bc

Broken Soul

book_age18+
9
FOLLOW
1K
READ
killer
love-triangle
goodgirl
student
bxg
scary
evil
multiverse
enimies to lovers
crime
like
intro-logo
Blurb

Sean Owen sudah tahu bahwa Alena Margo adalah gadis yang super keras kepala dan sering sekali membuat hatinya bingung. Walau begitu, gadis itu sangat istimewa. Dia satu-satunya manusia di muka bumi yang memiliki tiga nyawa sekaligus dalam dirinya. Dan tugas Sean adalah melindungi ketiga nyawa Alena.

Sayang, tugas yang terlihat mudah itu rupanya semakin rumit seiring berjalannya waktu. Sean harus melawan sahabatnya sendiri hanya untuk memperebutkan perhatian Alena. Belum lagi dia harus menuntaskan oknum lain yang tak segan-segan menghabisi ketiga nyawa Alena.

Apakah Sean mampu melindungi Alena, atau justru menempatkan gadis itu dalam bahaya?

chap-preview
Free preview
[1] SEAN - Misi yang Merepotkan
“Namanya Alena Margo.” Sosok berjubah hitam itu terus membaca berkas-berkas yang ada di tangannya. Pria itu tampak menakutkan. Dia berdiri membelakangi cahaya rembulan, membuat tubuh tingginya semakin tinggi menyamai pohon-pohon di hutan belakang. “Nope. Gue masih harus mengurusi serangan Lui yang nggak ada habisnya. Bisa lo bayangkan dalam seminggu ini sudah berapa kali gue nyaris mati diterkam dia.” Aku bersedekap dengan ekspresi tak tertarik akan semua informasinya. “As you can see, gue sibuk. Nggak ada waktu buat lindungi mortal.” Pria itu mengusap dagunya. “Siapa bilang dia mortal?” Mendengar itu, aku langsung menegakkan tubuhku dan menatap serius ke arahnya. “Dia seperti kita?” Slencey mengangguk. Dia berjalan mendekat ke arahku dan memberikan berkas-berkas yang selesai dibacanya. “Dia sudah lama terkunci di keluarga Margo. Coba tebak? Keluarganya adalah salah satu musuh kita yang sengaja menyamar menjadi manusia.” “Tujuannya...,” ucapanku menggantung karena jawabannya ternyata sudah tertera di berkas yang sedang k****a ini, “cewek itu satu-satunya manusia yang memiliki tiga nyawa. Dia memiliki kemampuan untuk mentransfer nyawanya kepada siapa pun yang dia kehendaki. Wow, keren juga.” “Ya, kan?” Slencey menyetujui ucapanku. “Cewek itu akan segera berumur 20 tahun dalam beberapa jam ini, dan musuh kita yang pura-pura berperan sebagai orangtuanya itu berniat untuk mengambil ketiga nyawa Alena tepat di ulang tahunnya yang ke-20. Kita nggak bisa membiarkan itu terjadi.” “So, apa rencana lo?” “Bawa dia ke organisasi kita.” “Oke, gue akan minta Jemi bawa dia ke sini,” kataku sambil mengembalikan berkas-berkas itu ke atas meja Slencey. Kutepuk-tepukkan kedua tanganku dan bersiap melangkah keluar ruangan. “Enak aja!” Seruan Slencey menghentikan langkahku tepat sebelum pintu ruangan kubuka. “Buat apa aku memanggilmu kalo Jemi yang bertugas melindungi Alena?” “Jadi?” tanyaku bingung. Kini giliran Slencey yang bersedekap. “Ya kamulah yang bawa Alena ke sini.” Tiba-tiba saja aku jadi tak menyukai rencana Slencey. “Kenapa gue? Kan udah gue bilang kalo gue sibuk urus Lui.” “Lui bisa menunggu. Lagian tanpa kamu urus pun, Lui nggak akan pernah bisa menang melawanmu, Sean. Jadi buat apa buang-buang waktu mengurus dia? Daripada begitu, kamu gunakan gelarmu itu, yang “Sean Makhluk Immortal yang Tak Terkalahkan” untuk melindungi Alena.” Aku tahu seharusnya aku bangga mendengar gelar yang kuraih dari para immortal di bumi ini diungkit-ungkit Slencey, tapi faktanya aku justru merasa kesal. Yah, gimana enggak? Dia mengucapkannya dengan nada mengejek seolah-olah itu adalah gelar terkonyol sepanjang masa. “Ada imbalannya nggak nih?” Dia terdiam sejenak. “Ada, tapi rahasia. Kalau waktunya tiba, bakal aku kasih ke kamu imbalannya. Sementara ini kamu buruan susun rencana gimana caranya bawa Alena ke sini. Kalo bisa sekarang, oke? Semakin cepat, semakin baik.” “Sekarang?! Enak aja lo nyuruh—“ “Case closed!” Slencey mulai menunjukkan sikap bossy-nya yang menyebalkan. “Get out!” Sialan! Enak saja dia menyuruhku ini-itu. Kalau menurutnya misi ini penting, kenapa tidak dia saja yang bergerak? Secara Slencey itu kan ketua organisasi Black Cake (salah satu organisasi kasta tertinggi di dunia immortal), sudah seharusnya misi sepenting ini menjadi tugasnya. Tapi ya sudahlah. Aku sendiri juga dalam kondisi malas berdebat dengannya. Jadi kuputuskan untuk menuruti perintahnya saja. Lagipula, sejauh yang aku ingat tak ada anggota Black Cake yang cari mati dengan membantah perintah Slencey. Yah, walaupun aku menyandang gelar “Makhluk yang Tak Terkalahkan” tetap saja aku tak berani cari masalah dengan Slencey. Aku menutup pintu ruangannya dan berjalan ke kamarku. Tak sulit sebenarnya menjalankan misi ini—apalagi musuh kami yang berpura-pura menjadi orangtua Alena itu benar-benar lawan yang mudah—hanya saja pikiranku sedang kalut tentang Lui Owen. Iya, dia adikku ... tapi juga bukan adikku. Singkatnya, hubungan kami sebagai saudara tak berjalan baik. Sejauh apa yang aku ingat (aku sudah berumur ribuan tahun, jadi wajar kalau aku melupakan masa-masa awalku), Lui selalu mencari masalah denganku. Aku tahu apa yang dia inginkan, tapi nggak mungkin kukabulkan kan? Apalah gunanya gelarku yang keren ini kalau tak bisa melindungi hidupku sendiri. Back to topic! Saat ini aku sedang mengasah pisau andalanku yang akan kugunakan untuk misi ini. For your information, aku selalu berperang menggunakan pisau. Itu adalah kemampuanku. Apa pun jenis pisaunya, semua sudah kukuasai. For your information part two, satu-satunya makhluk immortal yang menguasai perang pisau hanyalah aku. Kemampuanku benar-benar tak tertandingi. Dikombinasikan dengan gerakan super cepat—hampir secepat cahaya—aku mampu membantai puluhan pasukan musuh seorang diri. I’m cool and I know it! “Omo! Rapi amat!” Pintu kamarku tiba-tiba terbuka dan langsung terdengar seruan menjijikan dari salah satu anggota Black Cake yang entah bagaimana ceritanya bisa menjadi teman dekatku. “Mau deiteu ya?” Jemi tersenyum miring sambil menyandarkan bahunya di ambang pintu. Aku mengacuhkannya dan terus menata rambutku di depan kaca. “Nggak malu ya keseringan nonton drama Korea?” “Nggak tuh.” Jemi tak merasa terhina dengan ucapanku. Dia memang muka badak sekali. “Kita makhluk immortal juga penting untuk relaksasi diri, salah satunya nonton drama Korea. Bagus-bagus kok. Kalo lo mau, gue bisa rekomendasiin. Salah satunya—“ “Stop!” Aku buru-buru menghentikan ocehan Jemi yang mulai tak terkendali. “Gue ada misi penting, jadi plis jangan kacauin mood gue dengan ocehan lo yang omong-omong gak gue peduliin juga.” “Emang lo dapet misi apa dari Slencey? Paling-paling disuruh beli martabak lagi kayak minggu lalu. Bilangnya misi maha penting dan urgent banget, nggak tahunya cuma disuruh beli martabak pinggir jalan.” “Gue sih lebih seneng ya dapat misi suruh beli martabak. Sayangnya misi kali ini emang beneran penting.” Aku selesai menatap rambutku dan berjalan keluar melewati Jemi. “Kalo gitu gue boleh ikut? Udah lama gue nggak dapat misi dari Slencey.” Jemi menarik hoodie putihku, membuat langkahku jadi tersendat-sendat. “Nope. Misi ini hanya untuk orang-orang yang bergelar “Makhluk yang Tak Terkalahkan” aja. So, yang nggak punya gelar itu ... minggat jauh-jauh!” Aku mengibaskan hoodie-ku dan cepat-cepat pergi meninggalkan Jemi sebelum dia merengek lagi. “Dasar sombong!” seru Jemi. “Ya udah good luck deh! Pulangnya bawa martabak ya!” Aku mengabaikan seruan Jemi dan berjalan keluar mansion. For your information part three, seluruh anggota organisasi Black Cake tinggal di satu mansion yang sama. Letaknya ada di ujung perkotaan, di tengah-tengah hutan. Tentu saja, mansion kami tak bisa dikunjungi oleh manusia biasa. Keberadaan kami pun tak terlihat, kecuali kami menyamar sebagai manusia biasa. Oke, sekarang aku akan fokus pada misiku. Lokasi rumah Alena ada di tengah kota, cukup jauh dari lokasi mansion kami. Tapi hal itu tentu tak jadi masalah untukku yang mampu bergerak secepat cahaya. Jadi hanya dalam beberapa menit saja, aku sudah tiba di depan rumah Alena. Rumahnya berpagar pendek, hampir-hampir tak ada fungsinya untuk melindungi rumah tersebut dari pencuri. Anak kecil saja juga bisa memanjat pagar ini dan masuk ke rumah. Aku menatap rembulan yang utuh di langit. Sekarang sudah tengah malam, waktu yang tepat untuk beraksi. Tangan kananku menumpu pada dinding pagar untuk memudahkan diriku meloncati pagar itu. Sedetik kemudian, aku sudah ada di halaman rumah Alena. Aku mengintip dari jendela depan untuk melihat apakah masih ada aktivitas di rumah itu. Sayangnya semua sudah gelap, tanda penghuninya sudah pergi tidur. Sekarang aku jadi harus berpikir bagaimana caraku untuk masuk ke rumah itu. Oke, aku immortal, tapi bukan berarti aku bisa menembus apa saja. Pertama, menjadi makhluk immortal itu tak semuanya bisa dilakukan. Kedua, aku tak mempunyai kemampuan untuk menembus apa saja yang menghalangiku. Jadi sekarang aku harus mencari celah agar bisa memasuki rumah itu. Aku memutuskan untuk mengitari rumah Alena demi mencari celah yang bisa kumasuki. Dan ternyata ada! Jendela belakang rumahnya terbuka separuh. Benar-benar kesempatan yang bagus untuk memulai aksiku. Tak membutuhkan banyak waktu, akhirnya aku sudah ada di dalam rumah Alena, tepatnya di bagian dapurnya. Aku berjalan tanpa membunyikan suara, sambil beberapa kali memasang instingku untuk mengawasi pergerakan musuh. Detik kemudian, aku memasang senyum lebarku dan mencengkeram pisau yang sejak tadi kusembunyikan. “Sudah gue duga kalian menyadari kehadiran gue.” Aku menoleh ke belakang dan menemukan kedua musuhku dalam wujud aslinya sudah berdiri tegak dan siap menyerangku. “Hai, selamat datang di rumah keluarga Margo.”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Time Travel Wedding

read
5.5K
bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
9.2K
bc

Romantic Ghost

read
162.7K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.7K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.6K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
4.4K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
90.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook