BAB 14: BIMBANG

1112 Words
Tidak lama setelah pintu ditutup, Rose menghampiri ranjang Justin dan memperhatikan pria itu. Pria itu tampak tenang dalam tidurnya. Sampai sekarang dia masih tidak mengerti mengapa pria itu berusaha melindunginya? Padahal sudah jelas dari awal dia selalu menunjukkan permusuhan dan berusaha membunuh pria itu! Darius Hartadi adalah orang yang sangat berhati hati dan sulit memberikan kepercayaan pada orang lain, namun dia percaya pada pria ini. Pada seorang bos mafia yang pekerjaannya berhubungan dengan hal hal ilegal dan bunuh membunuh. Tapi ternyata dia memberikan kepercayaan pada orang yang tepat, orang yang rela mati untuknya. Bahkan untuk Morin yang baru dikenalnya. Jika saja pria ini tidak membunuh ibunya dan Arnold, mungkin mereka bisa berteman, karena mereka memiliki prinsip hidup yang sama. Hanya saja yang sudah mati tidak akan hidup kembali. Dia menatap jaket anti peluru yang masih dia gunakan. Sebenarnya tadi dia tertembak di bagian perut saat musuh tiba tiba menyerang dan dia tidak sempat menghindar, namun dia baik baik saja karena menggunakan jaket ini. Jika pria ini tidak memberikan jaketnya, pasti dia yang sekarang berbaring di ranjang rumah sakit, itupun kalau masih hidup. Sekarang bagaimana dia bisa membunuh pria yang sudah menyelamatkan nyawanya? Apalagi semua ini terjadi memang karena kebodohannya yang terlalu percaya diri hingga membuat masalah menjadi sebesar ini. Dia membahayakan dan mencelakakan banyak orang! Dia bahkan hampir membuat sahabatnya sendiri terbunuh. Dia juga berhutang banyak pada keluarga Hartadi yang sekarang sedang berusaha membereskan masalah di tol. Rose menghela nafas, masih tidak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang? Dia berjalan ke arah lemari yang tadi ditunjuk Darius dan membukanya. Ternyata selain pakaian rumah sakit, disana juga ada beberapa perlengkapan seperti di hotel, ada sikat gigi, odol, dan shower cap. Untung di tasnya selalu ada perlengkapan make up termasuk pembersih make up ukuran kecil, jadi dia bisa membersihkan wajahnya agar tidak jerawatan besok. Dia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan keluar tidak lama kemudian. Dia langsung naik ke ranjang yang berada di sebelah ranjang pria itu. Dia terus menatap wajah tampan pria itu dengan berbagai pikiran yang berkecamuk di otaknya sampai dia tertidur. **** Justin membuka matanya dan tidak bisa melihat apapun. Hal itu membuatnya waspada dan dia berusaha bangun namun dia merasa tubuhnya lemah dan nyeri di d**a kirinya. Dia mencoba menggerakkan tangannya untuk menyentuh tempat yang dirasa sakit dan tangannya menyentuh lukanya yang membuatnya semakin nyeri. Perlahan matanya mulai menyesuaikan dengan kegelapan di sekelilingnya dan dia mulai bisa melihat beberapa barang. Dia mencoba fokus untuk mengenali dimana dirinya berada sekarang? Sudah berkali kali dia terbangun di berbagai tempat yang tidak diketahuinya dengan nyawa yang hanya tinggal setengah atau mungkin seperempat. Tiba tiba dia menangkap suara dengkuran halus dan menoleh untuk mencari suara itu. Disana dia melihat wanita itu sedang tertidur menghadap dirinya. Dia bisa mengenali wanita itu walaupun dalam keadaan gelap seperti ini, karena pertemuan pertama mereka juga dalam kegelapan yang kurang lebih sama. Kehidupannya yang selalu bersinggungan dengan bahaya membuatnya cepat untuk mengenali sesuatu. Dia langsung teringat apa yang terjadi sebelumnya dan menyadari kalau sekarang dia berada di rumah sakit dan belum mati. Dia kembali meraba lukanya dan teringat perkataan Darius kalau peluru itu tidak mengenai jantungnya. Sepertinya dewi fortuna masih berpihak padanya, mungkin tahu kalau dia tidak akan rela mati jika Fernando Laruzzo belum mati. Dia kembali memperhatikan wanita itu. Dia ingat kalau wanita itu berjuang agar dirinya tetap hidup, bahkan sampai memberikan darahnya sendiri. Walau saat itu dirinya sudah hampir tidak sadarkan diri, tapi telinganya masih bisa mendengar jelas pembicaraan mereka. Diego tersenyum mencemooh. Dasar wanita naif. Saat kau mau membunuh seseorang, tidak seharusnya mengukur dengan adil atau tidaknya suatu kondisi, apalagi wanita itu sendiri tahu kalau dia tidak akan bisa membunuhnya dalam kondisi normal. Pada saat pertama kali wanita itu melukainya di hotel juga sama seperti sekarang. Karena dia melepaskan wanita itu, wanita itu juga memberikan penawar racun dari pisaunya. Sekarangpun begitu, wanita itu berusaha menyelamatkan nyawanya karena berpikir dia telah memberikan jaketnya pada wanita itu. Walaupun wanita itu mengatakan kalau dia hanya tidak ingin berhutang budi, tapi itu menunjukkan kalau wanita itu sebenarnya baik dan memegang teguh prinsipnya. Yang membuatnya bingung, mengapa sekarang wanita itu tidur di ranjang disebelahnya? Begitu khawatirnyakah wanita itu akan keselamatannya sampai harus ditunggui? Rasanya lucu kalau wanita itu sekarang begitu mengkhawatirkan dirinya saat sebelumnya sangat ingin membunuhnya. Sebenarnya saat itu dia memberikan jaketnya karena merasa tidak ada bahaya yang mengancam dirinya saat anak buahnya sudah mengenalinya, tapi tidak dengan keselamatan wanita itu! Anak buah Leonardo yang menyusup di kelompoknya pasti akan tetap mencari cara membunuh wanita itu. Dan jika wanita itu mati, maka Morin akan bersedih. Dia mengepalkan tangannya saat teringat mengapa dia tertembak. ternyata Leonardo mengincar Morin! Dia akan memberikan kematian yang paling mengerikan pada pria itu. Setelah sekian lama berkubang dalam penderitaan karena tidak bisa menyelamatkan adik kesayangannya, akhirnya dia bertemu dengan Morin. Tingkah gadis itu yang unik dan ceria ternyata bisa membuatnya kembali merasakan hidup, dia selalu merasa terhibur setiap kali dia melihat gadis itu berulah untuk menarik perhatian Darius. Dia tidak lagi seperti zombie yang mengejar buruannya siang malam seperti hidupnya beberapa tahun ini. Sekarang dia memiliki dua target, Leonardo Ricci dan Fernando Laruzzo. Nanti dia akan dengan senang hati memberikan nyawanya pada wanita ini jika dia sudah membunuh kedua orang itu. Sampai saat itu pasti Darius sudah menikahi Morin. Darius Hartadi adalah orang yang total dalam segala hal dan dia pasti akan menjaga miliknya dengan sangat baik, jadi tidak ada yang perlu dia khawatirkan lagi, toh memang sudah tidak ada lagi yang dia inginkan di dunia ini. Tiba tiba dia mendengar pintu dibuka perlahan dan seseorang mengendap masuk lalu mengunci pintu. Dia langsung siaga. Orang yang bertujuan baik tidak akan mengendap di tengah malam, mengunci pintu pula! Justin berpura pura tidur hingga orang itu berada di samping ranjangnya. “Maafkan saya bos” kata pria itu sambil menodongkan pistol di kepala Justin. “Mengapa?” tanya Justin menoleh pada orang itu. Dia mengenali orang itu yang merupakan anak buah Dex yang cukup kompeten. Pria itu terkejut, lalu mengokang pistolnya. “Maafkan saya. Putri saya masih terlalu kecil, dia berhak melihat dunia lebih lama lagi” kata pria itu. Nada suaranya terdengar menyesal. “Leonardo tetap akan membunuh putrimu. Bahkan sekarang mungkin putrimu sudah mati” jawab Justin. “Dia sudah berjanji akan membiarkan istri dan putriku hidup jika saya membunuh anda” kata pria itu mulai ragu. “Kau yakin mempercayai seorang pengkhianat?” tanya Justin. “Dia sudah berjanji!” bentak pria itu. Dia mulai cemas dan tangannya gemetar. Dia tidak punya pilihan selain mempercayai janji Leonardi Ricci. Pria itu mengirimkan video anak dan istrinya yang menangis di sel tahanan. Dia tidak mau membayangkan istri dan anaknya dibunuh pria itu juga. Dor ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD