Terpisah

2241 Words

Wirdan dan Amira saling berpandangan, sama-sama tahu bahwa ini bukan situasi biasa. Wajah Amira tegang, bibirnya menggigit pelan sisi bawah, menahan gugup yang mulai merambat. Sedari menerima kabar dari Khayra tadi malam, pikirannya tak pernah berhenti meracik kemungkinan-kemungkinan terburuk. Apalagi mendengar soal pria-pria asing yang datang mencari Khayra ke LSM mereka—dengan cara yang agresif dan penuh amarah. Itu bukan main-main. Wirdan, yang biasanya paling rasional, kali ini pun tak bisa duduk diam. Ia berulang kali melihat ke layar ponselnya, berharap ada pesan masuk dari Khayra yang bisa sedikit meredakan kecemasan. Tapi nihil. “Enggak bisa nunggu, Mir,” gumamnya akhirnya, suaranya dalam dan mantap. “Kalau mereka nyari Khayra ke tempat kerja, bisa aja mereka nekat ke rumah.” A

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD