5. Lima

1275 Words
Hari ini adalah hari pernikahan Gamila dan David, sesuai dengan rencana kedua belah pihak. Karena mereka sepakat mengadakan pernikahan dengan cepat jadi pernikahan mereka diadakan sangat sederhana dan hanya dihadiri keluarga dekat dan para sahabat saja. Di dalam kamar Gamila sudah memakai kebaya putih dengan rambut yang sudah di sanggul, ia terlihat mondar- mandir tak jelas. " Lo kenapa sih G? Lo gugup ya? " tanya Tasya kebingungan. " Hah? Apa? " bukan menjawab dia malah balik bertanya. " G, sebaiknya Lo duduk santai di sini. " Vonny menarik Gamila untuk duduk di kursi depan meja rias. Gamila menurut dan duduk sambil menatap wajahnya di cermin. " Gue bentar lagi jadi istri David! " ucapnya pelan dengan tatapan kosong. Vony dan Tasya hanya menatap iba pada sahabatnya itu, sebenarnya mereka tidak terlalu iba juga saat mendengar Gamila akan menikahi david. Mereka malah bersyukur karena Gamila akan menikahi lelaki yang cocok untuknya, walaupun David itu dingin dan cuek pada orang lain tapi dia tidak bisa bersikap begitu pada Gamila. Jadi mereka yakin kalau David adalah lelaki yang tepat pilihan orang tua Gamila. Di luar David sudah duduk di depan penghulu dan bersiap mengucap janji suci yang akan mengikat dia dan Gamila dalam sebuah ikatan suci. " Saya terima nikah dan kawinnya Gamila Khanza Atmaja binti Mikail Atmaja dengan mas kawin tersebut, tunai." ucap david dengan lantang. " Bagaimana para saksi? Sah? " tanya pak penghulu pada kedua saksi yang hadir. " Sahhhh. " teriak semua yang hadir dengan bagia. Gamila berjalan dengan anggun dibantu oleh Tasya dan Vony untuk duduk di sebelah David. David yang melihat Gamila dengan balutan kebaya dan makeup yang sedikit berbeda dibuat terkejut dengan kecantikan gadis yang kini sudah sah menjadi istrinya itu bahkan ia tidak mengedipkan mata sampai istrinya berdiri sebelahnya. " Mempelai perempuan boleh mencium tangan tangan mempelai laki-laki, kemudian mempelai pria boleh mengelus dan mencium kening pengantin perempuan. Karena kalian sudah sah menjadi suami- istri sekarang. " ucap sang penghulu. Dengan hati yang gugup David menyodorkan tangannya ke depan. Begitu juga dengan Gamila yang hendak mencium tangan suaminya untuk pertama kalinya. Setelah tangannya di cium oleh Gamila dengan perlahan David mendekati Gamila kemudian mengelus ujung kepalanya. " Maaf. " ucapnya sebelum mendaratkan kecupan di kening gadis itu. Gamila menutup mata rapat- rapat saat merasakan benda kenyal itu mendarat dengan sempurna di dahinya ia merasakan hatinya yang menghangat setelah di keningnya dikecup. Setelah prosesi akad selesai mereka mereka duduk bersama sementara yang lain sedang menikmati acara dengan mengobrol santai sambil menikmati jamua makan siang. " Kenapa Lo engga bales pesan gue? " pertanyaan Gamila memecah keheningan diantara mereka. " Yang mana? " David menatap istrinya. " Semua. Gue dari kemarin kirim Lo pesan tapi cuman di baca doang! " gerutunya kesal sambil membuang muka. " Maaf. " hanya kata itu yang keluar dari mulut David sambil menundukkan wajahnya. " Lo boleh abaikan gue kalau gue kirim pesan yang engga penting. Tapi di saat gue kirim pesan yang penting gue mau Lo bales setidaknya dengan kalimat singkat. " Gamila menatap tajam suaminya. David hanya diam saat ditatap sengit oleh sang istri. " Ya ampun, bisa gila gue punya suami kaya dia. Baru nikah aja bikin gue emosi! Dinginnya kebangetan si kulkas ini. Awas aja Lo, gue bakal bikin Lo melele sama gue! " Gamila membatin dengan tangan yang mengepal sempurna menahan kesal. " Kalian kenapa? Kalian berantem? " tanya Aden yang kebetulan lewat di dekat mereka. " Kita kenapa? Kita engga apa- apa. " jawab Gamila santai. " Jangan bilang kalian udah berantem sejam setelah pernikahan kalian?! " Aden menatap tajam kembarannya berusaha mencari kebenaran di mata gadis itu. " Engga kok. Kita lagi diskusi aja, lagian Lo kepo amat jadi orang! Tuh sana urus dia aja! " Gamila membantah sambil menunjuk Tasya yang sedang berbincang dengan Vony. " Lah kenapa jadi dia yang dibawa- bawa? Emang apa urusan gue sama dia? Kenapa gue harus ngurusin dia juga? Aneh lu! " Jawab Aden sambil menoyor kepala adiknya yang kemudian mendapat tatapan tajam dari David. " Ikh, nyebin banget sih Lo. Ini nanti lepas gimana coba? " Gamila membetulkan letak Tiara di atas kepalanya. David berusaha membantu istriny membetulkan dengan penuh hati- hati. Gamila yang terkejut hanya mampu tersenyum canggung saat jarak wajah mereka berdekatan. Tak tahan melihat adegan romantis suami istri di depannya Aden memilih kabur meninggalkan pasangan itu. " Sudah? " tanya David Gamila mengangguk pelan. " Sudah, terimakasih. " David menyodorkan segelas minuman pada istrinya, yang langsung di sambut oleh tangan gamila. *** Saat acara selesai keluarga David hendak pamit pada keluarga Gamila, sementara David berjalan menuju kamar istrinya untuk pamit. Biar bagaimana pun sekarang dia adalah seorang suami sudah sewajarnya kalau mau kemana- mana ia harus laporan pada sang istri. " G, aku pulang dulu ya. " pamit David pada istrinya. Belum sempat Gamila menjawab ibunya sudah lebih dulu datang. " Loh kamu mau kemana? " tanya Alena yang baru saja datang. " Pulang Tan " jawab David dengan polos. " Loh kenapa pulang? Kamu di sini aja. Pamali kalau baru nikah terus langsung pisah, malam ini kamu tidur disini aja di kamar Gamila! " " Tapi Tan, " saat David hendak protes tangan Gamila malah menarik- narik ujung baju suaminya itu. David yang sadar bajunya ditarik langsung menoleh. " Kenapa? " Bisiknya pelan. " Nurut aja, kalau engga bakal panjang urusannya. " Gamila balas berbisik. " Kamu nginep di sini aja ya Dav. " ucap Alena sekali lagi. " Iya Tan. " jawab david ragu. " Loh kok manggilnya masih Tante sih? Kamukan sekarang udah jadi anak Tante, jadi kamu bisa panggil dengan sebutan lain. " " Eh, iya. " jawab David sambil terus menoleh ke arah Gamila, berharap dia akan menolongnya. " Ya sudah kalian istirahat dulu deh. Pasti kalian capek banget dari pagi ga istirahat. " Alena meninggalkan mereka yang saling tatap dengan canggung. " Kita harus tidur satu kamar? " tanya david menatap Gamila yang kini tengah berusaha melepas Tiara yang malah menyangkut di rambutnya. Gamila yang fokus tidak menjawab pertanyaan David, dengan susah payah dia berusaha menarik- narik rambut yang tersangkut pada Tiara. " G, kamu butuh bantuan? " tanya David saat melihat Gamila hanya diam saja tak berbicara. Gamila menghentikan gerakan tangannya kemudian menghela nafas kasar. " Masih harus nanya ya? Liat gue kesusaha gini bukannya bantuain malah banyak tanya lagi! " Gamila mengomel kesal. " Punya suami kok engga peka banget sih! " batinnya gemas. Setelah mendengar Omelan istriny baru David mendekat dan berusaha membantu Gamila, namun dia kesusahan juga. Ia berjalan menuju meja belajar untuk mencari sesuatu. " Lo lagi cari apa? " tanya Gamila curiga. " Gunting. " jawabnya dengan santai. " Hah gunting? Lo mau gunting rambut gue gitu? " Jerit Gamila frustasi. " Awas aja ya sampai Lo gunting rambut gue, gue ga akan maafin Lo! " Ancamannya. " Tapi itu susah banget G kalau ga pake gunting. " " Gue ga mau tau. Pokoknya Lo bantuin gue lepas ini tanpa alat apapun, mau sampe pagi pun benerin aja, pokoknya Lo ga boleh gunting rambut berharga gue ini! " " Tapi G.... " " Lo keberatan bantuin gue? Gue mau cari orang lain aja kalau gitu. " Gamila berdiri hendak pergi, namun tangnya ditahan oleh David. " Ekh, jangan. Udah sini duduk lagi. " David menarik kembali istrinya agar duduk, dengan perlahan ia mulai membantu melepaskan rambut istrinya yang tersangkut dengan sangat hati-hati. Wajah Gamila masih di tekuk karena merasa kesal namun dalam hatinya dia merasa bahagia bisa membuat lelaki sedingin David menuruti perkataannya. " Yes, akhirnya dia mau nurut juga. Gue kudu butuh banyak belajar buat bikin dia meleleh dan bucin sama gue. " batin Gamila.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD