2. Tertipu Sandiwara Bodohmu

1042 Words
"Bapak bisa tidak, sih, tidak menganggap semua ucapan saya sebagai bualan semata?" Alih-alih menjawab pertanyaan yang Mintaka lontarkan. Reswara justru balas melempar pertanyaan. "Astaga, Tuhan! Sepertinya kamu tidak perlu dihukum dan langsung masuk saja sana." Mintaka memilih melepaskan Reswara tanpa perlu menghukumnya. "Loh, loh, loh, kok, begitu? Tidak, tidak bisa. Saya sudah terlambat jadi saya harus dihukum. Mana boleh bapak sebagai guru BK tidak bertanggung jawab seperti ini," ujar Reswara tidak terima. "Kamu ini kenapa, sih? Harusnya kamu senang kalau kamu saya bebaskan dari hukuman," tanya Mintaka mengeluh dengan raut frustasi. Ia benar-benar tidak bisa berlama-lama berhadapan dengan murid seperti Reswara. Jika tidak, ia bisa terkena penyakit darah tinggi dalam hitungan menit. "Loh, loh, loh! Seharusnya saya yang tanya sama Bapak kenapa. Memangnya Bapak tidak lihat murid lain yang terlambat tidak hanya saya seorang?" Reswara menoleh ke samping kanan dan melihat tatapan tajam dari beberapa siswa yang terlambat. Sontak, Mintaka langsung mengikuti arah pandang Reswara. Pria itu terkejut melihat beberapa siswa yang datang terlambat cukup banyak di sana. Ia sambil memundurkan langkahnya tiba-tiba dengan mulut yang terbuka lebar. "Jadi, Pak Mintaka mau membebaskan hukuman dia. Lalu, bagaimana dengan kami? Apa Bapak akan membebaskan hukuman kami juga?" tanya salah seorang murid. "Astaga!" Mintaka menyugar rambutnya ke belakang, "Gara-gara gadis menyebalkan ini, aku sampai melupakan murid lain yang terlambat," batin Mintaka kesal. Ternyata, kehadiran Reswara mampu mengalihkan dunia Mintaka. Gadis itu benar-benar mampu memecahkan rekor di desa Neraka terutama di SMA Kejora. Bagaimana tidak? Pria dingin yang sulit sekali didekati oleh kaum wanita itu, justru bisa teralihkan dunianya hanya karena kekonyolan Reswara. "Enak saja kamu. Cepat kalian push up sebanyak lima puluh kali. Setelah itu, kalian boleh masuk," tegas Mintaka. "Yaaah ... Kok, banyak sekali, Pak? Biasanya cuma sampai tiga puluh kali," protes mereka serentak. Ada sekitar lima orang siswa laki-laki yang terlambat. Sepertinya, mereka anak satu geng yang langganan terlambat pergi ke sekolah. Lihat saja! Suara protes mereka sangat kompak dan terdengar menggema bersamaan. "Oke. Hukuman kalian ditambah menjadi seratus kali," ujar Mintaka lebih tegas. Ia sengaja melakukan hal itu agar kelima siswa itu langsung melakukan hukuman yang ia berikan. Jika tidak memancingnya seperti itu. Mereka justru akan semakin senang dengan mengulur-ulur waktu agar tidak masuk ke dalam kelas. Apalagi pelajaran pertama merupakan pelajaran yang paling tidak mereka sukai. "Lima puluh kali saja, Pak. Kami akan menyelesaikannya dengan sangat cepat," jawab salah satu dari mereka. Sementara kelima siswa itu sibuk melakukan push up, Mintaka kembali fokus menatap Reswara. "Makanya jangan lupa sarapan sama minum air putih yang banyak, Pak Min. Jadi, tidak hilang fokus seperti ini. Atau jangan-jangan, saya yang bikin Pak Min lupa sama mereka, yah? Saya yang mengalihkan dunia, Pak Min, yah?" ujar Reswara berbarengan dengan Mintaka yang hendak membuka suara. Mengetahui nama lengkap Mintaka membuat Reswara langsung memanggil nama pria itu. "Diam! Jangan mengarang cerita di sini!" bentak Mintaka kesal. "Ya ampun, Pak. Ide Pak Min benar-benar luar biasa cemerlang. Mulai sekarang, saya akan menuangkan imajinasi saya ke dalam tulisan. Lumayan 'kan kalau dikembangkan menjadi sebuah cerita dan diposting ke sebuah platform baca. Pasti sebentar lagi saya akan menjadi penulis terkenal," timpal Reswara berbinar membayangkan namanya disebut-sebut sebagai penulis handal. Gadis itu menautkan kedua telapak tangannya dan mengangkatnya ke depan wajah. Lalu, ia menggoyahkan tubuhnya sambil menatap ke atas langit. "Saya bilang diam!" bentak Mintaka lagi. "Iya, Sayang. Ini saya diam, kok," sungut Reswara sambil mengerucutkan bibirnya. "Hukuman kamu menulis permintaan maaf sebanyak lima puluh lembar dan besok pagi harus segera diserahkan. Mengerti?" tegas Mintaka. Sebenarnya, ia ingin memberi hukuman lain. Misalnya seperti, berlari keliling lapangan, squat, dan lain sebagainya. Namun, melihat sikap gadis itu yang sangat menyebalkan membuat Mintaka enggan berlama-lama berada di dekat gadis itu. "Siap, Pak Min. Besok pagi, saya akan menyerahkan lima puluh lembar tulisan permintaan maaf pada Bapak. Kalau begitu, sampai jumpa besok pagi, calon mempelai priaku," pamit Reswara bersemangat. Seulas senyuman terpatri dengan indah di wajahnya. Reswara memberi hormat dengan meletakkan telapak tangannya di dahi dan beranjak pergi. Gadis itu berlari sambil melompat ke sana kemari sambil bersenandung. Terlihat sekali bahwa kebahagiaan sedang menyelimutinya. "Dasar gadis aneh! Bukannya protes karena terlalu banyak lembar yang aku minta, malah senyum-senyum dan lompat ke sana kemari," gumam Mintaka heran. Reswara langsung menuju ruang guru. Di sana, ia diarahkan ke sebuah kelas. Ia masuk ke dalam dan berdiri di depan sambil memperkenalkan diri. Semua teman sekelasnya sangat antusias menyambutnya. Terutama bagi siswa laki-laki yang terpesona melihat kecantikan dan penampilan Reswara. Selesai memperkenalkan diri, ia mengedarkan pandangan mencari bangku kosong. Kemudian, ada seorang gadis yang melambaikan tangannya sambil tersenyum. Sontak, Reswara langsung melangkah ke depan. "Hai, aku Ester," kata gadis itu sambil mengulurkan tangannya. "Hai, aku Res." Reswara menerima uluran tangan Ester, "Apa aku boleh duduk di sini?" tanyanya. "Boleh dong, masa nggak," sahut Ester sambil menarik bangku itu ke belakang. Kemudian, Reswara langsung duduk di sana. "Makasih," kata Reswara. "Sama-sama," balas Ester. Beberapa jam kemudian, waktu makan siang tiba. Reswara keluar kelas bersama Ester. Mereka pergi ke kantin sangat terlambat karena sibuk mengobrol. Baru beberapa langkah keluar kelas, Reswara melihat Mintaka dari jauh. "Kamu duluan aja, Es. Nanti kamu pesankan bakso sama mie ayam buat aku," ujar Reswara tanpa mengalihkan pandangan. "Emangnya kamu mau ke mana?" tanya Ester. "Udah nggak usah banyak tanya. Cepat sana ke kantin. Kamu bilang bakso sama mie ayam di sini paling enak. Aku ngga mau sampe nggak kebagian," sanggah Reswara beralasan. Ia mendorong punggung Ester agar bergegas pergi. "Ya udah, kamu perginya jangan lama-lama. Takutnya nanti mie-nya ngembang," kata Ester. "Oke, Syantik," balas Reswara sambil mengedipkan sebelah matanya. Setelah Ester pergi menjauh, Reswara langsung bergerak cepat. Ia berjalan setengah berlari menuju Mintaka berada. Kemudian, ia langsung menunjukkan bakat aktingnya yang masih harus diasah dengan benar. "Aawww ... Sakit," pekik Reswara kesakitan. Gadis itu menyentuh dahinya sambil menutup mata sebelahnya dan menatap Mintaka yang sedang berjalan ke arahnya. Tepat ketika sang guru berada di depannya, Reswara menjatuhkan tubuhnya seolah sedang pingsan. Melihat Reswara terhuyung hampir terjatuh membuat Mintaka langsung bergerak cepat menangkap tubuh gadis itu. Namun sayangnya, ia melihat gadis itu tersenyum sambil mengintip. Mengetahui rencana yang Reswara buat, Mintaka tersenyum sinis. "Kau pikir, aku akan tertipu sandiwara bodohmu itu, Res. Tidak mungkin!" batin Mintaka tersenyum menyeringai. Ia lekas membuka suara dan mengagetkan Reswara. "Buka matamu dan sudahi sandiwaramu ini, Reswara!" seru Mintaka dingin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD