Six Knights - 08

1127 Words
Tidak pernah terbayangkan kalau aku berhasil menghilangkan rasa takutku dan bisa mengalahkan makhluk yang paling kutakuti dari mimpi burukku. Ini benar-benar tak terduga sama sekali. Aku pikir aku akan mati jika berhadapan dengan makhluk menyeramkan tersebut, tapi nyatanya, aku bisa mengalahkannya! Sekarang, makhluk itu telah terkapar tak berdaya di lantai berlumut, dia mati karena tertusuk oleh ranting tajam di dadanya, tentu saja, itu oleh perbuatanku. Cairan kental berwarna merah yang keluar dari dadanya mengalir dan menyebar, membanjiri lantai dengan aroma anyir yang menyengat. Aku berdiri memandangi jasad makhluk berbulu yang tak memiliki kaki itu, sungguh, aku senang dapat memenangkan pertarungan ini, padahal ini adalah pertarungan pertamaku, tapi aku bisa menyusun taktik dengan lancar tanpa hambatan demi bisa memenangkannya. Entah kenapa, aku jadi bersyukur dapat memiliki sedikit kecerdasan, karena di dalam pertarungan, terkadang, kecerdasan sangat dibutuhkan untuk bisa memenangkan sebuah pertarungan. Karena itulah, aku pikir, kecerdasan itu sangat berguna, apalagi jika lawanku adalah musuh yang sangat kuat. "Selamat! Kau berhasil, Biola!" Sun berlari menghampiriku dari sudut ruangan yang merupakan tempatnya menonton pertarunganku melawan makhluk aneh tersebut. Dia menepuk-nepuk punggungku seraya tertawa saking bangganya padaku. "Aku tahu, kok! Kau pasti bisa mengalahkannya! Dan tebakanku benar! Haha!" Aku ikut tertawa mendengarnya. "Walaupun sebagian besar, kemenangkanku berkat bantuanmu, Sun! Haha! Terima kasih banyak, ya!" balasku dengan tawa yang renyah. Sun menyenggol bahuku dengan sengaja, "Kau ini bisa saja, hahahaha! Tapi itu memang benar, sih, kau kan belum bisa menggunakan sihir!" Seketika aku langsung cemberut mendengar respon dari Sun yang terkesan meledekku, menjengkelkan sekali. "Ngomong-ngomong tentang sihir, bukankah aku sudah memenuhi syaratnya? Yaitu mengalahkan makhluk yang paling kutakuti dari mimpi burukku, lalu, sekarang apa? Seharusnya kekuatan sihirku telah bangkit, 'kan?" Sadar akan hal itu, Sun langsung memasang wajah semangat. "Pertanyaan bagus, Biola! Tunggu sebentar, ya!" Sun tiba-tiba berlari ke tengah-tengah ruangan, meninggalkanku yang terheran-heran melihat tingkah anehnya, kemudian di sana, ia membungkuk, jemarinya menyentuh lantai, dan tiba-tiba saja, jasad makhluk dari mimpi burukku lenyap, lalu, secara perlahan, lantai berlumut ini berubah menjadi sebuah kaca transparan yang memiliki ukiran-ukiran bunga warna-warni di permukaannya, dan di tiap sisi ruangan, tumbuhlah beberapa buah bunga mawar berwarna hitam yang ukurannya cukup besar. Jika dihitung, bunga mawar hitam raksasa ini berjumlah sepuluh, dan bunga-bunga tersebut tumbuh di tiap sisi ruangan, dan di dalam kelopaknya, muncul sebuah kristal bercahaya yang warnanya berbeda-beda di tiap bunga. Aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi di sini sekarang, dan kelihatannya Sun paham apa yang sedang ia lakukan. Sun menegakkan kembali badannya, lalu ia berjalan pelan mendekatiku dan berkata, "Sekarang, tugasmu hanyalah mengambil kristal yang tersimpan di dalam bunga mawar hitam tersebut, tapi kau hanya boleh mengambil satu dari sepuluh kristal yang ada, pilihlah kristal yang paling kau sukai, Biola." Kristal itu memiliki bentuk bulat yang mengkilap, sepertinya jika aku memegangnya, akan terasa licin. Dan aku kebingungan setelah diperintahkan untuk mengambil satu dari sepuluh kristal yang ada di ruangan ini. Sepuluh kristal itu mempunyai warna cahaya yang berbeda-beda, ada yang berwarna merah darah, biru laut, hijau rumput, cokelat kayu, kuning cerah, merah muda, putih s**u, biru langit, ungu anggun, dan hitam gelap. Setelah melihat sepuluh kristal itu satu-persatu, aku takjub dengan pancaran cahaya warna-warni yang keluar dari kristal tersebut, membuatku semakin bingung untuk memilihnya. Kira-kira, kristal warna apa yang harus kuambil, ya? "Ayo, Biola! Ambil saja, kau tidak perlu khawatir, apa pun pilihanmu, itu pasti yang terbaik untukmu." Karena Sun bilang demikian, aku segera saja berjalan santai mendekati bunga mawar yang menyimpan sebuah kristal pilihanku. Sesampainya, mataku tak henti-hentinya melotot kaget karena jika dilihat dari dekat, ternyata kristal tersebut sangatlah indah. Menurutmu, kristal warna apa yang kupilih? Tentu saja, aku memilih kristal berwarna merah muda, alasannya? Mungkin karena merah muda adalah warna feminim yang sangat kusukai. Kemudian, dengan sangat hati-hati, aku mengambil kristal tersebut dan membawanya di dadaku seperti sedang menggendong bayi. Aku berjalan kembali menghampiri Sun yang masih berdiri di tengah-tengah ruangan, aku menunjukkan padanya kalau kristal yang kupilih adalah yang ini, berwarna merah muda. "Aku pikir dari semua kristal indah di sini, yang paling membuat mataku terus tertuju padanya adalah kristal ini, aku menyukai warnanya yang begitu imut, mencerminkan sosok perempuan feminim yang cantik. Jadi, setelah ini, apa, Sun?" Melihatku membawa kristal berwarna merah muda membuat Sun tersentak, dia sepertinya tak menyangka kalau aku akan memilih kristal ini. "Jadi itu alasanmu memilih yang ini, Biola? Apa kau tahu apa artinya itu?" Mendengar pertanyaan Sun membuatku mengedikkan bahu tak paham pada ucapannya. "Beritahu aku apa artinya, Sun." pintaku dengan tampang memohon. "Itu artinya! Tipe elemen sihirmu adalah... CINTA!" Sontak, aku langsung terkejut mendengar penjelasan dari Sun. Aku benar-benar kaget dengan apa yang dikatakannya. "Y-Yang benar saja!?" Aku mengernyitkan dahi tak percaya. "Ci-Cinta!? Memangnya ada, ya? Sihir semacam itu!?" "Tentu saja! Malahan, sihir tipe cinta termasuk ke dalam elemen yang langka, karena sihir tersebut jarang dimiliki oleh para penyihir! Dan di dunia dongeng, yang memiliki tipe sihir seperti ini tinggal beberapa orang saja dari sekian juta penyihir!" Aku takjub mendengar penjelasan dari Sun yang cukup panjang, ternyata kristal yang kupilih adalah tipe elemen yang cukup langka dan itu akan menjadi kekuatan sihirku kelak. "La-Lalu, apakah tipe elemen ini bisa digunakan untuk bertarung!? Kemudian, bagaimana cara menggunakannya?" Aku bertanya sebanyak mungkin pada Sun agar nantinya aku tidak kebingungan saat mengaktifkan sihir yang kupilih ini, walau aku sendiri tak tahu bagaimana cara mengaktifkannya. "Oh, tenang-tenang, Biola! Sepertinya kau jadi lebih bersemangat dariku, itu bagus, sih, tapi kupikir, lebih baik kau telan dulu kristal itu ke dalam tenggorokanmu sebelum kau bertanya lebih lanjut mengenai sihir yang kau pilih." "H-HAH!? ME-MENELANNYA!?" Mataku terbuka selebar-lebarnya saking terkaget mendengar hal yang diperintahkan Sun barusan. "Iya! Kau harus menelannya, agar kristal itu mencair di dalam tubuhmu dan dapat mengalir ke tiap bagian tubuhmu dan dapat terkumpul menjadi energi sihir yang dapat kau gunakan sesuka hatimu." "Jadi begitu ya? Baiklah! Aku akan menelannya seperti yang kau perintahkan." Pelan-pelan, aku mengangkat kristal yang kugendong itu ke depan mulutku, dan kemudian, kubuka lebar-lebar bibirku, lalu kumasukkan kristal berwarna merah muda itu ke dalam mulutku secara perlahan. Setelah masuk, kristal itu menggelinding dan jatuh ke dalam tenggorokanku, tak kusangka rasanya akan semanis ini, seperti menelan sebuah permen rasa strawberry. "Urgh!" Tiba-tiba, perutku seperti dicengkram oleh sesuatu dari dalam, dan cengkramannya semakin kuat, membuat kedua tanganku memegang perutku dengan kencang, tapi rasa nyerinya masih tetap terasa. "Sakit! Aku tak tahan! Rasanya sakit sekaliii! Ada apa ini!? Sun! Tolong jelaskan padaku! Argh!" Lututku sampai terjatuh ke lantai, rasa nyeri ini perlahan-lahan seperti sedang merenggut nyawaku. Aku tak kuat lagi untuk menahannya. "AAAAARGHH! SUN! TOLONG! LENYAPKAN RASA SAKIT INI! AKU--URGH!" Sun memperhatikanku dengan ekspresi santai dan kemudian berucap, "Tenang saja, itu hanyalah gejala awal dari kebangkitan kekuatan sihirmu, mungkin hanya beberapa menit saja hingga rasa sakit itu hilang sepenuhnya, bertahanlah sebentar, Biola! Tubuhmu sedang mencoba beradaptasi dengan sesuatu yang tak dikenalinya." "Aku.. Aku... TAK TAHAN LAGI!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD