BAB 10: TEROR 3

1189 Words
Rose menatap dingin pria paruh baya yang sekarang berdiri dua meter di depannya sambil menodongkan pistol ke jantungnya. Saat dia melihat ke sekeliling, ada lebih dari tiga puluh orang yang mengarahkan senjata padanya. Sepertinya dia akan mati sekarang. Sehebat apapun kemampuannya, tidak mungkin bisa menghindar dari puluhan peluru yang diarahkan padanya. Ini bukan film action hollywood! Yang penting adalah mengulur waktu selama mungkin sampai bantuan datang. Dia berdoa dalam hati, semoga Tuhan masih mau membantunya untuk melindungi teman temannya. “Hanya aku yang kalian inginkan. Lepaskan mereka” kata Rose dengan bahasa Italia pada pria paruh baya yang berada di depannya itu. “Bukan kamu yang berhak memberi perintah disini, nyonya” jawab pria paruh baya itu dengan tawa mengejek. “Justin Ludovic tidak pernah meminta kalian membunuhku” kata Rose sambil menatap lurus ke mata orang yang sepertinya pimpinan operasi ini. Seperti perkiraannya, perkataannya membuat orang orang disana terkejut. “Bagaimana kau..” kata pria paruh baya itu. “Aku mengenalnya. Mata hijau, rambut ikal berwarna hitam, tampan, tinggi seratus delapan puluh, memiliki tato griffin di d**a kirinya” kata Rose menjelaskan ciri ciri bos mereka. Pria paruh baya itu menatap tajam pada Rose. Wanita di depannya ini menyebutkan ciri ciri bosnya dengan tepat, bahkan sampai posisi tato bosnya. Tidak banyak yang mengetahui lokasi tato bosnya itu, kecuali para petinggi di jaringan mereka dan teman tidur bosnya itu. Tiba tiba pintu mobil kembali terbuka dan Rose melihat Morin keluar, gadis itu mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. “Dia kekasih Justin Ludovic. Justin akan membunuhmu kalau berani menyentuhnya” kata Morin dalam bahasa Italia yang membuat semua orang disana terperangah, termasuk Rose. “Dasar wanita gila! Bisa bisanya kau mengarang cerita” cecar Pria paruh baya itu yang sekarang mengarahkan senjatanya pada Morin. “Aku punya buktinya. Lihatlah ini” jawab Morin sambil menunjukkan foto di layar ponselnya. Dia mengulurkan ponsel itu pada anggota mafia yang paling dekat dengannya. Anggota itu menoleh pada atasannya yang mengangguk, lalu dia mengambil ponsel itu untuk diberikan ke pria paruh baya itu. Hanya beberapa orang yang pernah bertemu dengan Justin Ludovic dan biasanya mereka adalah orang orang yang memiliki posisi tinggi di jaringan mafia Justin Ludovic. Pria paruh baya itu langsung menoleh pada Rose setelah melihat sebuah foto di ponsel wanita yang baru turun dari mobil itu. Dia pernah bertemu dengan bosnya itu beberapa kali ketika dia menerima hadiah saat berhasil menjalankan misi besar dan memang bosnyalah yang ada di foto itu dan sedang bermesraan dengan wanita di depannya ini. “Cek waktunya itu adalah siang tadi” kata Morin lagi. Jaraknya dengan pria itu sekitar dua meter yang membuatnya harus berteriak agar suaranya terdengar. Rose memperhatikan pria paruh baya itu kembali membuka ponsel yang dia berikan lalu menoleh padanya lagi. Dia meringis dalam hatinya menyadari kalau itu adalah fotonya dan Justin tadi siang saat mereka sedang berseteru dengan garpu dan pisau kue. Teman temannya memang konyol, bisa bisanya mereka mengambil foto saat itu! Lalu terdengar suara helikopter mendekat. Mereka semua menoleh ke atas dan Morin yang mengenali helikopter keluarganya kembali berteriak. “Justin Ludovic ada di helikopter itu. Tanyakan dulu padanya sebelum bertindak” teriak Morin. Semoga di heli itu memang ada Diego, harap Morin dalam hati. Kalau tidak, pasti dia yang akan ditembak duluan dan itu berarti dia harus menggentayangi atau membunuh omnya agar mereka bisa bersama. Semoga hal itu tidak akan pernah terjadi! Mereka semua sangat fokus pada helikopter yang sedang mendarat itu, tapi ada sekelompok orang yang bersembunyi di belakang truk, salah satu dari mereka menghubungi atasannya dan memberitahu kalau rencana mereka tidak berjalan sesuai dengan yang sudah direncanakan sebelumnya. “Bos. katanya Justin Ludovic ada di helikopter yang baru akan mendarat” “Apa?! Sial! Berarti dia sudah tahu!” “Apa yang harus saya lakukan?” “Pantau terus. Kabari saya lagi nanti setelah kau melihat kalau itu benar Justin Ludovic” “Baik bos” Setelah helikopter itu mendarat dengan sempurna, Diego langsung turun dari heli dan berjalan untuk menghampiri Rose dan Morin. Garry mengikuti Diego dari belakang dengan senjata di tangannya. “Stop” teriak salah satu anggota yang sudah mengarahkan pistolnya pada Diego. Kebanyakan dari mereka tidak ada yang mengetahui wajah bos besar besarnya. “Hentikan semua ini Dex” bentak Diego dalam bahasa Italia kepada pria paruh baya itu. “Dan kau, akan kucincang jika masih berani mengarahkan senjata padaku!” kata Diego bengis pada salah satu anak buahnya itu, yang langsung menurunkan senjatanya karena ketakutan saat melihat tatapan membunuh Diego yang diarahkan padanya, ditambah kalimat pria itu yang juga sama mengerikannya. “Turunkan senjata!” perintah Dex si pria paruh baya itu. Dia langsung menunduk memberi hormat saat Diego sudah berada di depannya. Melihat pimpinan operasi mereka memberi hormat, mereka yakin kalau yang di depan mereka adalah bos besar mereka, jadi mereka ikut memberi hormat. Darius dan Darren sekarang baru turun dari helikopter, saat ini kondisi sudah bisa dikendalikan. Jika tadi mereka turun duluan, pasti situasi akan semakin kacau. Hatinya sudah tenang saat dia melihat Morin baik baik saja. Gadis itu sekarang sedang serius menonton live adegan film godfather di depannya. Dia dan Darren berjalan menuju ke arah gadis itu sambil memantau situasi. Mereka berdua juga memegang senjata di kedua tangannya. “Pakai ini dan tutupi kepalamu juga” kata Diego sambil melempar jaketnya pada Rose. “Untuk ap-” bantahan Rose terputus saat dia melihat tatapan Diego. Tubuhnya merinding, dia memakai jaket itu sesuai perintah Justin Ludovic. Alarm di kepalanya langsung menyala, menyuruhnya menjauhkan diri sejauh mungkin dari pria bengis di depannya. Pria itu menguarkan aura kegelapan yang siap membawamu ke neraka. Pria ini tidak sama dengan yang dia temui sejak dua hari lalu. Inilah orang yang dikatakan oleh ibunya dan Arnold! “Maafkan kami bos. Kami hanya menerima perintah dari Leonardo Ricci untuk membawa wanita ini. Saya tidak tahu kalau dia adalah kekasih anda” kata Dex masih sambil menunduk, dia tidak berani mengangkat kepalanya. Diego menoleh pada Rose setelah mendengar penjabaran ajaib anak buahnya dan melihat wanita itu meringis saat membalas tatapannya, lalu dia menoleh pada Morin yang juga sedang menatapnya penasaran, gadis itu lalu menyeringai tanpa merasa bersalah. “Maaf, butuh tindakan ekstrim untuk situasi darurat” kata Morin sambil nyengir. Diego tertegun menatap Morin. Bahkan gadis itu masih tidak takut padanya setelah tahu siapa dirinya?! Morin juga merasakan aura Diego yang membuatnya merinding, tapi dia mengabaikan dengan alasan yang sama kenapa dia tidak takut pada omnya. Dia yakin pria itu tidak akan menyakitinya. Pria itu memiliki banyak kesempatan sebelum ini jika memang ingin menyakitinya. “Aku akan membereskan pengkhianat itu nanti. Sekarang kalian kembali dan pastikan Leonardo Ricci sudah ada di hadapanku saat aku tiba di rumah” kata Diego memberi perintah pada Dex. “Siap bos” jawab Dex. Orang yang sejak tadi bersembunyi di belakang truk kembali menghubungi Leonardo Ricci untuk memberitahu kalau memang Justin Ludovic yang turun dari helikopter dan pria itu sudah mengetahui kalau Leonardo Ricci mengkhianatinya. Dia juga memberitahu kalau ada Darius Hartadi disana. “Bos, mereka menerima perintah untuk kembali dan menangkapmu” kata si anggota panik. “Jalankan rencana B. Bunuh wanitanya Darius. Rekam semuanya dan kirim padaku” ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD