Catatan 24

1845 Words
Satu ketukan lembut di bagian kiri atas, dua ketukan keras di bagian tengah, lalu dua ketukan lembut di bagian kiri atas. Aku menarik mundur ingatanku ketika pertama kali datang ke pusat kota beberapa saat lalu kala menerima misi penculikan ini. Kode ketukan pintu yang sangat khas milik Jacob yang tidak dapat dipraktekkan oleh sembarang orang. Ketika aku keluar dari Red Coffee dengan kesal, aku berjalan dengan cepat menuju apartemen milik Jacob karena aku sadar jika kali ini aku benar-benar membutuhkan bantuannya. Aku semakin bertambah kesal ketika masuk ke dalam apartemen Jacob di mana pria paruh baya yang memiliki badan menggoda itu ternyata tengah berc*mbu dengan seorang wanita di ruang tengah. “Cih, dasar Pria Tua mes*m,” gumamku. Jacob yang menyadari kehadiranku hanya menoleh sambil tersenyum sementara si wanita berusaha menutupi tubuhnya dengan baju yang berserakan di lantai. Wanita itu terlihat panik, tatapan matanya bergerak cepat ke kanan dan kiri, wajahnya ia buang dari tatapanku seakan tertangkap basah oleh istri sang lelaki. “Hei tenanglah, Jal*ng. Aku bukan istri dari Jacob. Aku tidak bermaksud mengganggu waktu pribadi kalian, tapi mungkin kau memang harus pergi sekarang!” Aku berjalan mendekati wanita itu, lalu menarik tangannya hingga ia berjalan tertatih keluar dari apartemen milik Jacob. “Maaf, aku pinjam Jacob sebentar, kau datanglah lain kali.” Aku menutup pintu apartemen dari dalam dengan kasar, meninggalkan wanita jal*ng itu tanpa busana di koridor apartemen milik Jacob. “Kau harus bertanggung jawab, Lilia. Aku tengah bersenang-senang menikmati waktu pribadiku, dan sekarang kau menghentikan kesenanganku ketika aku hampir mencapai puncak kenikmatan!” protes Jacob sambil memakai satu persatu pakaiannya yang tertanggal di lantai. “Aku butuh bantuanmu, ini soal Hook!” Tanpa sopan santun aku menyelonong duduk di sofa yang baru saja dipakai Jacob untuk bercinta. “Hook? Hook yang mana? Hook yang…” Jacob mematung tanpa mengenakan pakaian bagian atasnya, hanya celana pendek berwarna hitam yang telah terpakai pada tubuhnya. “Ah, aku ingat! Hook yang itu!” Jacob melanjutkan aktifitas memakai baju lalu duduk di sebelahku. “Ada apa dengan Hook yang itu? Ah, ngomong-ngomong, lebih dari satu minggu lalu ada orang yang mengaku dari Hook menghubungiku, ia bertanya apakah aku mengenalmu,” ucap Jacob santai. Ia seakan tidak mengerti jika aku sedang dilanda serangan panik. “Oh, apa yang kau katakan kepada mereka?” Aku mencoba menenangkan diriku sendiri. “Aku hanya bilang jika aku mengenalmu, dan kau adalah orang yang memiliki reputasi sangat baik di dunia mafia internasional.” “Baguslah, aku tahu bisa percaya padamu, Jacob.” “Apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa orang dari Hook sampai menghubungiku?” “Tidak ada, aku hanya terpaksa mencatut namamu untuk meyakinkan mereka jika aku benar-benar ingin masuk ke dalam Hook.” “Lalu sekarang apa yang kau butuhkan dariku?” Jacob bangkit dari duduk, lalu berjalan santai ke arah dapur yang tidak jauh dari ruang tengah. Ia mengambil dua kaleng minuman beralkohol ringan, salah satunya ia berikan kepadaku. “Terima kasih,” ucapku ketika menerima satu kaleng minuman dari Jacob. “Aku ingin kasus yang kuselidiki cepat selesai,” sahutku sambil membuka minuman yang ada di tanganku. “Bukankah kau bilang jika ingin bermain-main dulu dengan kasus ini? Apa yang membuatmu berubah pikiran?” tanya Zayn sebelum ia menenggak minuman di tangannya. “Ada beberapa hal yang aku pikirkan...” Aku terdiam beberapa saat, Jacob pun tidak berusaha mengejarku dengan pertanyaan. “Jika aku tidak segera menyelesaikan kasus ini, maka aku tidak akan bisa bebas bergerak karena masih terikat dalam satu kasus. Aku juga mendapat tekanan dari The Barista untuk segera menyelesaikannya. Selain itu…” kalimatku terputus, aku masih berpikir untuk melanjutkan perkataanku atau tidak. “Selain itu?” Ya, memang salahku. Salahku yang memberikan kalimat tidak lengkap kepada Jacob yang membuatnya penasaran. Aku merasa bersalah jika tidak melanjutkan perkataanku, tetapi aku juga masih ragu untuk melanjutkannya. “Ah, itu tidak penting. Yang jelas aku butuh bantuanmu.” Aku berusaha mengalihkan pembicaraan. “Bantuan apa yang kau butuhkan?” “100 juta dolar, aku butuh 100 juta dolar.” “Kau gila?! Untuk apa uang sebanyak itu?” Jacob mengerutkan dahinya. Sepertinya ia tidak suka dengan permintaanku, tetapi hanya Jacob satu-satunya harapanku untuk mendapatkan uang itu saat ini. “Aku tidak memintanya darimu, tetapi aku pinjam. Ketika semua masalah ini selesai, uangmu pasti akan kembali.” Aku berusaha memohon kepada Jacob. “Bukannya aku tidak mau memberikan kepadamu, tapi…” “Ayolah, Jacob. Kau satu-satunya harapanku saat ini,” ucapku memelas kepada Jacob. “Tunggu dulu, ini bukan seperti dirimu yang biasanya, Madame. Kau terlihat seperti wanita biasa yang lemah saat ini, apa yang terjadi? Apa yang membuatmu seperti ini?” Jacob terlihat mulai curiga jika ada sesuatu yang menyentuh titik lemahku. “Yang jelas aku membutuhkan 100 juta dolar. Jika kau memang ragu aku akan mengembalikan uangmu dalam waktu dekat, kau bisa tidur denganku. Aku rela bercinta denganmu asal kau meminjamkan 100 juta dolar kepadaku!” Aku terpaksa menawarkan tubuhku kepada Jacob, hanya itu satu-satunya penawaran terbaik yang bisa aku berikan kepadanya. “Madame Lilia! Bagaimana bisa kau berpikir untuk menawarkan tubuhmu kepadaku seperti itu?” Bentakan dari Jacob membuatku tertunduk. Aku merasa bukan seperti diriku saat ini. “Aku tidak peduli jika kau bermain dengan tubuhmu di luar sana, tetapi ketika kau berpikir untuk menawarkan tubuhmu kepadaku, itu benar-benar di luar nalarku. Apa kau sudah lupa dengan janji kita?” “Itulah yang membuatku panik, Jacob. Aku dari tadi bingung ingin mengatakan ini kepadamu,” ucapku lirik sambil tetap tertunduk. “Tidak perlu bingung, Madame Lilia. lebih baik kau sampaikan apa yang ada di dalam pikiranmu daripada kau pendam sendiri seperti itu!” Benar, kali ini sisi lemahku benar-benar tersentuh. Aku sudah benar-benar kehilangan diriku. “Aku melihat diriku sendiri, Jacob.” “Melihat dirimu sendiri? Apa maksudmu?” “Aku melihat seorang gadis remaja di dalam sana yang memiliki mata sangat indah, berada pada keadaan seperti neraka di dalam penjara Hook, tidak membuat gadis itu kehilangan harapan untuk hidup. Aku ingin melakukan sesuatu yang sama seperti yang kau lakukan 19 tahun lalu.” “19 tahun lalu? Maksudmu penculikan itu?” “Benar.” Aku masih belum berani menatap mata Jacob secara langsung. “Hahaha, ternyata kau masih ingat dengan kejadian itu ya, Madame Lilia?” Jacob justru menertawakanku yang terlihat lemah ini. “Bagaimana aku bisa lupa dengan kejadian itu? Jika tidak ada kau, aku tidak akan bisa hidup sampai hari ini.” “Ah itu hanya sebuah kenangan masa lalu, Madame, tidak perlu kau ungkit lagi hari ini,” sahut Jacob setelah menenggak minumannya. Ia bahkan masih bisa santai melihatku dalam keadaan hancur seperti ini. “Maka dari itu, aku ingin menyelamatkan para korban! Aku ingin melakukan sesuatu seperti yang kau lakukan di masa lalu! Melihat gadis itu, seakan membuka kembali naluriku yang tertutup sejak bertugas di luar negeri.” “Kau sekarang menjadi orang yang naif, Madame. Aku sama sekali tidak melihat seorang Madame Lilia yang berbahaya untuk mafia internasional. Aku hanya melihat sosok wanita lemah saat ini. Tidak, aku tidak akan membantumu jika kau masih bersikap seperti itu.” Ucapan Jacob membuat emosiku memuncak. Darah yang ada dalam tubuhku terasa mendidih. Ucapannya yang merendahkanku, menganggapku lemah benar-benar membuat tanganku gemetar. Aku sudah putus asa, tidak ada orang lain selain Jacob yang dapat membantuku saat ini. Aku juga tidak mungkin meminta bantuan kepada Sheera, karena gadis itu tidak mengetahui modus sebenarnya aku mendekati Zayn. Jacob bangkit dari duduknya, berjalan pelan menuju dapur untuk membuang kaleng kosong yang ada di tangannya. Aku hanya dapat tertunduk sambil memegang erat kaleng minuman dengan kedua tanganku. Aku mengangkat kepala, melihat Jacob yang berada di dapur mengabaikanku. “Mungkin sebaiknya orang seperti Jacob harus mati. Jika ia mati, aku dapat mengambil semua harta miliknya dan menolong para korban. Jacob mengira aku lemah bukan? Sekarang aku akan menunjukkan siapa yang lemah di antara aku dan dia.” Aku menggerutu di dalam pikiranku melihat Jacob yang dengan santainya menganggap apa yang terjadi kepadaku bukan urusannya. Aku sedikit mencengkram kaleng yang ada di tanganku. Tenaga yang aku keluarkan sedikit berlebihan dan itu membuat kaleng minumanku sedikit penyok. Aku letakkan kaleng itu di atas meja, lalu aku berjalan cepat ke arah Jacob yang sedang mencari sesuatu di dalam lemari es. Aku memegang bahu kanan Jacob, membalikkan badannya dan mendorongnya hingga menabrak pintu sebelah kiri lemari es yang tertutup. Kerasnya tenaga yang aku keluarkan menciptakan suara benturan yang cukup keras. Aku menahan leher Jacob dengan tangan kananku. Jacob yang jauh lebih tinggi dariku membuat pergelangan tanganku berada di atas mataku. Kepala Jacob sedikit menengadah sambil matanya melirik tajam ke bawah, ke arahku. “Jika aku tidak mendapatkan bantuan darimu secara baik-baik, mungkin kau akan membantuku ketika mendekati ajalmu!” Aku menatap Jacob dengan wajah datar namun mematikan. Mungkin ini yang disebut dengan wajah putus asa, di mana aku tidak sanggup lagi menunjukkan ekspresi wajah karena merasa bingung dengan perasaanku sendiri. “Usaha yang bagus, Madame Lilia. Tapi sepertinya kau lupa melihat ke bawah,” jawab Jacob santai. Aku yang terkejut dengan kalimat yang dilontarkan oleh Jacob, sontak melihat ke arah bawah. Aku semakin terkejut ketika tahu jika tangan kanan Jacob tengah memegang sebilah pisau yang ujungnya mengarah ke perut sebelah kiriku. Nafasku bergerak memburu, adrenalinku benar-benar sedang tinggi sampai aku tidak peduli lagi dengan pisau yang jika aku bergerak beberapa sentimeter saja, maka pisau itu akan menusuk perutku dalam. “Ternyata selain naif kau juga ceroboh, Madame.” “Kau pikir aku peduli dengan nyawaku? Maafkan aku, Jacob. Tetapi tanganku akan bergerak lebih cepat membunuhmu” Aku mempererat cengkramanku terhadap Jacob. Nafas Jacob terlihat mulai tersengal seiring pisau yang bergerak perlahan menyentuh perutku. Tiba-tiba tangan Jacob menjadi lemas seakan kehilangan tenaga seiring cengkramanku yang semakin kuat pada lehernya. Bahkan beberapa kali Jacob terbatuk dan nafasnya terputus-putus. “Baiklah, aku akan membantumu, Madame. Aku lihat tekadmu untuk membantu para korban sangat tinggi,” sahut Jacob lemah sambil menjatuhkan pisau yang ia pegang. Aku melepaskan cengkramanku dari leher Jacob lalu mundur beberapa langkah. Jacob terbatuk beberapa kali sambil memegang lehernya yang mulai muncul bekas tanganku yang berwarna merah. Tiba-tiba, sebuah tendangan meluncur ke arahku dengan keras hingga membuatku tersungkur ke belakang. Aku segera bangkit sambil memegang perutku yang terasa mual karena belum siap menerima tendangan. “Aku akan membantumu, Madame. Tapi setidaknya aku ingin memberikan satu tendangan ke arahmu, hahaha.” Jacob tertawa keras seperti tidak memiliki dosa kepadaku. “Kau butuh 100 juta dolar bukan? Aku akan meminjamkan kepadamu hari ini, tunai. Kau dapat mengembalikan uang itu ketika kasus ini selesai. Setuju?” Jacob berjalan perlahan ke arahku, lalu mengulurkan tangannya kepadaku yang masih tertunduk mengaduh. “Dasar!” Aku meraih tangan Jacob dan berdiri. Setelah itu Jacob mengajakku berjalan ke ruang kerjanya. Di dalam ruang kerja Jacob terdapat sebuah brankas besar yang berisi uang tunai. Ia mengambil beberapa tumpukan uang, memasukkan uang itu ke dalam koper dan memberikannya kepadaku. Aku tersenyum lebar ketika menerima uang itu. Aku tahu, bagaimanapun caranya Jacob pasti akan membantuku. "Terima kasih, Jacob, aku tidak akan lupa akan kebaikanmu, sama seperti yang kau lakukan kepadaku 19 tahun lalu." Jacob hanya tersenyum ketika kalimat itu keluar dari mulutku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD