6. Apa Res Membuat Masalah Di Sana?

1237 Words
"Tidak bisakah wali saya yang di sini saja yang dipanggil karena saya tinggal di sini tidak bersama kedua orang tua saya?" pinta Reswara. Sumpah demi apa pun, ia takut jika ibunya sampai tahu kalau ia membuat ulah di sekolah barunya. "Bagaimana bisa kamu tidak tinggal bersama orang tuamu di sini?" tanya Kepala sekolah. "Saya berasal dari kota Heaven dan saya tinggal di sini bersama pengasuh saya sewaktu saya masih kecil," jelas Reswara membuat Mintaka menoleh menatapnya. Pria itu cukup terkejut karena gadis cantik itu ternyata sangat mandiri. Rela pindah sekolah sampai ke luar kota dan jauh dari kedua orang tuanya. Padahal jika dilihat dari sikap dan penampilannya, Reswara terlihat seperti anak mami yang manja. "Meskipun orang tuamu tidak tinggal di sini, kamu tetap harus memanggil mereka. Entah itu ayah atau ibumu, salah satu dari mereka tetap harus datang ke sini," kekeh Kepala sekolah. Ia perlu membicarakan masalah itu pada kedua orang tua Reswara dan bukan diwakilkan dengan wali lain. "Tapi, Pak--" Reswara hendak mengatakan sesuatu, tetapi sudah dipotong langsung oleh kepala sekolah. "Tidak ada kata tapi. Pokoknya besok lusa, orang tuamu harus sudah menemui saya. Kalau tidak, salah satu dari kalian harus keluar dari sekolah ini," potong Kepala sekolah memutuskan. Peraturan tetaplah peraturan. Meski Reswara dan Mintaka berusaha mengelak, tetapi bukti nyata sudah tersebar luas di sekolah itu. Ya, meskipun kepala sekolah juga tidak mempercayainya. Setidaknya dengan kedatangan orang tua Reswara, kepala sekolah bisa memberi masukan. Jadi, orang tua Reswara bisa menasehati dan gadis itu bisa merubah sikapnya. "Tapi, Pak--" Lagi-lagi ucapan Reswara ada yang memotong begitu saja. Semula kepala sekolah yang memotongnya dan sekarang Mintaka. "Ayo, kita keluar!" ajak Mintaka sambil menarik tangan gadis cantik itu. Ia tahu akan jadi seperti apa kelanjutannya, jika tidak bergegas menyeret gadis itu keluar. Mulutnya yang pandai sekali berbicara tidak akan bisa membuat gadis itu berhenti berbicara sebelum keinginannya terwujud. Alih-alih kesal, Reswara justru merasa senang. Gadis itu terus menatap tangannya dan wajah Mintaka bergantian. Senyumannya terus terpatri di wajah cantiknya. "Yah, kenapa dilepas, Pak Min?" Raut kecewa muncul di wajah Reswara. "Nggak papa, kok, kalo misal Pak Min mau pegang tangan aku terus," imbuh Reswara sambil menyodorkan tangannya kembali agar dipegang lagi oleh Mintaka.. "Astaga! Bisa-bisa aku darah tinggi menghadapi murid seperti Res," batin Mintaka mengeluh. Jangankan darah tinggi, mungkin Mintaka bisa menua dalam waktu yang sangat singkat. Oleh karena itu, ia harus menikmati kehadiran Reswara agar tetap awet muda. Mintaka menghela nafas sebelum menghadapi kekonyolan Reswara. Ia berusaha mendorong tangan gadis itu menjauh darinya. "A-a-aww!" Reswara memekik kesakitan sambil menyentuh tangan yang Mintaka dorong. "Kenapa? Apa ada yang sakit?" tanya Mintaka khawatir. Pasalnya gadis cantik itu terlihat sangat kesakitan. "Iya, Pak Min. Nggak tahu kenapa saya kayak kesetrum gitu. Apalagi jantung saya rasanya mau meledak setelah bersentuhan dengan Pak Min," sahut Reswara menyentuh dadanya sambil tersenyum malu. Wajahnya memerah seperti bunga mawar merah yang baru saja mekar. Gadis itu hanya berusaha untuk menggoda karena Mintaka selalu bersikap dingin padanya. Namun dengan bodohnya, pria itu percaya begitu saja dengan kebohongan yang Reswara buat. "Astaga, Res! Bisa tidak, sih, kamu serius dan jangan bercanda terus?" geram Mintaka sambil menyugar rambutnya kasar. Bayangkan saja, Mintaka sudah sangat khawatir takut gadis itu kenapa-napa, tetapi malah ia dikerjai. "Siapa juga yang bercanda? Saya serius dan sangat-sangat serius. Pak Min saja yang selalu menganggap saya bercanda," sanggah Reswara sambil mengerucutkan bibirnya. "Sudah-sudah tidak perlu bahas hal yang tidak penting. Pokoknya saya tidak mau tahu, orang tua kamu harus datang ke sini. Kalau tidak, kamu yang harus keluar dari sekolah ini," ujar Mintaka tegas. "Daddy saya sibuk bekerja dan Mommy saya sibuk mengurus kedua adik saya, Pak Min. Bisakah saya membawa Sati Eonni saja?" bujuk Reswara masih tidak berani memanggil ayah atau ibunya ke sekolah. "Siapa itu Sati Eonni?" tanya Mintaka. "Itu loh, Pak Min, pengasuh saya sewaktu saya masih kecil," sahut Reswara berharap Mintaka mengiyakan. "Oh gitu." Mintaka mengangguk-anggukkan kepalanya membuat Reswara berbinar. Gadis itu pikir Mintaka akan mengiyakannya, "Tidak bisa. Pokoknya harus orang tuamu langsung yang datang ke sini," imbuhnya tegas. "Yaaah." Tubuh Reswara terasa tidak memiliki tulang. Dengan lesu, ia memohon, "Ayolah, Sayang. Pak Min ini 'kan kesayangannya Res. Masa iya, Pak Min tega Res yang cantik dan imut ini kena marah Mommy sama Daddy." Mendengar ucapan Reswara membuat Mintaka berjengit kaget. Pasalnya, gadis cantik itu menatapnya dengan manik mata yang mengerling layaknya mata anak kecil yang ada di kartun yang terlihat sangat menggemaskan. Namun sayangnya, Reswara salah berhadapan dengan pria dingin seperti guru BK itu. Pria itu sedikit menundukkan kepalanya. Memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana dan menatap Reswara tajam. "Saya tidak peduli dan saya tidak mau tahu. Dan satu hal lagi, jangan pernah memanggil saya dengan sebutan sayang karena sekali lagi kamu melakukannya, saya tidak akan memberi toleransi apa pun padamu," balas Mintaka dingin. "Iya, Sayang. Eh maksudnya iya, Pak Min." Reswara sengaja ingin membuat Mintaka kesal, tapi sayangnya ia gagal. Pria itu melangkah pergi tanpa mempedulikannya. "Pak Min, tunggu! Jangan tinggalin saya, Pak Min!" teriak Reswara. Tempat tujuan yang akan mereka tuju berbeda. Mintaka hendak pergi ke ruangannya dan Reswara hendak pergi ke kelasnya. Namun, gadis itu bersikap seolah mereka akan pergi ke tempat yang sama. *** "Bagaimana ini, Sati Eonni?" tanya Reswara gusar. Selepas pulang sekolah, Reswara langsung menemui Sati tanpa mengganti baju lebih dulu. Ia sudah tidak sabar ingin menceritakan masalahnya di sekolah. Namun belum menceritakan masalahnya, gadis itu sudah bertanya bagaimana. "Bagaimana apanya, Nona Bos?" Wanita itu menatap anak asuhnya bingung. "Res buat masalah di sekolah dan kepala sekolah minta Daddy atau Mommy ke sekolah," sahutnya lesu. "Apa?! Yang benar saja, Nona Bos?" terkejut Sati. Bagaimana Sati bisa percaya sedangkan Reswara baru dua hari bersekolah di sekolah itu? Lalu, bagaimana bisa kepala sekolah meminta orang tuanya datang? "Iya, Sati Eonni," sahut Reswara mengangguk sambil mengangkat pandangan sejenak. "Astaga, Nona Bos! Sebenarnya masalah apa yang Nona Bos buat, sampai-sampai kepala sekolah meminta Daddy atau Mommy datang ke sekolah?" tanya Sati penasaran. "Res ..." Gadis itu nampak ragu-ragu ingin mengatakannya, "Sebenarnya, Res suka sama guru BK di sekolah dan ada yang mengadu pada guru. Berhubung ada peraturan di sekolah yang tidak mengizinkan murid berpacaran dengan guru. Jadi begini deh, Eonni," imbuhnya sambil nyengir kuda. "Ya ampun, Nona Bos! Baru dua hari sekolah sudah main suka-sukaan, pacar-pacaran, sama guru lagi." Lagi-lagi Sati dikejutkan oleh kekonyolan anak asuhnya, "Jadi, apa yang mau Nona Bos lakukan sekarang?" "Res mau Sati Eonni yang ke sekolah, tapi kepala sekolah kekeh mau Mommy atau Daddy yang ke sekolah," sahut Reswara. "Terus? 'Kan Nona Bos tinggal telpon Daddy atau Mommy saja. Apa susahnya coba?" Sati mengedikkan bahunya sambil mencebikkan bibirnya. Sati tidak tahu dengan permasalahan yang sedang Reswara hadapi. Ia pikir, apa susahnya meminta kedua orang tuanya datang ke sekolah. Untuk masalah jarak, ia pikir Ragana dan Ozawara tidak akan mempermasalahkannya demi putri sulung mereka. "Tidak segampang itu, Sati Eonni. Masalahnya, Res takut Mommy marah. Res takut disuruh balik ke rumah dan Res nggak mau," jelas Reswara dengan sejelas-jelasnya. "Oh, jadi begitu." Sati menganggukkan kepalanya sambil menyentuh dagunya, "Oke, biar Sati Eonni saja yang telpon Daddy." "Tapi pelan-pelan ngomongnya, jangan sampai Mommy denger," peringat Reswara yang kemudian diangguki oleh Sati. "Halo, Raga Oppa." Mendengar panggilan sudah diterima membuat jantung Reswara berdegup kencang. Gadis itu memberi isyarat agar Sati mematikan panggilan. "Iya, Sati. Ada apa? Apa Res membuat masalah di sana?" Mendengar suara ayahnya membuat jantung Reswara berdegup kencang layaknya kuda yang berpacu cepat. Manik matanya membola seolah ingin melompat keluar dan menggelinding menyusuri lantai.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD