8. Gosip

1424 Words
Benar saja, semua siswa bahkan satpam yang berdiri di sana pun mulai meraih ponsel di saku celananya. Mereka semua langsung memotret dan bergosip di komunitas sekolah. Membicarakan tentang apa yang baru saja mereka dengar. Bahkan, ada foto Ragana dan Reswara yang sedang berpelukan. Benar-benar bukti nyata yang bisa membuat seluruh isi sekolah percaya. "Daddy, Res rindu," celoteh Reswara langsung memeluk ayahnya. "Daddy juga rindu, Sayang. Bagaimana kabarmu? Kau baik-baik saja, 'kan?" Ragana balas memeluk putrinya sambil mengelus kepalanya. "Tentu saja baik. Justru semenjak Res tinggal di sini keadaan Res menjadi jauh lebih baik," balas Reswara sambil mendongakkan kepalanya menatap manik mata ayahnya. "Syukurlah kalau kabarmu baik. Soalnya Mommy khawatir sekali takut kau kenapa-napa." Ragana menepuk-nepuk kepala putrinya lembut. "Ngomong-ngomong soal Mommy. Kedatangan Daddy ke sini tanpa sepengetahuan Mommy, 'kan?" tanya Reswara khawatir. "Tentu. Daddy harus berbohong agar daddy bisa sampai di sini tepat waktu. Jadi, untuk kedepannya jangan membuat masalah lagi agar daddy tidak berbohong sama Mommy lagi. Apa kau mengerti?" balas Ragana mengingatkan. "Iya, Daddy, Res janji tidak akan membuat masalah lagi," kata Reswara sambil mengangguk mantap. "Tapi, Sayang. Kenapa semua orang di sini menatap ke arah kita?" tanya Ragana bingung. Reswara langsung membalikkan tubuhnya dan melihat semua orang menatap ke arahnya. "Biarkan saja. Mungkin mereka belum pernah melihat pria tampan seperti Daddy. Lebih baik kita masuk ke dalam biar masalahnya cepat selesai," balas Reswara tidak ambil pusing. Lagi pula ia sudah biasa diperhatikan banyak orang sejak pertama kali masuk ke sekolah itu. "Baiklah," balas Ragana. Reswara langsung merengkuh telapak tangan ayahnya dan mengajaknya masuk melintasi pintu gerbang sekolah. Sepanjang jalan hingga menyusuri koridor sekolah pun, mereka tidak lepas dari pantauan seluruh siswa. Mereka seperti artis yang sedang berjalan di karpet merah. Diperhatikan tanpa mengedip-ngedipkan mata mereka meski hanya satu detik. "Kenapa semua murid di sini terlihat sangat aneh?" gumam Ragana, tetapi masih bisa didengar putrinya. "Abaikan saja, Daddy. Res juga sempat mengalami hal yang sama. Mungkin mereka pikir Daddy ini sugar daddy-nya Res," jelas Reswara datar. Ia sadar telah membuat kesalahan. Padahal ia tidak ada niatan ingin membuat kehebohan. "Apa?" terkejut Ragana. Bagaimana bisa ia menjadi sugar daddy dari putrinya sendiri? "Jangan terkejut begitu. Tadi di depan Res hanya bercanda memanggil Daddy dengan sebutan sugar daddy, tapi sepertinya semua orang menganggapnya serius," sanggah Reswara berusaha menebak. Gadis cantik itu sudah tahu bahwa sekolah tempat ia bersekolah merupakan sekolah bermulut besar. Jadi dalam hitungan detik seluruh isi sekolah tahu tentang candaannya tadi. "Astaga, Res! Lain kali jangan bercanda seperti ini lagi," ujar Ragana frustasi. Pria itu merasa seperti akan dikuliti hidup-hidup oleh seluruh siswa di sekolah itu. Tatapan mata mereka benar-benar mengerikan seolah bisa membuatnya kejang dalam sekejap. "Iya, Daddy." Reswara mengangguk merasa bersalah, "Itu dia ruangan kepala sekolah," imbuhnya sambil menunjuk ke arah ruang bertuliskan kepala sekolah. "Ya udah, ayo kita masuk!" ajak Ragana. Sepasang ayah dan anak itu sudah berada di depan pintu ruangan kepala sekolah. Reswara mengetuk pintu beberapa kali dan terdengar suara pemilik ruangan mempersilakan masuk. "Selamat pagi, Pak," sapa Reswara. "Pagi," balas kepala sekolah. Pria itu menatap Ragana dari ujung kepala hingga ujung kaki. Ia fokus menatap wajah Ragana lekat. "Perkenalkan ini Daddy, saya," kata Reswara memperkenalkan. "Oh iya, silahkan duduk!" balas kepala sekolah mengurai senyuman. "Terimakasih," kata Ragana. Pria itu dan putrinya melangkah ke depan, begitu pula dengan kepala sekolah. Mereka duduk di sofa dan yang membuat Ragana heran adalah tatapan mata kepala sekolah mirip sekali dengan tatapan mata siswa di sepanjang jalan tadi. Ragana mengulurkan tangannya dan memperkenalkan diri. "Saya Raga, ayah Res." "Saya Rusmanto, kepala sekolah di sini." Kepala sekolah mengulurkan tangannya membalas jabatan tangan Ragana. "Apa Anda juga mengira kalau saya sugar daddy-nya Res?" tanya Ragana tanpa basa-basi. Jujur, ia merasa sangat tidak nyaman dengan raut semua orang di sekolah itu ketika menatapnya. Jadi, daripada basa-basi lebih baik ia langsung mengatakannya. "Sebelumnya iya karena sudah ada gosip yang tersebar di sekolah ini. Tapi melihat betapa miripnya Res dengan Anda membuat saya menepis gosip itu dengan tegas," jelas kepala sekolah. "Syukurlah kalau begitu." Ragana mengangguk sambil menghela nafas lega, "Jadi, tujuan saya datang ke sini karena permintaan putri sulung saya. Katanya kalau saya tidak datang, putri saya akan dikeluarkan dari sekolah ini. Apa itu benar?" sambungnya. "Jadi begini ... Sebentar!" Di tengah pembicaraan, tiba-tiba ada suara ketukan pintu dan dengan sangat terpaksa, kepala sekolah harus menghentikan sejenak pembicaraan itu. "Masuk!" seru kepala sekolah. Sontak, Reswara dan ayahnya menoleh ke arah pintu. Sepersekian detik kemudian, muncullah sosok tampan Mintaka. Reswara langsung membuka mata dan mulutnya lebar-lebar. Melihat cahaya yang menyinari tubuh Mintaka membuatnya terpesona dan melambaikan tangannya. "Res?" panggil Ragana melihat tingkah aneh putrinya. Ia bahkan sempat menatap putrinya dan Mintaka bergantian untuk memastikan penglihatannya. "Eh iya, Daddy," terkejut Reswara langsung merubah ekspresi wajahnya. "Duduklah!" kata kepala sekolah pada Mintaka. Mintaka pun bergegas duduk di kursi single. Ia menatap Reswara dan Ragana bergantian. Tatapan matanya cukup membuat Reswara mengerutkan keningnya. Mungkin pria itu sama seperti kepala sekolah yang telah melihat gosip yang beredar di komunitas sekolah. "Berhubung semua orang sudah lengkap, jadi kita mulai saja penjelasannya." Kepala sekolah menatap semua orang bergantian sebelum akhirnya melanjutkan kata-katanya, "Alasan saya memanggil Anda jauh-jauh ke sini karena gosip yang beredar di sekolah ini, tentang hubungan terlarang murid dengan guru. Sebelumnya, ada gosip bahwa Pak Mintaka dan Reswara berpacaran. Sedangkan di sekolah ini, ada aturan yang melarang guru dan murid menjalin sebuah hubungan." "Yang benar saja. Putri saya ini gadis yang pendiam dan tidak pernah menjalin hubungan dengan laki-laki mana pun. Masa iya dalam waktu dua hari sudah bisa mendapatkan kekasih. Apalagi bisa sama guru. Rasa-rasanya sangat tidak mungkin," sanggah Ragana menggebu. Mendengar ucapan Ragana membuat Mintaka langsung menatap Reswara terbelalak. Bagaimana bisa gadis tidak bisa diam seperti Reswara dibilang pendiam? "Res? Pendiam? Hahaha, sepertinya pendengaranku sedang bermasalah," tawa Mintaka dalam hati. "Saya tahu, Pak. Saya juga tidak percaya, tapi gosip yang beredar mengatakan hal itu. Jadi, saya ingin Anda menasehati Reswara agar lebih menjaga sikap," kata kepala sekolah mengingatkan. "Saya mengerti. Saya akan menasehati putri saya agar lebih menjaga sikap," balas Ragana menatap putrinya sejenak dan kembali menatap kepala sekolah. "Baiklah kalau begitu, masalah selesai dan Res bisa kembali belajar," kata kepala sekolah mengakhiri pembicaraan. "Kalau begitu, saya permisi," pamit Ragana. "Saya juga permisi, Pak," pamit Mintaka. Ragana dan Reswara keluar diikuti Mintaka di belakangnya. Pria itu memperhatikan interaksi sepasang ayah dan anak yang terlihat sangat akur. "Apa benar dia ayah Res?" tanya Mintaka dalam hati. "Daddy mampir dulu 'kan ke rumah Sati Eonni?" tanya Reswara. Ia pikir, ayahnya butuh istirahat setelah perjalanan jauh dari Kota Heaven ke Desa Neraka. "Tidak, Sayang. Daddy mau langsung pulang saja. Takutnya Mommy curiga dan besok lusa juga daddy ada acara di sekolah adik-adikmu, Sky sama Ice," balas Ragana sambil menggeleng pelan. "Oh, jadi dia benar ayah Res. Pantas saja mereka mirip sekali," batin Mintaka sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Mintaka tidak sadar mengikuti Reswara dan ayahnya menyusuri koridor ke arah keluar. Pria itu sibuk menguping tanpa memperhatikan jalan. "Acara apaan, Dad?" tanya Reswara sambil mengerutkan keningnya. "Hari ayah, Sayang. Sky sama Ice mau tampil dan Daddy harus ada di sana," jelas Ragana menatap putrinya lembut. "Tampil? Tampil apaan? Memangnya Sky sama Ice bisa apa?" tanya Reswara bersemangat. Gadis cantik itu langsung berbalik dan berhenti tepat di depan ayahnya. Sontak, Mintaka langsung bersembunyi di balik pilar yang cukup besar di dekatnya. "Aduh, jangan sampai aku ketahuan membuntuti mereka. Bisa salah paham nanti," batin Mintaka memohon. "Hei, jangan meremehkan kedua adikmu! Mereka berdua jago nge-band. Suara Ice cukup bagus untuk disejajarkan dengan penyanyi-penyanyi senior," sanggah Ragana menggebu. "Iya, Res tahu." Gadis itu kembali berbalik dan melanjutkannya langkanya, "Bukan maksud Res mau meremehkan bakat Sky dan Ice. Hanya saja, Res tidak suka dengan bakat dan cita-cita mereka," imbuh Reswara muram. Lihat saja bibirnya hampir jatuh ke lantai. "Loh! Memangnya kenapa?" tanya Ragana penasaran. "Kalau mereka jadi penyanyi sungguhan dan sering pergi manggung ke luar kota bagaimana? Res tidak mau Mommy kesepian di rumah setelah Res menikah," sahut Reswara keceplosan. Gadis itu langsung menutup mulutnya rapat-rapat. "Astaga, Res! Bagaimana bisa kau berkata seperti itu? Awas saja kalau kau sampai bilang pada ayahmu ingin menikah denganku," geram Mintaka dalam hati. "Menikah? Memangnya kau mau menikah dengan siapa?" terkejut Ragana mendengar kata menikah keluar dari mulut putrinya. "Sial! Bagaimana bisa aku keceplosan? Kalau Daddy sampai tahu aku ingin menikah sama Pak Min, bisa-bisa aku mati dicincang sama Mommy," umpat Reswara dalam hati. Ia tidak habis pikir dengan dirinya sendiri yang berani melubangi makam untuknya sendiri. "Hah? Apa? Menikah? Siapa yang bilang mau menikah, Dad?" tanya Reswara berpura-pura terkejut. "Daddy tahu kau sedang berusaha menghindar, Res," sergah Ragana sambil berkacak pinggang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD