10. Sudah Kuduga

1127 Words
"Apa? Apa? Apa? Meskipun aku pengen banget Pak Min keluar dari sekolah ini, tapi aku tetep nggak akan kerjasama sama kamu. Aku masih bisa melakukan semuanya sendiri. Jadi, mendingan kamu balik ke meja kamu karena udah ada guru di depan." Bumi mengangkat dagunya mengarah ke depan di mana guru pembimbing berada. "Oke. Aku nggak butuh bantuan kamu dan aku bisa sendiri bikin Pak Min jatuh cinta sama aku." Reswara beranjak berdiri dan menatap Bumi tajam sebelum akhirnya kembali ke mejanya sendiri. Setelah duduk di kursinya, Reswara berbisik memanggil, "Mimi!" Gadis cantik itu mengangkat jari tengahnya sambil tersenyum menyeringai. "Astaga! Dasar Somplak!" umpat Bumi kesal. Melihat raut kesal Bumi, sontak Reseswara menjulurkan lidahnya sambil menjulingkan matanya. Setelah itu, ia menggerak-gerakan tubuhnya sambil bersenandung riang. "Mendingan kamu nggak usah berurusan sama Bumi deh, Res," celetuk Ester. "Emangnya kenapa, Es? Kamu cemburu, yah?" tanya Reswara sambil tersenyum menuduh. "Nggak, bukan itu," sergah Ester sambil menggeleng cepat. "Terus apa kalau bukan cemburu?" tanya Reswara menatap Ester lekat. "Sejak kelas dua, aku sama Bumi selalu satu kelas. Dia itu anaknya berandalan banget dan sering banget bikin ulah. Dia juga sering banget terlambat dan dihukum sama Pak Min." Ester berhenti sejenak sekedar untuk menarik nafas. Maksud Ester berkata seperti itu karena ia menyayangi Reswara. Ia tidak ingin temannya itu ikut terjerumus dan menjadi berandalan seperti Bumi. "Jadi?" Reswara ingin Ester melanjutkan kata-katanya. "Aku cuma takut kamu kenapa-napa kalo deket sama dia," imbuh Ester serius. Sesekali gadis itu melirik ke belakang di mana Bumi berada. "Oke, aku mengerti. Aku nggak akan deket-deket sama Mimi lagi, tapi aku nggak bisa menghindar kalo Mimi yang deket-deket sama aku," sanggah Reswara dengan rasa percaya dirinya yang tinggi. Padahal, Bumi terlihat sangat tidak sudi dekat-dekat dengannya karena sikap nyablaknya. "Kalo itu, sih, terserah kamu. Aku cuma ingetin aja sebelum kamu terjerumus," kata Ester tidak ingin terlalu memaksakan dan sekedar ingin mengingatkan. Sebenarnya, Bumi menjadi anak berandalan seperti itu bukan tanpa alasan. Ada sesuatu yang membuat pemuda itu melampiaskan apa yang terpendam di d**a dengan sikap urakannya. "Oke terimakasih, Ester cantik," balas Reswara sambil merangkul bahu teman sebangkunya itu. Reswara dan teman sekelasnya yang lain mulai fokus pada pelajaran kecuali Bumi yang merebahkan kepalanya di atas meja dan tidur. Pemuda itu tidak pernah mengikuti pelajaran seperti siswa pada umumnya. Guru yang mengajar pun sudah bosan menasehati hingga mendiamkannya. Beberapa jam kemudian, waktu makan siang pun tiba. Semua murid di sekolah itu bergegas merapikan meja mereka dan memasukkan buku ke dalam tas. Kemudian, mereka berbondong-bondong pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka yang keroncongan. "Ke kantin yuk, Res!" ajak Ester. "Kali ini aku nggak ke kantin, Es. Aku bawa bekal dan aku mau lunch sama Pak Min," tolak Reswara sambil menunjukkan dua kotak bekal di dalam tote bag yang ia pegang. Sejak semalam, gadis itu meminta bantuan Sati untuk membuatkan bekal dua porsi untuknya. Ia meminta menu nasi gulung dengan berbagai aksesorisnya. Tidak lupa dengan sebotol jus untuk menyegarkan suasana. "Oh, oke. Kalo gitu, aku ke kantin duluan," pamit Ester. "Oke," balas Reswara. Sementara Ester pergi ke kantin, Reswara bersiap-siap hendak pergi ke ruangan Mintaka. Berhubung ruangan guru BK terpisah dari ruangan guru pembimbing. Jadi, Reswara bisa menyelinap masuk tanpa harus ketahuan oleh guru lain. Namun sayangnya baru sampai di depan pintu kelas, sudah ada seseorang yang mencegah langkahnya. "Kamu mau ke mana?" tanya Bumi canggung. Sepertinya ia sudah tahu tujuan Reswara, tetapi berpura-pura tidak tahu. "Nggak usah kepo deh jadi orang," protes Reswara menatap sinis pemuda itu. "Daripada makanan itu buat Pak Min, mendingan buat aku aja," kata Bumi sambil menunjuk tote bag yang ada di tangan kiri Reswara. "Enak aja. Emangnya kamu pikir kamu itu siapa? Temen aku? Gebetan aku? Atau ... Pacar aku?" sanggah Reswara menggebu. Bagaimana bisa Bumi meminta bekal yang sengaja ia siapkan untuk Mintaka? Memangnya pemuda itu siapa? Diajak kerjasama saja tidak mau dan sekarang pemuda itu meminta bekal makan siangnya. Benar-benar tidak masuk akal si Bumi. "Oke, oke. Aku bakal bantu kamu, tapi ada syaratnya." Raut wajah Bumi terlihat sangat-sangat mencurigakan. "Sorry to say no, Bumi. Aku sama sekali nggak butuh bantuan kamu. Jadi, minggir karena aku harus pergi sekarang juga," balas Reswara mengikuti kata-kata yang pernah Bumi katakan sebelumnya padanya. "Ayolah, Res. Syaratnya gampang banget, kok," bujuk Bumi. Kini, bukan Reswara lagi yang berusaha membujuk melainkan dirinya. "Minggir, aku mau lewat!" seru Reswara tanpa menghiraukan Bumi. Reswara mendorong lengan Bumi menjauh dan bergegas melewatinya. Jangan sampai ia terlambat menghampiri Mintaka di ruangannya karena ulah Bumi. "Calon mempelai pria, aku datang," kata Reswara beranjak pergi tanpa menghiraukan ucapan Bumi dan melangkah menuju ruangan guru BK. Gadis itu berjalan sambil melompat ke sana kemari. Tidak ketinggalan pula dengan senandung cinta untuk Mintaka. "Astaga, Tuhan! Kenapa jantungku berdegup kencang? Padahal ini bukan pertama kalinya aku ketemu sama calon mempelai priaku," lirih Reswara sambil terkekeh geli. Sampai di depan pintu, gadis itu merapikan rambut panjang yang ia gerai. Kemudian, ia merapikan pakaiannya barangkali kurang rapi. Setelah itu, ia mengetuk pintu tanpa mengeluarkan suara. Ia takut Mintaka tidak akan membiarkannya masuk jika mendengar suaranya. Baru satu kali ketukan, terlihat kenop pintu bergerak memutar ke bawah. Sepersekian detik kemudian, terpampanglah wajah tampan Mintaka. Pria itu membuka mulut hendak berbicara, tetapi Reswara lekas mendorong tubuhnya masuk ke dalam. "Apa yang kamu lakukan, Res?" tanya Mintaka geram. Alih-alih menjawab pertanyaan yang Mintaka ajukan, Reswara membalikkan tubuhnya dan mengunci pintu. Kemudian, ia mencabut kunci dan menyimpannya di saku bajunya. "Reswara," geram Mintaka sambil menggertakkan giginya. "Iya, Sayang. Pak Min pasti belum makan siang, 'kan? Kebetulan sekali saya bawa bekal banyak," balas Reswara lekas mengeluarkan botol jus, dua kotak bekal, dan meletakkannya di meja. Lalu, ia membuka tutup dia kotak bekal itu. Mintaka hanya berdiri tidak jauh dari pintu sambil melipat kedua tangannya di d**a. Pria itu hanya menatap Reswara tajam tanpa berniat untuk mendekat. "Pak Min, kenapa masih di situ saja?" tanya Reswara melihat pria itu hanya berdiam diri. "Astaga, Pak Min!" Gadis itu melangkah mendekat dan menarik tangan Mintaka. Sayangnya, pria itu menahan kuat-kuat tubuhnya agar tidak tertarik. Berkali-kali ia mencoba, tetapi tetap saja tidak berhasil. "Kita lihat saja nanti. Aku atau justru Pak Min yang kalah," batin Reswara menyeringai. "Coba saja tarik tanganku, kalau kau bisa!" tantang Mintaka dalam hati. Sikap yang Reswara dan Mintaka tunjukkan seolah tahu isi hati sama lain. Tangan kanan Reswara masih berusaha menarik tangan Mintaka. Kemudian, tangan kirinya bergerak ke arah perut dan mulai menggelitikinya hingga sang empu menggeliat kegelian. Sementara seluruh tubuhnya merespon, kedua tangan Mintaka pun ikut merespon dan bergerak. Sontak, tangan Reswara yang semula menarik kuat-kuat kini terdorong ke belakang dan tubuhnya pun condong ke belakang. Beruntung Mintaka langsung sigap dan menangkap tubuh gadis cantik itu. Kini, Reswara berada di dekapan tubuh Mintaka dan tatapan keduanya kini bertemu. "Sudah kuduga kalau aku yang akan jadi pemenangnya," bisik Reswara menunjukkan seringaian tipisnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD