2. Tak Terduga

1338 Words
"Yang, tadi itu siapa?" tanya Mike ke arah sang pacar. Lani menoleh. "Oh, dia Momok," jawab Lani. Mike menaikan sebelah alisnya. Lani menatap polos ke arah sang pacar. Merasa ada sesuatu yang diminta oleh sang pacar. "Momok siapa?" tanya Mike gemas. "Oh...Momok itu teman aku," jawab Lani. Lani termasuk salah satu orang yang beruntung, sebab tidak sembarang orang dari golongan kiri mampu menarik perhatian dari penghuni golongan kanan. Kebanyakan yang masuk golongan kiri atau SMK International Socien School rata-ratanya adalah status mereka menengah ke atas, SMA International Socien School yang merupakan golongan kanan rata-rata berstatus kalangan atas. Ayah Lani merupakan seorang General Menager di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang perikanan, ibunya merupakan seorang pimpinan perusahaan cabang pangan milik kakeknya. Mike Clinton, remaja berusia 17 tahun, kelas XI IPS 2, merupakan anggota Storm Rider, bergabung satu tahun yang lalu, ayahnya seorang pebisnis asal Amerika, ibunya merupakan seorang anak bungsu dari pebisnis asal Indonesia, kakek Mike dari pihak ibu merupakan pimpinan teratas dari perusahaan kayu yang berpusat di Kalimantan Timur. Anggota Storm Rider rata-rata anggotanya dari jurusan IPS, sayap kiri, anggota geng ini memiliki kemampuan bela diri Karate. Jumlah anggota Storm Rider tak sampai mencapai 20 orang, seleksi masuk anggota ini ketat sekali. 10 menit perjalanan mereka, akhirnya sampai di tempat tujuan, rumah dengan ukuran yang cukup besar serta gerbang rumah yang kokoh menandakan betapa besar kekayaan sang empunya rumah. "Maaf Yang, aku nggak bisa nemenin kamu makan siang dulu, kamu tahu kan tadi ada insiden?" ucap Mike. Lani mengangguk. "Nggak apa-apa kok Mike, aku udah senang diantar pulang sama kamu," sahut Lani. Mike mengusap pipi Lani tak lupa mengecupnya. "Hah!" Lani terkaget. "Hehehehe," kekeh Mike. "Biasa saja, kan bukan pertama kali aku cium," ucap Mike. Lani mengangguk lalu menutup wajahnya, ia turun dari mobil mewah hitam itu. "Semoga harimu menyenangkan, Yang!" teriak Mike dari dalam mobil. Lani tersenyum malu-malu lalu mengangguk. Mike kembali menjalankan mobilnya. ♡♡♡ "Astaga, jangan bilang tadi aku yang melempar kaleng s**u itu?!" Moti berbicara dengan dirinya sendiri di jalanan. Ia berbicara sambil berjalan. "Ya ampun, masa bisa begitu sih?" keluh ia lagi. "Kenapa juga aku bisa ceroboh? Ck." Moti berdecak. Orang-orang yang berpapasan dengan Moti hanya berkenyit bingung, pasalnya gadis ini berjalan sambil berbicara dan merutuk sendiri, tak ada yang menemaninya berbicara, dilihat secara teliti juga tak ada alat kecil yang menempel di telinganya, pikir mereka pasti gadis itu stres atau gila. "Mungkin dia gila," bisik salah seorang pejalan kaki yang melewati Moti. "Sstt, dia mungkin sedang stres," sahut temannya. "Dasar gadis aneh," sahut orang lain lagi. Moti berhenti berjalan dan melirik ke arah orang-orang yang sedang berbisik tentang dirinya. Moti menggertak mereka dengan melebarkan matanya sebesar mungkin, hingga orang-orang itu lari terbirit-b***t. "Ck, dasar...," decak Moti. Lalu ia kembali berjalan sambil merutuki orang-orang tadi. "Bilang aku aneh," celutuk Moti. "Siapa juga yang aneh," "Memangnya aku aneh yah?" "Kurasa tidak," Ia berjalan hingga tak menyadari bahwa ada mobil mewah yang hampir menabraknya. Tiinn tiinn "Akh...," Moti terkejut. "Tolong!" teriak Moti sambil menutup matanya di tengan jalan. Satu detik. Dua detik. Tiga detik. Empat detik. "Hei! Kau ingin mati?" Teriak sang empunya mobil. "Eh," Moti membuka matanya. Ia mengedikan matanya. "Ya ampun, tampannya," Batin Moti terpesona. "Hei! Pindah dari situ," teriak sang empunya mobil lagi. Moti tak bergerak, ia bahkan mengucek-ngucek matanya berulang-ulang. "Subhanallah indahnya," ucap Moti terkagum. "Hei!" teriak lelaki itu. "Akh...," Moti berjinggat kaget. "Ish, galak sekali," gumam Moti pelan. Tiiiiiiinnnnnnn Lelaki itu membunyikan klakson panjang. Moti sampai harus menyumbat telinganya. Moti berjalan cepat ke pinggir jalan, bersampingan dengan letak mobil sport merah yang mengkilap itu. Randra kesal, hari ini merupakan hari sialnya, bayangkan saja, tadi pagi-pagi sekali sebuah kaleng s**u menghantam tulang hidung mancungnya sampai hampir bengkok, ia harus ke rumah sakit mitra kakeknya untuk mengobati hidungnya, meskipun sudah di obati namun tetap saja dia masih kesal, lalu pelakunya belum juga ditemukan atau menyerahkan diri, hal ini juga membuatnya kesal, SMA International Socien School tidak belajar, sepanjang jam pelajaran, para guru dan keamanan bertugas mengintrogasi setiap murid yang ada, lalu kakeknya meneleponnya untuk pergi ke Paris, disana dia akan bertemu dengan rekan bisnis kakeknya. Lelah, sudah pasti, kesal, jangan ditanya lagi, jengkel, apalagi. Sekarang Randra menemui kesialan yang lain, seorang gadis aneh dengan rambut merah layaknya batu bata yang sedang berbicara sambil berjalan, hampir menabrak mobilnya. "Hei, jika ingin mati, jangan disini," Randra bersuara. "Menyusahkan saja," sahut Randra dingin. "Ish, tampan-tampan tapi galak, ah...Momok kerjain aja deh," batin Moti. "Aduh! Sakit!" Moti pura-pura berteriak sakit. Spontan orang-orang yang berjalan menoleh ke arah Moti dan mobil sport merah. "Lanjut," sahut Moti dalam hati. "Hei, ada apa itu?" tanya seorang pejalan kaki. "Ada orang tertabrak?" tanya orang yang lainnya. "Sepertinya," jawab seorang lagi. "Ayo kita lihat!" seru seorang pejalan kaki. "Sekarang apalagi ini?!" rutuk Randra kesal. Ia turun dari mobil secara kasar tak lupa juga membanting pintu mobil secara kasar. "Dek, adek nggak apa-apa?" tanya seorang pria. "Masa sih sakit? Tadi perasaan nggak ketabrak deh," sahut seorang perempuan. "Aduh, mati aku," rutuk Moti dalam hati. "Ah, saya p-punya...aduh j-jantungku...," ucap Moti terbata-bata. "Astaga! Hei! Dia punya penyakit jantung!" seru seorang pria. "Astaga! Mas, cepat bawa dia ke rumah sakit, dia serangan jantung!" teriak seorang wanita paruh baya panik. Randra melebarkan matanya. "Astaga, apalagi ini,"  batin Randra. "Mas, jangan diam saja, buruan ayo! Nanti adek ini kenapa-napa lagi," panggil seorang perempuan. Randra ingin menelepon asistennya untuk mengurusi masalah ini, namun mengingat kondisi gadis yang tadi hampir menabrak mobilnya memiliki riwayat penyakit jantung, membuat dia mengurungkan niatnya. Nyawa lebih utama dibandingkan yang lainnya, motto ibunya. "Astaga, apa yang terjadi? Siapa yang punya penyakit jantung?" Batin Moti bingung. Tadinya Moti berniat untuk mengerjai sekaligus membuat dirinya berdekatan dengan lelaki tampan ini, tapi itu tadi sebelum para pejalan kaki yang mendekatinya berkomentar bahwa mereka tidak melihat mobil sport merah itu menabraknya. Ia memutuskan untuk mundur dari akting abal-abalnya, namun sesuatu yang tak terduga terjadi, orang-orang mengira bahwa ia memiliki riwayat penyakit jantung, padahal tidak nyatanya. Reaksi alamiah jika seseorang takut ataupun gugup mengenai terbongkarnya rahasia atau kejahatannya, maka jantung akan berpacu lebih cepat dari biasanya, seakan adrenalin meningkat. Moti memegang jantungnya karena ia saking terkejut tiba-tiba jantungnya berpacu cepat. Randra menggendong Moti dan memasukannya ke dalam mobil sportnya. "Eh?" bingung Moti. "T-tunggu in-ni...," suara Moti tergantung. "Diamlah jika kau masih ingin hidup dan menarik nafas serta udara segar," sanggah Randra datar. Moti terdiam kebingungan. Jantungnya berpacu cepat, ia takut jika ia ketahuan berbohong, dia takut dilaporkan ke polisi, lalu masuk penjara. "Berbohong kan termasuk tindakan kriminal, astaga!" batin Moti panik. "Kata ayah, berbuat kriminal itu akan masuk penjara," batin Moti panik. "Tidak! Aaarrghhh...tolong aku!" teriak Moti panik. Randra yang sedang mengemudi juga tertular panik. "Hei! Jangan panik, ok?" sahut Randra menenangkan Moti. Sejujurnya ia juga takut jika gadis yang ada di dalam mobilnya ini tiba-tiba pingsan atau yang lebih parah lagi ia mati. "Astaga, mama pasti akan membunuhku," batin Randra panik. "Aaaa...ah ah ah t-tolong!" Moti berteriak meminta tolong ke arah jalanan sambil menarik napas gusar. Ia bermaksud meminta tolong agar dikeluarkan dari dalam mobil itu, sedangkan Randra berpikir bahwa gadis yang berada di dalam mobilnya ini berteriak tolong karena menahan sakit di dadanya. "Hei, tenanglah, kita akan segera sampai," ucap Randra selembut mungkin. "Kata mama, kalau orang yang sedang sekarat itu harus berkata lembut, apalagi ia memiliki riwayat penyakit jantung, kalau membentak bisa jadi ia langsung mati di tempat," batin Randra mewanti-wanti dirinya. Ia akan menjaga kestabilan emosinya agar tak membentak gadis yang berada di dalam mobilnya ini. "Haaa tidak-tidak! Jangan! Aaaa aku tidak mau!" Moti berteriak kesetanan. Sejujurnya ia takut masuk penjara, ayahnya adalah seorang polisi berpangkat perwira tinggi, jika ia dihadapkan di kantor polisi dan masuk penjara, maka reputasi ayahnya yang berprofesi polisi akan tercemar, lebih buruk lagi kalau... "Pemirsa, seorang putri dari polisi berpangkat perwira tinggi bernama Brigadir Jenderal Mohammad Mochtar Baqi, melakukan sebuah kejahatan dengan upaya merangkai kebohongan agar dirinya mendapat keuntungan, sekarang telah diputuskan hakim bahwa Moti Akila Baqi dinyatakan bersalah, bersalah, bersalah.... Atas nama Tuhan Yang Maha Esa, maka hakim memutuskan saudari Moti Akila Baqi terbukti bersalah, bersalah, bersalah... Momok! Momok! Momok! Bunda! Ayah! Kak Agil! Gilan! Gea! Aaaaa...tidak!" Twing kembali ke dunia nyata. "Tidak!" teriak Moti. Ciiittt Randra berhenti di lampu merah. Brak "Eh?" cengo Randra. Moti lari terbirit-b***t dari dalam mobil Randra, ia keluar secara kasar dan membanting pintu mobil mewah itu. "Aaa...," jerit Moti sambil lari terbirit-b***t. Randra tersadar dari cengonya. "Hei, kau mau kemana?!" teriak Randra panik. Gadis itu menderita riwayat penyakit jantung, ia harus mendapatkan penanganan secepatnya, kalau tidak, bisa jadi nyawanya yang akan melayang. "Tunggu!" seru Randra. Ia ingin keluar dari mobilnya dan menyusul gadis tadi. Tiiiinnn tiiinnn tiiinnn Rupanya keadaan tak mengijinkan. Dia mendapat rentetan klakson mobil serta motor yang memprotes, mau tak mau ia harus menjalankan mobilnya. "Sial," "Kenapa aku tidak memakaikan ia sabuk pengaman tadi?" rutuk Randra kesal. "Arrgghhh!" ♡♡♡
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD