15. Kencan

1509 Words
Reswara menyanyi sambil menggerak-gerakkan tangannya. Ia benar-benar merasa senang bisa menyanyikan lagu favoritnya sewaktu kecil. "Mau nyanyi lagu apa lagi, Res?" tanya Bumi setelah lagu selesai dinyanyikan. "Bentar, aku inget-inget dulu." Reswara nampak berpikir sambil menggerakkan kepalanya, "Kamu bisa nggak soundtrack Ninja khatori?" Bumi nampak tidak fokus. Pemuda itu menatap lurus ke depan seolah tidak mendengar pertanyaan yang Reswara ajukan. Karena penasaran dengan apa yang Bumi lihat sampai-sampai mengabaikannya. Reswara menoleh ke belakang mengikuti arah pandang Bumi. "Pak Min?" Gadis itu terkejut mendapati Mintaka ada di sana. Dengan tatapan berbinar, ia beranjak berdiri dan melangkah mendekat, "Pak Min, tunggu!" teriak Reswara melihat Mintaka berbalik dan melangkah pergi. Gadis itu berlari mengejar Mintaka yang mengabaikan panggilannya. Ia sama sekali tidak sadar bahwa apa yang ia lakukan saat ini membuat Bumi kecewa. "Pak Min, sedang apa di sini?" tanya Reswara sambil mensejajarkan langkahnya dengan langkah Mintaka. Ia cukup kesulitan mensejajarkan langkahnya karena langkah Mintaka yang lebar dan cepat. Namun, ia tidak menyerah dengan terus mempercepat langkahnya. "Tidak, kebetulan lewat saja," sahut Mintaka datar. "Ah, yang bener?" Reswara menatap Mintaka sambil tersenyum. "Memangnya apa lagi kalau bukan kebetulan lewat?" tanya Mintaka sambil menghentikan langkahnya. Ia menatap Reswara dengan raut kesal. Ia juga menyesal karena mengikuti gadis itu dan Bumi sampai ke saung. Kalaupun begitu, seharusnya ia langsung pergi setelah melihat mereka makan dan bernyanyi di saung bukannya terus berada di sana sampai ketahuan. Jadi menyesal sendiri, 'kan? Sekarang ia tidak akan bisa lepas dari Reswara kecuali bel berbunyi. "Pak Min nggak lagi ngintipin saya sama Mimi, 'kan?" Ia menebak seperti itu karena posisi saung di belakang dan jauh dari ruangan Mintaka. "Yang benar saja," kata Mintaka tersenyum sinis sambil mengepalkan tinjunya. "Pak Min cemburu, ya," ujar Reswara tersenyum senang. "Untuk apa saya cemburu? Sudah saya bilang, kalau saya nggak sengaja lewat. Jadi, kembalilah karena Bumi menunggumu," sanggah Mintaka mengingat pemuda itu. Mintaka ingat dengan jelas kata-kata Bumi kemarin. Pemuda itu memintanya untuk tetap bersikap dingin yang mengartikan bahwa Bumi tidak ingin ia bersikap lembut pada Reswara. Selain itu, ia juga tahu bahwa Bumi menyukai Reswara. Apalagi dengan perubahan sikap dan penampilan Bumi saat ini. Jika ia tidak mendengar percakapan Reswara dan Bumi di ruang kesehatan. Mungkin ia tidak akan terlalu berpikir bahwa Bumi menyukai gadis itu. Namun sayangnya, rasa khawatir ketika melihat hidung Reswara berdarah membuatnya mengikuti sampai ruang kesehatan. Jadi, ia tidak sengaja menguping. "Oh, Mimi. Biarin ajalah dia. Kita urus masalah kita berdua aja dulu," balas Reswara menoleh ke belakang sekilas. Masalah Bumi tidak akan menjadi masalah bagi Reswara. Lagi pula, pemuda itu sudah tahu bahwa sejak awal ia mengejar Mintaka. Jadi, ia pikir Bumi akan memahami pemikirannya. "Jangan begitu, Res. Bumi itu suka sama kamu," kata Mintaka. "Tapi saya sukanya sama Pak Min," sanggah Reswara langsung mengambil langkah cepat dengan berdiri di depan Mintaka. Posisi tangannya dilipat di depan tubuhnya. "Baiklah, tapi saya nggak suka sama kamu," ujar Mintaka. Setelah mengatakan itu, ia melangkah maju melewati Reswara. Reswara menghela nafas berat. Ia tahu Mintaka tidak menyukainya, tetapi mendengar pria itu mengatakannya secara langsung membuatnya kecewa. Ia lekas berbalik dan kembali mengejar Mintaka. "Tapi, kenapa? Saya cantik, pintar, kaya, dan baik hati. Seharusnya Pak Min suka juga sama saya seperti Bumi," tanya Reswara menuntut jawaban. "Karena saya nggak suka sama kamu. Jadi mulai sekarang, lebih baik kamu berhenti mengganggu saya. Mengerti?" jelas Mintaka tegas. "Iya, tapi nggak sukanya kenapa? Kalo nggak, Pak Min kasih tahu saya. Pak Min suka tipe cewek yang seperti apa biar saya berusaha berubah." Reswara terlihat putus asa, tetapi tetap tidak berencana untuk menyerah. "Oke. Pertama, kamu itu murid saya. Kedua, kita baru aja saling kenal. Ketiga, saya nggak ada rencana buat pacar-pacaran dan main-main," jelas Mintaka. "Saya juga nggak ada rencana buat pacar-pacaran. Dari awal juga saya sudah nembak Pak Min buat jadi mempelai saya. Jadi kalo Pak Min mau, kita menikah sekarang juga." Reswara terlihat sangat serius membuat Mintaka frustasi. Guru BK itu terlihat memijit pelipisnya. Untuk apa ia menjawab pertanyaan Reswara yang hanya akan menimbulkan masalah. Ia jadi kesulitan harus membalas apa atas ucapan gadis itu. "Astaga, Tuhan!" Mintaka membatin frustasi, "Pokoknya apa pun itu, saya nggak peduli. Kalo saya bilang nggak suka sama kamu, ya itu artinya nggak suka. Bukan, bukannya saya nggak suka sama kamu, tapi saya nggak ada perasaan apa-apa sama kamu," jelas Mintaka ingin segera menyudahi percakapan yang sulit sekali untuk dijabarkan. "Pak Min kenapa bicaranya nggak jelas gitu, sih?" Tiba-tiba Reswara merasa kepalanya pusing mendengar ucapan Mintaka yang terkesan berputar-putar. Mintaka menoleh terkejut mendengar pertanyaan Reswara. Ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya kasar. "Bel sudah bunyi lebih baik kamu masuk kelas," kata pria itu merasa tertolong hanya karena suara bel. "Yah, padahal saya belum selesai. Ya sudah, nanti pulang sekolah saya ke ruangan Pak Min," balas Reswara kecewa, tetapi tiba-tiba berubah semangat. "Mau ngapain ke ruangan saya?" tanya Mintaka geram. "Mau ajak Pak Min pulang bareng. Abis itu kita kencan sampe sore deh," balas Reswara sambil mengedipkan manik matanya menggoda. "Jangan bercanda, Res!" sewot Mintaka. "Saya serius, Pak Min. Pokoknya nanti tunggu aja, yah." Reswara mengedip-ngedipkan sebelah matanya dan pergi. Membayangkan pergi kencan bersama Mintaka membuat hati Reswara berbunga-bunga. Ia membayangkan sedang pergi nonton ke bioskop dan romantis-romantisan. Membayangkan tidak sengaja memegang tangan Mintaka ketika mengambil pop corn. Gadis itu melangkah pergi melompat ke sana kemari tanpa menghiraukan sekeliling yang mulai ramai. Yang ia pedulikan saat ini adalah hatinya. Hanya memikirkan pergi kencan dengan Mintaka saja rasanya sangat membahagiakan. Apalagi kalau hal itu sampai benar-benar terjadi. Pasti rasanya akan jauh lebih dan lebih membahagiakan. "Kamu kenapa, Res? Abis makan siang berdua sama Bumi aja sampe segitunya. Atau jangan-jangan kamu udah mulai lupa ya sama Pak Min? Kamu udah mulai berpindah hati ya sama Bumi?" Ester menunjuk-nunjuk wajah Reswara menuduh. "Apaan, sih, Es. Aku sama Bumi nggak ada hubungan apa-apa. Kita itu cuma temen dan aku sebahagia ini karena entar pulang sekolah mau kencan sama Pak Min," sanggah Reswara. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan pemikiran Ester. "Oh gitu, kirain. Tapi, Res. kamu beneran mau kencan sama Pak Min pulang sekolah nanti?" Ester mengangguk-anggukkan kepalanya bertanya dengan raut penasaran. "Shut! Jangan kenceng-kenceng entar ada yang denger." Reswara menempelkan jari telunjuknya di bibir. Kemudian, ia melanjutkan kata-katanya, "Mendingan kita masuk kelas sekarang. Aku pengen hari ini cepet-cepet selese biar aku bisa cepet-cepet kencan sama Pak Min." Ester hanya menggeleng dan Reswara menarik tangannya menuju kelas. Sedangkan Bumi yang baru muncul langsung menekuk wajahnya. Semua siswa yang mengetahui bahwa dirinya telah menjadi tampan mulai mengaguminya. Sepanjang perjalanan menuju kelas ia diberi makanan, tetapi menolak dan menunjukkan sisi dinginnya. "Mau gimana berubahnya aku, Res tetep sukanya sama Pak Min. Tapi aku juga tetep nggak bisa menyerah. Aku yakin suatu hari Res bakal sadar kalo aku yang pantas buat dia dan bukan Pak Min," bisik Bumi sambil mengepalkan tangannya. Melihat bagaimana Reswara berusaha keras mengejar Mintaka membuatnya terluka. Apalagi mendengar kata-kata bahwa Reswara tidak menyukainya. Rasanya seperti dicabik-cabik hingga berderaian darah segar. "Mimi? Sini!" panggil Reswara sambil melambaikan tangannya. Bumi pun bergegas melangkah masuk. "Ada apa?" tanya Bumi lesu. "Makasih ya, makanannya enak banget," jawab Reswara sambil mengangkat kedua ibu jarinya. "Serius? Kamu suka?" tanya Bumi bersemangat. Seutas senyuman terbit di wajah tampannya. Reswara mengangguk mantap. "Iya, Mi. Sumpah makanannya enak banget. Apalagi daging teriakinya, top banget," sahutnya sambil unjuk gigi. "Besok mau aku bawain lagi nggak? Atau kamu mau aku bawain menu lain?" tanya Bumi bersemangat. Manik matanya berbinar seakan mendapat kebahagiaan yang berlimpah. "Waaah ... Hari ini aja menunya enak banget. Ya udah, besok bawa menu lain aja. Aku penasaran banget bakal seenak apa," sahut Reswara berbinar sambil menyatukan kedua tangannya. "Ya udah, besok aku bawa menu lain. Kalo gitu, aku duduk dulu," pamit Bumi yang kemudian diangguki oleh Reswara. Setelah duduk di kursinya, Bumi langsung mengeluarkan ponselnya. Kemudian, ia mengusapnya dan mulai mengetik pesan. ["Besok Bumi mau bawa bekal lagi, Pak." ["Iya, Den. Den Bumi mau dibawakan bekal apa?" ["Sebentar, Bumi cari dulu di internet." Pemuda itu lekas mencari menu di internet. Ia mencari tanpa mempedulikan guru yang sudah masuk kelas. Setelah menemukan menunya, ia kembali mengetik pesan. ["Ayam kecap pedas manis, tumis buncis udang, sama nanti nasinya ditambahin lebih banyak." ["Baik, Den." Setelah mendapat balasan, Bumi memasukkan ponselnya ke dalam saku. Ia menatap punggung Reswara sambil tersenyum senang. Ia merasa ini adalah langkah pertama untuk menjadi lebih dekat dengan Reswara. Beberapa saat kemudian, ia mulai fokus pada pelajaran. Satu jam kemudian, bel sekolah yang menandakan jam pelajaran berakhir berbunyi. Reswara yang sejak tadi sudah merapikan mejanya langsung beranjak berdiri. Ia lekas beranjak berjalan sambil berkata, "Siang, Bu. Saya pamit duluan karena perut saya sakit tidak tahan ingin pergi ke toilet. " Setelah menyelesaikan kalimatnya, ia lekas berlarian keluar dan pergi menuju ruang BK. Reswara tahu betul apa yang ada di pikiran Mintaka saat ini. Seharusnya ia tidak perlu mengatakan akan pergi ke ruangannya setelah jam sekolah berakhir. Jadi, ia tidak perlu khawatir Mintaka akan meninggalkannya. "Aku nggak boleh telat barang sedetik pun. Aku harus sampe ruangan Pak Min tepat waktu," bisik Reswara dalam hati. Ia berlari secepat kilat sampai-sampai orang yang melihatnya seperti melihat angin p****g beliung yang melintas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD