5. Dikeluarin Dari Sekolah

1124 Words
Melihat Reswara di depan pintu, Ester langsung berjalan tergopoh-gopoh menghampiri. Gadis itu menarik tangan sahabatnya dan membawanya sedikit menjauh dari kelas. "Kamu kenapa, sih, Es? Itu temen-temen juga, kenapa pada liatin aku sampe begitu banget?" tanya Reswara mengeluh. "Nih, dengerin aku ya, Res. Kamu 'kan baru dua hari ini pindah ke sekolah ini. Nggak mungkin 'kan kalo kamu pacaran sama Pak Min?" Ester berusaha menimbang kemungkinan faktanya. Ia melihat semua postingan di komunitas sekolah tentang Reswara dan Mintaka. Ia juga melihat pesan yang masuk ke seluruh nomor telepon murid di sekolah. Ia berusaha menilai kebenarannya karena tidak ingin ada kesalahan. "Emangnya kenapa, sih, Es? Apa salahnya coba kalo aku pacaran sama Pak Min?" tanya Reswara bingung. Ia tidak sadar bahwa kekonyolannya kemarin membuat seluruh isi sekolah heboh dan sibuk membicarakannya. "Jadi beneran kamu pacaran sama Pak Min? Ya ampun, Res! Gimana bisa kamu pacaran sama guru? Kalo sampe Pak Min dipecat gara-gara masalah ini giman?" cerocos Ester panik. Mintaka merupakan guru tampan yang paling populer di sekolah itu. Sikap dinginnya membuat para siswi tergila-gila padanya. Namun, mengingat peraturan tertulis di sekolah itu tentang guru dilarang menjalin hubungan dengan muridnya membuat semua siswi menahan perasaannya. Jika tidak, maka jabatan guru tersebut yang akan menjadi jaminannya. Jadi, daripada tidak bisa melihat Mintaka lagi. Mereka memilih untuk sekedar mengagumi saja. "Apa?! Dipecat?!" terkejut Reswara. "Iya, Res. Soalnya ada peraturan di sekolah ini, kalo guru nggak boleh pacaran sama muridnya. Jadi, nanti seandainya kamu dipanggil sama guru. Kamu jelasin gosip nggak bener ini. Oke?" "Oke, aku tahu," sahut Reswara mengangguk mantap. "Bagus." Ester menatap Reswara dari atas ke bawah, "Kamu tunggu di sini dulu sebentar. Aku mau ke kelas ambil seragam kamu." Ia lekas masuk ke dalam kelas dan mengambil seragam Reswara, "Sekarang kamu ganti baju dulu aja. Aku yakin, sebentar lagi bakal ada guru yang ke sini buat manggil kamu," imbuhnya sambil menyodorkan seragam. "Oke thanks, Es," kata Reswara yang kemudian langsung diangguki oleh Ester. Reswara langsung berlarian ke arah toilet untuk mengganti baju. Setelah selesai, ia langsung kembali dan mendapati seorang guru mencarinya di kelas. "Saya Reswara, Pak," timpal Reswara di tengah guru memanggil namanya di kelas. "Pergilah, kepala sekolah memanggilmu," kata guru itu. "Baik, Pak." Gadis itu langsung menuju ke ruang kepala sekolah. Sepanjang perjalanan, ia memikirkan kemungkinan pertanyaan apa saja yang akan ia terima. Bahkan ia sampai menabrak siswa lain karena tidak fokus. "Maaf, maaf, aku nggak sengaja," ujar Reswara berlutut sambil memunguti seragamnya yang jatuh di lantai. "Nggak papa kali, Res, santai aja. Justru aku mau bilang makasih sama kamu," balas anak itu membuat Reswara mengangkat kepalanya. Reswara menengadahkan kepalanya menatap sosok anak laki-laki itu dan langsung beranjak berdiri. "Makasih? Buat apa?" tanya gadis itu sambil mengerutkan keningnya. Dalam sekejap, perasaannya langsung berubah tidak enak. Ia merasa, ada yang tidak beres dengan anak laki-laki itu. Ia juga merasa, apa terjadi hari ini bukan ulah orang lain melainkan ulah anak laki-laki itu sendiri. "Makasih karena berkat kamu, Pak Mintaka bakal dikeluarin dari sekolah ini," jawab anak itu sambil tersenyum lebar. Benar bukan, apa yang Reswara pikirkan? Instingnya tidak pernah salah dan langsung terbukti. "A-apa? Jadi, kamu yang nyebarin gosip nggak bener itu?" terkejut Reswara dengan manik mata terbelalak. "Gosip? Bukannya itu fakta? Kamu suka sama Pak Mintaka, 'kan?" Bukannya menjawab pertanyaan yang Reswara lontarkan, anak itu justru balik bertanya. "Faktanya emang aku suka sama Pak Min, tapi Pak Min nggak suka sama aku. Jadi, kalo kamu pengen buat Pak Min keluar dari sekolah ini. Lebih baik kamu bantu aku biar Pak Min suka sama aku," sanggah Reswara menggebu. Ia berencana untuk memanfaatkan ketidaksukaan anak itu terhadap Mintaka. Ia yakin, anak itu akan setuju untuk membantunya. Setidaknya, ada bantuan gratis yang akan ia terima. Meskipun taruhannya jabatan Mintaka sebagai guru di sekolah itu. "Res, tunggu!" teriak anak itu karena Reswara berlari meninggalkannya. Padahal, ia belum sempat menjawab tawaran gadis itu. "Aku tunggu bantuan darimu." Reswara berhenti sejenak, "Oh, iya. Siapa namamu?" Ia lupa belum tahu siapa nama anak laki-laki itu. "Bumi, namaku Bumi. Jangan lupa kalau kita satu kelas Res," balas Bumi berteriak. "Oke, Bumi. Aku tunggu bantuan dari kamu," ujar Reswara mengulang. Gadis itu kembali berlari menuju ruangan kepala sekolah. Sampai di depan ruang kepala sekolah, ia berhenti sejenak. Merapikan pakaiannya, rambut panjangnya, dan seragamnya. Setelah itu, ia lekas mengetuk pintu. "Masuk!" seru seseorang dari dalam. Mungkin pemilik suara itu adalah kepala sekolah. Reswara membuka pintu. "Selamat siang, Pak," sapa Reswara. Mintaka menoleh ke belakang membuat Reswara terkejut. Raut wajah pria itu benar-benar tidak enak. Bahkan bulu kuduk Reswara sampai berdiri melihat ekspresi membunuh dari pria itu. "Pak Min ada di sini juga?" tanya Reswara basa basi. Padahal ia sudah tahu mengingat percakapannya dengan Ester sebelumnya. Tidak ada satu orang pun di antara kedua pria itu yang ingin menjawab. Raut wajah mereka sama tidak enaknya. "Duduklah!" kata kepala sekolah. "Baik, Pak." Reswara melangkah ke depan dan duduk di kursi tepat di sebelah kiri Mintaka. "Kalian berdua tahu bukan, alasan mengapa saya memanggil kalian berdua ke sini?" tanya kepala sekolah. Jika mereka sudah tahu, ia tidak perlu menjelaskannya lagi. Setidaknya, ia bisa menghemat waktunya dan tidak akan terbuang sia-sia. "Tahu, Pak." "Saya tidak tahu, Pak." Reswara dan Mintaka menjawab secara bersama. Gadis itu berpura-pura seolah ia tidak tahu. "Baiklah. Alasan saya memanggil kalian karena gosip yang beredar di sekolah ini. Jadi--" "Gosip apa, Pak? Masa iya, saya sudah menjadi bahan gosip di sekolah ini, sedangkan hari ini hari kedua saya sekolah di sini?" potong Reswara bersikap seolah ia tidak tahu apa-apa. Setidaknya, hal itu bisa membantu menepis gosip itu. "Res!" protes Mintaka. Meski pembahasan itu untuk memecatnya, tetapi ia tidak suka jika Reswara bersikap tidak sopan. "Iya, maaf." Reswara menunduk dan melirik sekilas ke arah Mintaka. Kemudian, tatapan matanya beralih pada kepala sekolah, "Maaf karena saya sudah bersikap tidak sopan." "Tidak masalah." Kepala sekolah mengangguk dan melanjutkan penjelasannya, "Saya tahu, kalau kamu anak pindahan kemarin. Oleh karena itu, saya masih ragu tentang gosip ini. Tidak mungkin bukan, dalam waktu satu hari kalian langsung menjalin sebuah hubungan? Saya juga tidak bisa langsung mengeluarkan Pak Mintaka begitu saja dari sekolah ini," imbuhnya bijak. Sebenarnya mungkin-mungkin saja, tetapi kepala sekolah tidak membenarkan hal itu mengingat peraturan yang sudah ada. Tidak mungkin Mintaka mengabaikan peraturan sekolah yang sudah dibuat sejak dulu. "Iya benar, Pak. Jadi, apa saya sudah bisa kembali ke kelas?" tanya Reswara merasa tidak ada lagi yang perlu dibahas. "Bisa, tapi bawa orang tuamu ke sini besok," sahut kepala sekolah. Bagai disambar petir di tengah hari bolong. Bagaimana bisa Reswara meminta ayah atau ibunya ke sekolah? Untuk masalah jaraknya yang sangat jauh tidak akan menjadi masalah. Yang menjadi masalah adalah sikapnya yang konyol. Bagaimana kalau ayah dan ibunya tahu alasan mengapa ia dipanggil kepala sekolah? Bisa-bisa ia dipaksa pindah ke kota dan tidak bisa bertemu Mintaka lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD