Catatan 3

1245 Words
“Ah! Madame!” Isac menutup matanya ketika membuka kamarku yang tidak terkunci di bagian belakang Seaside Bar. Rasa terkejut yang dirasakan oleh Isac bukan tanpa sebab, aku terbiasa tidur dengan gaun tidur tipis dan tidak mengenakan apapun di baliknya. Tanpa sadar, ketika aku tengah tertidur, gaun bagian bawahku tersingkap sehingga memperlihatkan bulatan indah yang menjadi salah satu asetku untuk menjaring para lelaki. Beruntung, posisi tidurku membelakangi pintu sehingga bagian paling pribadiku tidak terpampang kepada Isac yang masih muda dan polos. Memang, sejak tiba di Kota Nelayan kemarin, aku disediakan tempat tinggal oleh Isac sebagai perwakilan The Barista di Kota Nelayan. “Hoammm… selamat pagi, Isac. Kenapa kau berteriak di pagi buta seperti ini?” Aku mengucek mataku sambil bangkit perlahan dari posisi tidurku. Rambutku mengembang seperti singa dan wajahku terlihat sangat kacau. “Madame! Kenapa kau tidak mengenakan apapun di balik baju tidurmu? Setidaknya kuncilah pintu kamarmu ketika kau tidur!” seru Isac sambil membanting pintu dengan keras hingga membuatku sedikit terkejut. Dengan bingung aku melihat ke arah bawah dan menemukan jika bagian bawahku benar-benar tersingkap. “Hehe, dasar lelaki muda yang polos.” Aku tersenyum kering sembari menggaruk bagian belakang kepalaku. Jujur saja aku tidak malu menunjukkan tubuhku kepada seorang laki-laki, karena aku sudah terbiasa jika tubuh polosku dilihat oleh lelaki di luar sana. Tapi bukan berarti aku bisa menunjukkan tubuhku di depan umum, karena aku masih memiliki rasa malu. Setelah mandi dan bersiap, aku keluar menuju bagian pelayanan Seaside Bar dengan langkah anggun. “Hai Madame, kau cantik sekali hari ini,” sapa Isac yang sedang membersihkan peralatan bar kepadaku, “sangat berbeda jika dibandingkan dengan apa yang aku lihat pagi tadi,” imbuhnya dengan sedikit melirik nakal ke arahku. “Wah, anak muda zaman sekarang memang sudah aktif sejak dini rupanya,” godaku sambil berjalan mendekati Isac dan memainkan ujung rambutku dengan jari telunjuk. Memang, hari ini aku membuat penampilanku sedikit mencolok karena harus menemui seseorang. Dress to impress kupilih untuk pakaianku hari ini di mana aku mengenakan tanktop berwarna merah menyala dengan celana kulit berwarna hitam, sepatu hak tinggi dan riasan bold yang menurutku cukup menggoda. Aku sengaja menggunakan riasan jenis ini karena tempat yang kudatangi hari ini bukanlah tempat berkelas seperti klub malam di pusat kota, sehingga riasan mencolok seperti ini menurutku cukup sesuai dengan lingkungan. “Apa rencanamu hari ini, Madame?” Ucapan Isac membuyarkan lamunanku yang menikmati pemandangan tubuh indah pria baru merekah itu dari balik punggungnya. “Ah, aku? Tidak ada. Aku hanya ingin berkeliling dan beradaptasi dengan Kota Nelayan. Apakah kau ingin ikut denganku? Kau bisa menjadi teman kencan yang bagus untukku, Isac.” Aku terus memerhatikan Isac dari atas ke bawah, kemudian kembali lagi ke atas dan Isac tetap sibuk dengan pekerjaannya. “Tidak, terima kasih. Lebih baik aku tetap berada di sini dan melakukan pekerjaanku, Madame,” sahutnya ketus sambil terus sibuk dengan pekerjaannya. “Ah, kau tidak menyenangkan,” gerutuku kepada Isac yang terlihat mulai bersikap dingin kepadaku. “Jika kau membutuhkan kendaraan, kau dapat menggunakan mobilku di belakang.” “Wah kau sangat baik, Isac,” jawabku sambil berjalan mendekat ke arah Isac, kemudian meletakkan jemariku pada bahu tegapnya. Isac sedikit menggerakkan bahunya pertanda dia terganggu dengan perlakuanku. Aku pun hanya dapat menyingkirkan tanganku sambil memajukan bibirku kesal kepadanya. Meski begitu, aku tetap gemas kepada Isac yang masih suci, polos, dan seakan menunggu untuk aku mangsa. Ah, dasar aku dan pikiran kotorku! Setelah melepaskan tanganku dari tubuhnya, Isac merogoh saku sebelah kirinya, mengeluarkan sebuah kunci mobil dan memberikannya kepadaku tanpa menoleh ke arahku. Sebuah kunci mobil dengan logo huruf H besar yang terlihat mewah kini ada di genggamanku. “Hei, kau dingin sekali, Isac. Kenapa kau terlihat seperti menghindariku? Apakah ada masalah? Jika iya, katakan saja padaku,” celotehku sambil melangkah ke samping kanan Isac, memiringkan kepalaku dan menatapnya dengan tatapan sendu. Isac meletakkan sebuah gelas kaca yang tengah ia bersihkan ke atas meja dengan kasar. Kerasnya benturan gelas dengan meja bar sampai membuat suara yang nyaring, dan itu lagi-lagi membuatku sedikit terkejut. Pemuda tanggung ini seakan suka membuatku senam jantung sejak aku bangun tidur hari ini. Tatapan tajam Isac mengarah ke depan seakan mengabaikanku yang berada di samping kanannya, bibirnya mengatup rapat dan dahinya berkerut. Gambaran rasa kesal dan emosi yang akan meledak terlihat jelas di wajahnya. “Madame! Kau pikir aku dapat terus bersikap wajar kepadamu setelah apa yang kulihat pagi ini di belakang?! Jujur, sebagai seorang laki-laki, aku malu melihat hal itu, Madame! Apakah kau sebagai perempuan yang seharusnya menjunjung tinggi martabat dan harga diri tidak malu?! Ayolah, Madame, berhentilah bersikap murahan seperti ini!” serunya dengan wajah yang mulai memerah. Isac dengan cepat menoleh ke arahku, menatap mataku dengan tajam seakan ingin menghajarku. Tatapan sayu yang kuberikan padanya seketika berubah menjadi tatapan merendahkan dan mengintimidasi. Aku tidak memalingkan mata dari Isac dan justru mengukir senyum tipis di sudut bibirku. Tanganku dengan cepat bergerak mencengkram rahang Isac dan mendongakkan kepalanya. Isac berusaha tidak mengalihkan pandangannya dariku meski aku tahu dia sedang menahan rasa ngilu di rahangnya. Isac, pria dengan tinggi 180 sentimeter itu sedikit terjinjit di hadapanku yang hanya memiliki tinggi 165 sentimeter. Meski tubuhku memang tidak terlihat berotot, tapi pengalaman dan latihanku sebagai seorang agen membuat tenaga yang dimiliki tubuhku tidak kalah jika dibandingkan dengan para lelaki di luar sana. Isac masih tetap menatapku dan mempertahankan harga dirinya di hadapanku. Aku rasa, ia merasa gengsi jika harus kalah dari seorang perempuan yang terlihat lebih lemah darinya. Aku yang merasa seperti menemukan mainan baru, justru senang dengan reaksi yang dilakukan oleh Isac. Aku terus saja menatap Isac tanpa melontarkan sepatah kata kepadanya selama beberapa saat. Setelah aku puas bermain-main dalam diam, aku berpikir untuk menunjukkan kedudukanku atas Isac. “Hei Anak Kecil, lancang sekali mulut polosmu itu! Kau pikir dirimu siapa? Sok mengajariku dan melarangku bertindak murahan. Sadari kedudukanmu di sini! Aku berhak melakukan apapun terhadapmu, Anak Muda! Kau, orang yang bekerja di balik layar, jangan mengatur bagaimana agen lapangan bersikap jika kau tidak mengetahui apa saja yang telah dialami oleh agen tersebut di luar! Aku bisa saja membunuhmu di sini jika aku ingin. Sekarang, sadari posisimu dan bersikap baiklah kepadaku!” Aku mendorong wajah Isac dan itu membuatnya sedikit terpelanting dan hampir terjatuh. Wajahnya masih terlihat kesal, sesekali Isac mengelus pipinya yang terasa sakit. Aku langkahkan kakiku perlahan mendekati pria jangkung yang kesakitan di depanku, mengelus pelan rambutnya, memberikan senyum manis namun memiliki aura membunuh sambil berkata dengan lembut, “kau harus banyak belajar, Anak Muda.” Kuberikan kecupan kecil di dahi Isac, aku menatapnya dalam sambil terus mengelus kepala pria manis yang ada di depanku. Aku ingin menunjukkan kepadanya bahwa di antara dirinya dan diriku, aku adalah alpha dan dia adalah omega sehingga dia tidak sanggup untuk bertindak macam-macam kepadaku. “Aku pergi dulu, jaga dirimu baik-baik, Isac. Aku bawa mobilmu, okay?” ucapku sambil melepaskan tanganku darinya. Aku balikkan badanku dan melangkah ke belakang tempat mobil Isac terparkir. “Hati-hati di jalan, Madame,” jawab Isac dengan lirih. Ucapan Isac berhasil menghentikan langkahku yang sedikit lagi menghilang dari ruang utama Seaside Bar. Senyum nakal tercetak jelas di bibirku sembari kepalaku menoleh ke arah Isac dan membuat rambut panjangku yang menutupi punggung mengibas indah hingga sebagian rambut jatuh menutupi d*daku. “Bagus, teruslah bersikap seperti anjing yang baik, Isac.” Aku kembali memalingkan wajahku, melangkah ke belakang sehingga Isac tidak terlihat lagi dari pandanganku. Apakah laporanku selesai di sini? Tentu saja tidak, karena laporan hari ini baru akan dimulai setelah aku keluar dari Seaside Bar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD