus, ia tidak mungkin memberikan selimut dan menyalakan tombol untuk obat nyamuk. Tidak mungkin juga ada ubi rebus yang baru saja mengepul.Tapi seolah-olah singkong rebus itu tiba-tiba saja sudah ada di meja kayu tanpa Anna dan Nick melihat nenek tua itu bersusah payah di dapur, mencabut pohon singkong misalnya di kebun, terlihat kemarin, atau nenek tua itu sedang di dapur merebus singkong atau air panas untuk membuat teh panas.Semua itu tidak ada ! tak ada aktifitas yang bisa dilihat Anna dan Nick tentang semua itu. Di perjalanan Nick terus memutar otak dan berpikir terlalu berat, memikirkan hal-hal ganjil yang tidak masuk akal, tetapi mereka merasakannya. Anna juga merasakan perasaan yang sama, perasaan yang ganjil yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, tetapi karena Anna butuh untuk keluar dari tempat itu, maka ia menurut saja dan tidak menghiraukan perasaan-perasaanya. Nenek tua itu berjalan paling depan sambil membawa lampu teplok karena suasana hutan di pagi buta itu masih dalam keadaan gelap, disusul Anna di belakangnya baru kemudian Nick di barisan terakhir.Mereka bertiga berjalan beriringan satu persatu karena jalan setapak yang ada di hutan hanyalah cukup untuk melintas untuk satu orang, sedangkan sisanya pohon-pohon yang rimbun dan lebat yang masih terasa dingin. Nenek tua itu rambutnya sudah memutih dan jika melihat raut wajahnya, tampak seperti menakutkan dengan sorot mata yang tajam dan pipi yang sudah menekuk ke dalam karena gigi-giginya yang sudah ompong, tetapi tenaga nenek tua itu masih kelihatan gesit bergerak berjalan menyusuri jalan setapak. Meskipun jalannya sedikit membungkuk, tapi tak ada sedikitpun keluhan yang keluar dari mulutnya untuk mengantar tamu asingnya untuk mencari setetes bensin di kota. Jalanan tanah yang licin karena semalam turun hujan dengan deras, membuat Anna dan Nick harus berjalan ekstra hati-hati agar tidak tergelincir karena tanahnya yang licin. Beberapa kali Anna dan Nick harus melewati kubangan-kubangan yang penuh air, menyebarang, jalanan menanjak dan jalan menurun dengan kondisi tanah yang licin.Terkadang menepis ranting-ranting pepohonan yang memjuntai ke bawah dan menghalangi jalan setapak. Kadang meloncati genangan air, sampai memotong ranting-ranting yang patah di jalan setapak yang dilalui mereka bertiga.Untuk urusan potong memotong ranting,itu adalah tugasnya Nick sebagai seorang laki-laki yang kuat, makanya sebelum menempuh perjalanan ke kota Mak Mirah mengingatkan untuk membawa perbekalan pisau yang tajam, siapa tahu di tengah jalan mereka membutuhkan alat tersebut. untuk urusan perut Anna yang bertugas untuk mengingatkan untuk makan apabila perut sudah terasa lapar dan minum jika sudah merasakan kehausan. Udara yang dingin di dalam hutan, membuat mereka bertiga tahan lapar untuk menghemat makanan agar bisa digunakan sampai pulang ke gubuknya lagi.Sementara Nenek tua itu sebagai komandan yang berjalan paling depan sambil membawa lampu teplok.Sinarnya yang jernih berkilat-kilat di dalam hutan yang gelap, seperti para penyusup yang sedang menyusup dan mendekati jarahannya.. Mereka bertiga berjalan menyusuri jalan setapak, mengela daun-daun besar yang menutupi wajah dalam perjalanan mereka. Nenek tua itu tampak masih sehat dan gesit. Langkahnya stabil, tidak pernah berhenti atau mengeluh, tidak seperti Anna yang kepayahan. Jika Anna sudah merasa kepayahan, maka mereka bertiga beristirahat dan berteduh di bawah pohon yang rindang untuk menselonjorkan kaki-kakinya yang terasa panas dan memakan perbekalan singkong rebus dan minum air putih dalam botol. Setelah Anna merasakan pulih dan merasakan energi yang baru, mereka melanjutkan perjalanan.Target mereka tidak muluk-muluk, hanya sampai sore mereka harus sudah sampai di kota agar penjual bensin yang ada di kota masih buka.Mereka belum memikirkan bagaimana mereka bisa pulang, entah pagi atau entah malam hari, entahlah, yang mereka pikirkan adalah mendapatkan setetes bahan bakar. Mereka bertiga telah berjalan sudah menempuh jarak beberapa kilo, sampai matahari tepat berada di bubun-ubun kepalanya, mereka masih di dalam hutan, mungkin baru setengah dari perjalanan yang harus mereka bertiga ditempuh. Sesekali Nick dan Anna melihat gerombolan anjing liar yang berlari mendekat lalu menjauhi nenek tua itu. Nick dan Anna berpikir, inilah anjing-anjing siluman yang mereka pikirkan dan tidak pernah menemukan jawabannya. jika nenek tua itu seperti kehilangan arah jalan, karena dalam hutan yang lebat dan rimbun, maka anjing-anjing liar itu akan bergerombol dan mendekati nenek tua itu.Anjing -anjing liar itu akan berlarian di depan langkah nenek tua itu, selanjutnya jika nenek tua itu sudah menyuruhnya untuk pergi, maka anjing-anjing liar itu akan berlarian pergi meninggalkan nenek tua itu. Entah dengan kode apa nenek tua itu, jikalau mengalami kesulitan akan memanggil anjing-anjing kesayangannya. Itu bukan menjadi wewenang Nick dan Anna. Yang jelas mereka bertiga sangat terbantu dengan kehadiran anjing-anjing liar itu.Saat kesulitan dan dibutuhkan, maka anjing-anjing liar itu akan mendekat lalu selanjutnya mereka akan pergi dalam sekejab tanpa tahu rimbanya. Menjelang matahari redup, mereka baru sampai di jalanan dekat hutan yang sudah memberi kehidupan selama ini. Mereka harus berjalan beberapa kilo lagi sampai mereka bisa menemukan perkampungan kecil yang hanya terdiri dari beberapa ratus warganya. Walaupun kampung kecil tetapi kebutuhan akan bahan bakar tersedia dan nenek tua itu mencoba untuk mengadu nasib, mencari setetes bahan bakar, itupun belum ada kepastian bahan bakar itu masih ada atau tidak, yang penting mereka bertiga sudah berusaha untuk membawa pulang beberapa liter bensin sebagai perjuangan yang sudah membuahkan hasil. Sampailah pada suatu toko kelontong, Nenek Tua itu menanyakan apakah ada persiediaan bensin berlebih ? dan pemilik toko kelontong menjawab bahwa sejak seminggu yang lalu, tidak banyak orang yang mencari bensin, jadi persediaan bensin masih cukup banyak. Wajah Nenek tua, Nick dan Anna berseri kegirangan mendengar jawaban toko kelontong satu-satunya yang ada di perkampungan kecil itu. Rasa bahagia dan bersyukur berulangkali keluar dari mulut Nick dan meyakinkan diri bahwa mereka berdua, Nick dan Anna sampai dengan hari ini Allah masih melimpahkan kemudahan untuk mereka berdua. Setelah mendapatkan bensin beberapa liter yang dimasukkan di dalam dua dirijen, maka mereka bertiga menempuh perjalanan kembali untuk pulang di tengah malam yang sunyi dan gelap. Untung saja lampu teplok Lik Mirah masih menyala dan nyalak anjing-anjing liar sebagai penunjuk jalan menjadi penyelamat mereka bertiga di dalam hutan. Mereka menempuh rute dan jalan setapak yang sama dengan anjing-anjing liar yang tiba-tiba muncul bergerombol dan menjadi penunjuk arah bagi mereka bertiga. Sampai di gubuknya, mereka sampai menjelang subuh dan saking lelahnya mereka tertidur pulas. Sementara itu anjing-anjing liar yang telah mengantarkan mereka secara bergerombol, pergi menjauh, hilang entah ke mana di dalam huran. Esok paginya, Nick meminta kepada Nenek tua itu, agar anjing-anjingnya bisa mengantarkan mereka menuju ke mobil yang mogok di dalam hutan. Nick merasa kebingungan untuk dapat menemukan mobilnya lagi karena Nick dan Anna tidak membuat tanda satupun atau jejak satupun agar mereka bisa kembali ke dalam hutan dan meemukan mobilnya lagi. Nenek tua itu kemudian keluar dan berada di luar halaman rumahnya dan dengan satu kali siulan yang melengking membelah telinga, membelah daun-daun yang ada di dalam hutan itu, tidak berapa lama kemudian, anjing-anjing liar itupun berlarian menemui tuannya yaitu nenek tua itu. Nenek tua itu sambil tangannya memegang segalah kayu dari ranting pohon yang sudah dikupas kulitnya, memberikan instruksi pada anjing-anjing silumannya untuk mengantar tamu asingnya untuk pergi menuju ke hutan dan menemukan mobilnya Nick.Entahlah dengan bahasa apa nenek itu berucap, hanya yang terlihat mulutnya komat-kamit membaca sesuatu dan anjing-anjing yang ada di bawah pandangannya, mulai bereaksi, ada yang mengangguk atau mendengarkan kata-kata Lik Mirah dengan cermat. Sekarang Nick tidak takut lagi pada anjing-anjing liar itu.Anjing-anjing liar itu mengantar Nick dan Anna menuju ke hutan yang lebih dalam. Tidak lupa Nick dan Anna berjanji akan menemui Lik Mirah lagi jika mereka sudah berhasil keluar dari dalam hutan dan menemukan jalannya lagi yang selama ini mereka cari. Nick dan Anna mengucapkan terimakasih pada Nenek tua itu dan sebagai tanda terimakasih, Nick mengeluarkan beberapa ikat uang yang disimpannya untuk nenek tua itu. Mereka berangkat ke hutan yang lebih dalam lagi, untuk menemukan mobilnya dengan diantar oleh anjing-anjing liar itu.Setelah menempuh perjalanan yang panjang dengan dipandu oleh anjing-anjing liar yang pintar itu, Nick dan Anna akhirnya bisa menemukan mobilnya lagi. *******
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD