BAB 7: GARRY KEAN

1422 Words
“Untuk apa kalian menguping kalau nantinya bisa bertanya pada Morin?” tanyanya pada ketiga wanita itu. “Kamu bukan wanita, Diego. Kamu tidak tahu serunya merasakan dan mendengar langsung sebuah kejadian, bukan hanya mendengarkan dari satu sisi saja. Seperti menontonmu dengan Rose tadi” jawab Sissy sambil menaik turunkan alisnya. “Memang ada apa tadi?” tanya Morin penasaran. “Tadi mereka lupa kalau ada kami yang sedang menguping disini. Jadi mereka membuat film sendiri” jawab Jenny usil. “Film apa?” tanya Morin lagi. Dia melirik curiga pada Diego saat teringat waktu di London sepertinya Diego tertarik saat melihat foto Rose. “Drama Romantis” jawab Jisoo dengan semangat. “Diego..” panggil Morin sambil mengerutkan alisnya tidak suka. “Haiz sudahlah Morin. Daripada Rose meneruskan kawin kontraknya dengan pria mata keranjang itu, lebih baik dia dengan Diego saja” kata Jenny sama bersemangatnya dengan Jisoo. Jenny melupakan kalau ada Diego yang mendengar perkataannya tentang hal sebenarnya merupakan rahasia Rose. “Kalian jangan bicara sembarangan. Aku tidak tertarik padanya” kata Rose yang tiba tiba sudah ada di dekat mereka. “Kenapa sih kamu suka seperti hantu yang hilang dan muncul tanpa suara. Lain kali kita main jelangkung saja kalau mau mencarimu” keluh Jenny sambil mengusap dadanya karena terkejut dengan kedatangan Rose yang tanpa suara. “Permisi non Morin. Ada tamu yang mencari Pak Diego Marazzi” suara salah satu pelayan menginterupsi keramaian disana. Morin kembali menoleh pada Diego. “Kamu menunggu seseorang?” tanya Morin pada Diego. “Iya. sudah datang ya? Suruh masuk kemari saja” jawab Diego. Dan Morin menginstruksikan pelayan itu untuk membawa tamu Diego ke tempat mereka berada sekarang. Tidak lama kemudian datang seorang pria berperawakan tinggi gagah seperti Om Darius tapi lebih tampan. Dengan rambut ikal seperti Diego, namun matanya berwarna abu misterius. Dia memiliki rahang persegi yang dihiasi sedikit jambang, ditambah lesung pipi di kedua pipinya saat dia tersenyum, membuat para wanita disana terpesona. Pria itu langsung menghampiri Diego setelah tersenyum pada para wanita untuk memberi salam. Mereka lalu pamit keluar dari pantry untuk membicarakan pekerjaan. “Kau sudah tahu siapa saja yang berangkat ke Jakarta?” tanya Diego. “Dex dan anak buahnya sekitar dua puluh orang” jawab Garry Kean. “Hanya untuk membunuh seorang wanita?” tanya Diego heran. Biasa mereka hanya mengirim paling banyak sepuluh orang jika hanya untuk membunuh satu orang. “Mereka menggunakan jet pribadi anda karena ternyata permintaannya adalah membawa wanita itu, bukan membunuhnya” jawab Garry. “Wanita itulah yang memesan peti matinya sendiri untuk memancingku keluar. Berarti Leonardo memiliki rencana lain, karena itulah dia menginginkan wanita itu dalam keadaan hidup. Dia menginginkan sesuatu dari wanita itu!” kata Diego. Dia menyadari kalau nasib wanita itu akan lebih mengerikan daripada kematian jika sampai ditangkap oleh Leonardo Ricci. “Lindungi wanita itu Garry, kita harus mencari tahu apa yang diinginkan Leonardo” perintah Diego. “Siap bos” jawab Garry patuh. **** “Siapa itu Morin? Beruntung sekali ada dua bule Italia ganteng. Kalau satu itu punya Rose, yang ini boleh untukku ya?” tanya Sissy sambil menyenggol Morin. Matanya belum lepas dari si pria ganteng yang sekarang sedang mengobrol dengan Diego. “Eh jangan dong. Aku juga belum pernah punya pacar orang Italia” sahut Jenny tidak mau kalah. “Kalian gantian saja pacaran dengannya” jawab Jisoo. “Tidak!” jawab Jenny dan Sissy serempak. Sekarang mereka saling memelototi satu sama lain. Morin dan Jisoo menggelengkan kepala melihat kelakuan dua temannya yang tidak bisa lihat pria tampan. Keduanya sudah sering bertengkar karena memperebutkan pria yang bahkan belum tentu tertarik dengan mereka. Sedangkan Rose hanya diam memperhatikan si orang baru yang dia kenali sebagai salah satu pembunuh bayaran paling mahal di dunia, Garry Kean. Untuk apa Justin Ludovic membawa pria itu kemari? Apa untuk membunuhnya? Lalu matanya kembali bersitatap dengan Justin yang menyadari kalau dia memperhatikannya. Pria itu sekarang tersenyum misterius padanya, seakan mengetahui apa yang dia pikirkan. Dia langsung membuang muka. “Aih dia tatap tatapan lagi. Katanya tadi tidak tertarik” kata Sissy kembali menggoda Rose. “Kalau Rose tidak tertarik, lebih baik kita bagi dua saja duo ganteng itu” kata Jenny pada Sissy yang sepertinya menganggap kedua pria tampan di sudut sana sebagai barang. “Tidak!” jawab Rose cepat yang membuat semua wanita disana sekarang memperhatikannya dan tersenyum bersengkongkol. Maksudnya mengatakan tidak adalah agar teman temannya tidak berhubungan dengan pria pria berbahaya, tapi sepertinya mereka menganggap kalau dia tertarik pada Justin Ludovic. “Eh.. Bukan itu maksudku” kata Rose berusaha menjelaskan, dia menyangkal maksud teman temannya. Namun apa daya, mereka semua memang mengangguk, meng-iya-kan sangkalannya, tapi di bibir mereka masih terpatri senyum bersekongkol itu. “Ladies, kenalkan ini asistenku. Garry Kean” perkataan Diego menginterupsi obrolan mereka. Dan Sissy yang memang sudah menunggu untuk diperkenalkan langsung maju untuk menjabat tangan Garry Kean. Dia tidak mau keduluan Jenny. “Sissy” sapanya memperkenalkan diri sambil tersenyum lebar. Pria itu tersenyum membalas senyuman Sissy yang membuat lesung pipinya terlihat, membuat Sissy semakin terpesona. “Garry” Garry menjabat tangan Sissy. Setelah beberapa detik dia agak bingung karena wanita di depannya belum melepaskan tangannya, dan tiba tiba ada wanita cantik lain yang menyikut Sissy dan bicara dengan bahasa lokal yang tidak dia mengerti. “Ih Sissy, gantian dong” komplain Jenny sambil menyikut temannya hingga tangan Sissy terlepas dan dia langsung menyambar tangan Garry. “Jenny” sapa Jenny memperkenalkan diri. Dia tersenyum manis dan mengerjapkan bulu matanya. “Garry” jawab Garry kembali tersenyum. Namun sekali lagi dia bingung kenapa tangannya tidak dilepas lagi. Apakah budaya disini kalau berjabat tangan sangat lama? Lalu dia mendengar Diego terkekeh, yang membuatnya langsung menoleh. Semenjak adik pria itu meninggal, dia tidak pernah mendengar bosnya itu tertawa yang benar benar tertawa walau hanya terkekeh, adanya tawa mengejek atau senyum sadisnya. “Gantian” sekarang Rose yang menyenggol Jenny yang langsung melepaskan tangannya. “Rose” kata Rose dengan wajah datar. Saat Garry menyalaminya, dia memajukan tubuhnya dan berbisik di telinga Garry. “Jangan mendekati teman temanku atau aku yang akan membunuhmu” desis Rose. Garry mengangkat alisnya mendengar perkataan yang dia pikir tidak akan dia dengar di rumah Darius Hartadi. Dia melirik wanita yang sekarang sudah melepaskan tangannya dan masih menatapnya tajam. Dia tersenyum saat menyadari kalau wanita itu mengetahui siapa dirinya. Wanita ini pasti memiliki hubungan dengan dunia hitam, karena tidak mungkin orang biasa bisa mengenalinya. Dia lalu menghampiri dua wanita yang tidak menghampirinya. “Selamat siang Nyonya Lucas” sapa Garry sambil mengulurkan tangannya pada Jisoo. “Anda mengenal saya?” tanya Jisoo menatap bingung pada pria di depannya. Dia mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan pria itu. “Suami anda teman bos saya. Tentu saja saya mengetahui siapa anda” jawab Garry. “Dan selamat siang Nona Morin” sapa Garry pada Morin yang juga terang terangan memperhatikan dirinya. Morin merasa pernah melihat Garry Kean, tapi dia lupa dimana? Mungkin di London kemarin. Kalau dia asisten Diego, mungkin mereka memang pernah berpapasan di restoran Diego. “Apa kita pernah bertemu sebelumnya?” tanya Morin. “Belum, tapi anda sekarang sangat terkenal di London. Sebentar lagi anda mungkin membutuhkan bodyguard jika keluar rumah. Saya bersedia mengisi posisi itu jika anda tidak keberatan” lanjut Garry sambil bergurau dan dia mengulurkan tangan. “Untuk apa?” tanya Morin tersenyum sambil menyalami pria itu walau dalam hatinya dia mulai khawatir lagi. Tadi omnya memberikan tas berisi senjata, sekarang asisten Diego mengatakan dia butuh bodyguard. “Anda adalah kekasih Darius Hartadi dan pria itu memiliki banyak musuh” kata Garry bermaksud memperingatkan gadis cantik di depannya ini. Namun bukannya tampak khawatir, gadis itu malah terlihat senang. “Kau benar. On Darius adalah kekasihku” jawab Morin dengan senyum yang sangat lebar. Dia tidak dengar apapun perkataan Garry setelah kalimat kalau dia dan omnya adalah sepasang kekasih. Tiba tiba tubuhnya ditarik mundur oleh om Darius yang sudah berada di belakangnya sambil memelototi Garry Kean. “Apa yang ingin kau bicarakan denganku, Darius?” tanya Diego pada Darius untuk mengalihkan perhatian pria itu. “Ikut aku. Kau juga” tunjuk Darius pada Garry Kean. Lalu matanya menangkap sosok yang dia cari sejak tadi dan dia menatap Rose Willem Baskara dengan tatapan penuh peringatan. Tatapan yang membuat orang normal pasti ketakutan setengah mati, termasuk Rose yang walaupun dia hanya diam dan membalas tatapan pria itu, tapi kakinya mulai gemetar. Pria itu tahu! Om Darius tahu apa yang dia lakukan dan tatapan pria itu memperingatkannya kalau dia akan berurusan dengan pria itu kalau sampai membawa Morin dalam masalah! ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD