Six Knights - 09

1075 Words
Rasa sakit yang melilit perutku, semakin ke sini, semakin kuat saja, membuatku jadi sangat kesakitan. Aku terbatuk-batuk, peluhku yang mengalir dari leher ke dagu, lalu jatuh ke lantai, membasahi kaca transparan yang saat ini kupijakki. Aku menjerit sekencang-kencangnya, melampiaskan rasa perih yang mencengkram perutku, sementara Sun yang ada di hadapanku hanya diam saja, tak ada niatan untuk menolongku dari penderitaan ini. Sun bilang, rasa sakit yang kini menjeratku hanyalah gejala awal dari proses adaptasi tubuh dalam menerima energi sihir yang akan terkumpul di dalamnya. Tapi sungguh, mau apa pun alasannya, aku tidak peduli, soalnya ini benar-benar sakit sekali. Aku tak menyangka setelah menelan sebuah kristal pilihanku, kondisiku akan jadi seperti ini. Kukira, setelah mengalahkan makhluk dari mimpi buruk, aku bakal langsung mendapatkan kekuatan sihir tanpa ada hal-hal lainnya, tapi nyatanya, tidak semudah itu. Masih ada fase-fase selanjutnya yang akan kuhadapi demi menjadi penyihir yang sesungguhnya. Kuharap rasa sakit ini akan jadi fase terakhir, agar aku bisa lepas dari percobaan-percobaan menyakitkan seperti ini. "Aku... Aku... AKU TAK TAHAN!" Saking tak kuatnya menahan rasa sakit, aku menjatuhkan lututku ke lantai, dan kedua lenganku menjambak-jambak rambut merahku sendiri. Mataku melotot, air mata yang mengalir jadi membasahi kedua pipiku, dan gigiku saling menggemeretak tak karuan. Dan entah bagaimana, tiba-tiba saja, seluruh bagian tubuhku bercahaya, dan cahayanya berwarna merah muda, rambutku yang sebelumnya kusut berantakan, jadi lurus selembut sutra, kulitku yang sebelumnya banyak luka lecet bekas dari pertarungan, jadi bersih dan mulus kembali, dan sensasi menenangkan ini benar-benar membuatku sangat nikmat, rasanya seperti tubuhku sedang tenggelam di air hangat. "Wah, Biola. Sepertinya tubuhmu sudah menerima energi sihir, dan kini, seluruh badanmu sedang diberikan obat penenang oleh sihir dari dalam tubuhmu agar rasa sakit yang kau derita menghilang." Tapi, benar juga apa yang dikatakan Sun, rasa sakit yang barusan menghantam tubuhku jadi berangsur-angsur lenyap, digantikkan dengan rasa nikmat seperti berada di pemandian air hangat. Aku benar-benar dimanjakkan oleh 'obat penenang' ini. Setelah tubuhku sudah sepenuhnya kembali membaik seperti sedia kala, aku beranjak untuk berdiri dan menatap Sun dengan ekspresi berbunga-bunga. "Sebelumnya memang sangat menyakitkan, tapi sekarang, aku sudah kembali normal! Aku tak menyangka kalau sihir yang kuperoleh bisa menyakitiku dan memanjakkanku secara bergantian, membingungkan, juga, ya? Hahaha!" "Selamat, kau sudah berhasil menjadi seorang penyihir, Biola. Kau telah melakukan segala persyaratan dengan sangat baik! Kau sudah pantas jadi seorang penyihir di dunia dongeng!" Sun menepuk-nepuk pundakku dengan tersenyum lebar, mencoba membuatku senang. Aku sangat bahagia saat Sun mengatakan hal itu, dia memang perhatian padaku, dan sekarang, sepertinya aku sudah bukan lagi manusia biasa, karena aku telah bertransformasi menjadi seorang penyihir. * * * Kini, aku bersama Sun sedang duduk di kursi panjang di halaman belakang rumah jamur miliknya, kami berdua sedang menceritakan bagaimana serunya diriku saat melalui berbagai rintangan untuk menjadi seorang penyihir. Aku dan Sun tak henti-hentinya tertawa saat membahas bagian nikmatnya dimanjakkan oleh energi sihirku sendiri setelah ingat bahwa sebelumnya aku dihantam bertubi-tubi hingga menjerit kesakitan oleh energi tersebut. Suara burung yang berkicau di antara pepohonan raksasa yang ada di sekitar kami membuat suasana halaman belakang ini jadi semakin nyaman, apalagi saat angin sepoi-sepoi berhembus, mengusap kulitku, membuatku jadi ingin berlama-lama di sini. Kemudian, di tengah-tengah gelak tawa, aku jadi teringat soal cara mengaktifkan sihirku, karena itulah, sebelum lupa lagi, aku segera bertanya pada Sun. "Mengenai sihirku, aku ingin bertanya, bagaimana caraku untuk mengaktifkannya? Lalu, kekuatan apa yang akan kukuasai dalam sihir berelemen cinta? Dan apakah bisa kugunakan dalam pertempuran?" Aku sengaja memberikan banyak pertanyaan pada Sun, agar nantinya aku tidak kebingungan lagi. Mendengar banyaknya pertanyaan yang terlontarkan dariku, membuat Sun menelan ludahnya, karena kaget. "Woah, apa ini? Kau bertanya seakan-akan kau menyerangku dengan pukulan bertubi-tubi, membuatku tak bisa bertahan lebih lama lagi, hahaha!" Lalu, raut muka Sun beralih ke mode serius. "Baiklah, seperti namanya, elemen sihir yang kauperoleh adalah 'cinta', yang artinya kau bisa menyebarkan rasa cinta kasih pada orang lain, kau juga bisa merenggut perasaan itu dari orang lain, sesukamu. Selain itu, cara mengaktifkannya cukup mudah, berikan saja sebuah gerakan isyarat pada tubuhmu agar dia mengerti apa yang kau butuhkan saat ini. "Terkait apakah sihir cinta bisa digunakan dalam pertempuran, aku sendiri pun tidak tahu, karena aku tidak pernah melihat seorang penyihir berelemen cinta bisa bertarung atau tidak, tapi yang jelas, apa pun elemenmu, itu tergantung padamu, jika kau bisa memodifikasinya menjadi 'mode petarung', maka itu bisa terjadi. Jadi, jangan khawatir, Biola." Aku menganggukkan kepala tanda mengerti atas ucapannya padaku, kemudian, aku bertanya lagi padanya mengenai sesuatu yang selama ini kuinginkan. "Maaf jika pertanyaanku terlalu banyak, tapi, ini sangat penting. Aku hanya ingin bertanya, sebelumnya kau bilang, bahwa di dunia ini ada penyihir liar dan resmi, nah, kau sendiri termasuk ke dalam penyihir apa, Sun?" Kali ini, Sun terlihat kaget dengan pertanyaanku, karena mungkin, ini menyangkut identitasnya. Maafkan aku jika aku bertanya tak sopan, tapi aku benar-benar penasaran. "Tentu saja, aku adalah seorang penyihir liar!" Tersentak, aku langsung menimpalinya pertanyaan lagi, "Me-Mengapa kau menjadi penyihir liar daripada menjadi penyihir resmi, Sun?" "Karena... Aku membenci kaum bangsawan!" "Apa alasanmu hingga membenci mereka, Sun?" Berdecak kesal, Sun menutup mulutku dengan jari telunjuknya yang ditempelkan pada bibirku. "Aku pikir, kau tidak perlu mengetahuinya, Biola," ucap Sun dengan pandangan mata yang menindas, sadar telah melakukan kesalahan, aku segera mengganti topik pembicaraan. "Ah-Ahaha! Ya ampun, maafkan aku! Karena rasa penasaranku terlalu besar, aku jadi membuatmu kesal, ya? Maafkan aku Sun! Ngomong-ngomong, bolehkah aku bertanya lagi padamu, mengenai ini, apa perbedaan dari penyihir liar dan resmi, Sun?" "Intinya, penyihir resmi itu adalah penyihir yang sudah diresmikan oleh pihak kerajaan, memiliki kartu anggota penyihir, mendapatkan upah yang sangat besar setelah menyelesaikan suatu misi dari kerajaan, dan dikenal oleh banyak orang dari berbagai kalangan. Sementara penyihir liar hanyalah penyihir rendahan yang tak memiliki kartu anggota penyihir, mendapatkan upah dibawah ketentuan, dan dikenal sebagai penyihir buangan oleh banyak orang dari berbagai kalangan." "E-EEEEH!?" Aku benar-benar terkejut dengan penjelasan itu, kurasa ada pendiskriminasian di kerajaan, membeda-bedakan seseorang bukankah hal yang tak baik? Tapi mengapa rasanya itu adalah hal yang lumrah di sini? "Kenapa? Apa kau kaget, Biola?" Sun tersenyum tipis melihatku. "Sekarang, aku ingin bertanya padamu, karena kau sudah menjadi seorang penyihir, jalan mana yang akan kau pilih, Biola? Apakah menjadi penyihir resmi atau menjadi penyihir liar sepertiku?" Itu pertanyaan yang sangat sulit! Aku bahkan bingung harus menjawabnya bagaimana, soalnya jika aku memakai kata-kata yang salah, itu bisa membuat Sun tersinggung. "Aku pikir, mau itu resmi atau pun liar, penyihir tetaplah penyihir, mereka tidak seharusnya dibeda-bedakan seperti itu. Tapi jika aku diharuskan memilih, mungkin.. Aku akan memilih menjadi...."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD