David yang bajunya di tarik- tarik oleh Gamila masih terdiam, hingga akhirnya dia menjawab. Dan jawabannya membuat semua tersenyum lega, sementara Gamila menatap tajam padanya.
Karena kesal Gamila menarik David keluar. " Kok Lo malah setuju sih? Kan tadi gue udah bilang kita batalin aja. Gue berubah pikiran soal nikah sama Lo. Gue takut! " protes Gamila pada David yang hanya mendengarkan saja.
" Takut kenapa? Bukannya kemarin kamu yang minta aku nikahin kamukan? Kok sekarang malah berubah pikiran sih? " tanya David kebingungan.
" Iya, itu kan kemarin. Gue belum mikirin nasib gue nanti setelah menikah. Intinya kemarin gue khilaf ngajak Lo nikah, udah sekarang mending kita batalin aja ya. " jawab Gamila sambil berusaha membujuk pemuda tinggi di hadapannya itu.
" Kamu telat G! Karena pernikahan kalian sudah kami siapkan besok! Supaya kalian saat pergi ke Bandung sudah sah sebagai suami- istri! " suara Alena megagetkan mereka.
" Hah? Secepat itu? Tapi momy aku takut banget loh! " Gamila mendekati ibunya.
" G mommy tahu kalau kamu pasti takut. Tapi kami lebih takut kalau kalian kenapa- kenapa nantinya! " Alena mengelus lembut kepala Gamila penuh sayang.
" Maksud mommy kenapa- kenapa itu apa ya? " Gamila memicingkan matanya.
" G, kita sudah dewasa. Mereka hanya khawatir kita akan salah langkah itu saja, demi menjaga itu mereka harus menikahkan kita. " David ikut menjelaskan maksud perkataan calon mertuanya.
" Jadi kalian pikir kita akan ngelakuin hal- hal di luar norma begitu? " tanya Gamila menatap ibunya tak percaya.
" G, bukan begitu. Kami sebagai orang tua hanya khawatir sama kamu dan ingin melakukan yang terbaik buat kamu. Itu saja. " Alena berusaha menyentuh bahu anaknya namun ditepis oleh Gamila.
Gamila yang kadung kesal berlari menuju keluar gerbang. Alena menatap cemas pada putrinya dan hendak berlalu menyusul namun di hentikan oleh David.
" Tan, sabaiknya saya saja yang susul Gamila. Sekalian saya bujuk dia agar dia tidak marah lagi. " pinta David.
***
David berlari mencari Gamila yang sudah menghilang. Dia tidak menyerah, menyusuri jalan perumahan menuju taman. Saat sampai taman David melihat Gamila sedang duduk di ayunan yang terletak di tengah taman. Perlahan ia berjalan mendekati ayunan itu, ia berharap gadis itu tidak berlari dan kabur lagi.
" Kamu disini? " tanyanya saat sudah dekat.
Gamila yang sedang menangis tersentak. " Ngapain Lo ngikutin gue? " tanya Gamila menatap sinis David.
" Karena aku khawatir sama kamu. Aku takut kamu diculik orang jahat G! "
" Basi. Gue bukan anak kecil lagi Dav! Gue udah punya KTP! " jawab Gamila ketus.
" Ya, aku tahu kamu sudah punya KTP dan kamu sudah cukup umur tapi kamu masih seperti anak kecil yang manja, anak kecil yang selalu merajuk saat kesal. " jawab David sambil ikut duduk di ayunan sebelah Gamila.
" Iya gue memang kaya anak kecil, terus apa Lo mau punya istri kaya gue yang masih kaya bocah ini? " tanya Gamila sambil menatap David serius.
Sebenarnya Gamila kesal mendengar perkataan yang keluar dari mulut David untuknya, tapi memang begitulah dia. Dia lelaki cuek dan dingin kalau bicara memang selalu tepat sasaran, tapi di balik sifat dia yang seperti itu David adalah lelaki yang memiliki pikiran dewasa dan dapat diandalkan mungkin itulah alasan semua keluarganya setuju menjadikan David sebagai calon suaminya.
" Mau, aku mau punya istri kaya kamu. " jawab David serius dengan muka datarnya.
Gamila terbatuk saat mendengar jawaban David. " Kenapa? Jelas- jelas gue itu cewek yang bukan tipe Lo. Terus kenapa Lo mau di paksa nikah sama gue? " tanya Gamila penasaran.
" Karena itu kamu. " jawab David singkat.
" Hah? Gue ga paham akh. " Gamila berdiri hendak pergi meninggalkan David, namun tangannya ditarik oleh pria itu hingga akhirnya ia terduduk lagi.
" Apa? Gue mau pulang capek! " ketusnya pada David.
" Kita nikah agar kamu bisa kuliah di Bandung. "
" Engga, gue engga mau! " jerit Gamila.
" Aku janji akan ikutin semua kemauan kamu meskipun kita sudah menikah. Sesuai keinginan kamu saat di cafe, aku engga akan mencampuri urusan kamu selama di Bandung. Asal kita setuju menikah. " David menatap lekat Gamila yang kini melotot.
" Lo yakin? Tapi kalau cuman kata- kata mah mana bisa dipegang! Harus ada hitan diatas putih dulu, baru gue setuju! Dan satu lagi kamu engga boleh mengambil kesempatan untuk ngelakuin hal yang di luar norma! " Memberi peringatan pada David.
" Setuju. " David mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Gamila.
" Kita pulang! Gue mau nulis perjanjian pernikahan untuk kita. " Gamila menerima tangan David kemudian mereka berjabatan tangan tanda setuju.
***
Gamila berjalan lurus tanpa menoleh sedikitpun saat melewati ruang tamu, semua mata tertuju padanya. Sebelum melewati tembok pembatas ruang tamu dan ruang keluarga Gamila berbalik.
" Aku setuju nikah sama dia! " ucapnya sambil menunjuk David yang baru saja masuk.
Gantain semua mata kini tertuju pada David yang menatap mereka bingung.
" Beneran? " tanya Aden yang penasaran.
David hanya mengangguk pelan sambil mengulum senyum karena malu. Sementara Gamila sudah tidak terlihat batang hidungnya.
" Lo keren bisa bikin dia setuju cepat! " Aden menepuk bahu sahabatnya bangga.
" Beneran dia setuju? Kami pikir kami akan gagal puny menantu secantik dia. " ucap Amel.
" Kami percaya anak kalian bisa mengatasi sikap manja dan keras kepala Gamila. " Mika tersenyum bangga sambil menatap calon menantunya.
" Kamu engga sekalian nikah dulu V? " tanya David menatap Aden.
" Gue? Engga dulu deh! " jawab Aden sambil menggeleng.
" Kirain mau sekalian besok bareng mereka! " celetuk ibunya sambil tersenyum.
" No mommy. aku mau fokus kuliah dulu! " tolak Aden serius.
" Oke kamu cowok Dady percaya sama kamu V. Tapi tolong jangan sampai menyalahgunakan kepercayaan kami! " Mika menatap anak lelakinya serius.
" Oke, aku janji Dady! "
***
Sementara di kamar Gamila sedang menulis perjajian pernikahan dia dengan David. Dia menuliskan semua yang boleh dan tidak boleh dilakukak oleh David padanya. Lalu dia juga menuliskan bahwa mereka harus merahasiakan status mereka pada semua temannya di kampus kecuali Vonny.
" Wah banyak banget ternyata isi perjanjiannya. Kira- kira dia bisa engga ya buat ikutin semua ini? " Gamila menatap kertas berisikan tulisan tangannya.
Ia teringat harus memfoto kertas itu lalu mengirim ke David.
[ Ini perjanjian tertulis. Gue akan buat dua lembar, masing- masing dari kita pegan satu lembar dan tidak boleh sampai hilang. ] menyertakan foto selembar kertas tadi.
[ Kita harus tanda tangan ini nanti. ]
" Beres. Gue harus salin ini di kertas lain. " ucapnya sambil menyimpan posnelnya dan kembali menulis di kertas berikutnya.
David yang kini sudah sampai rumahnya tersenyum saat membaca pesan teks yang dikirim calon istrinya itu. " Dasar bocah! " gumamnya tak jelas lalu melanjutkan langkahnya menuju kamarnya dan langsung merebahkan diri sambil menatap layar ponsel yang menampilkan foto candid milik Gamila yang ternyata dijadikan wallpaper di ponselnya.