PoV Meta “Raihan!” Aku bermimpi buruk dan terbangun sambil memanggil namanya. Raihan, kulihat dia terbakar dalam kobaran api. Saat membuka mata, kutemukan dia tersenyum. Sehat wal afiat. “Ada apa, Sayang?” tanyanya mendekat. Aku mengusap d**a yang bersebar serta rambut yang menjuntai mengganggu, basah oleh keringat. “Jika aku hamil, siapa nama anak yang ingin kamu berikan?” “Meta.” Aku tertegun. Perlahan senyuman kembali terukir di bibirnya. Dia menggodakku lagi. Tak ada tanda dia akan pergi, tetapi perasaanku mengatakan dia akan pergi, lama dan aku perlu menunggunya penuh kesabaran. “Kalau laki-laki? Raihan?” Raihan tergelak, mendekat lalu menciumku. “Itu akan jadi membingungkan. Kamu yang menamai jika laki-laki.” Kemudian Raihan memandang ke perutku. Tatapannya sendu. “Aku ingin

