Sementara pagi di Bandung mulai tenang setelah semalaman dihujani hujan deras, suasana di rumah Dinda justru berubah mencekam. Udara yang mestinya sejuk berubah sesak oleh teriakan dan langkah kaki yang memburu. Pagi itu, rumah besar yang biasanya hanya dipenuhi suara anak-anak dan gemericik air kolam ikan, berubah menjadi tempat yang tak aman. Tempat yang nyaris seperti ladang perburuan. Beberapa orang berhasil menembus sistem keamanan rumahnya. Mereka berpakaian biasa, bukan seperti perampok pada umumnya, tapi gerakan mereka terlalu terlatih untuk disebut pencuri biasa. Salah satu dari mereka memukul satpam yang mencoba menghadang. Satpam itu terkapar begitu saja, tak bergerak, entah pingsan atau lebih buruk dari itu. Teriakan pun membelah udara. “DINDA! KELUAR KAU!” Suara-suara asin

