Part 7: Dia sangat berharga

1065 Words
"Mr. Bastard Blind Love" Author by Natalie Ernison ~ ~ ~ Mr. Elioth terpaksa menjual rumah peninggalan terakhir bersama mendiang istrinya. Semua ia lakukan demi usaha barunya bersama Bianca. Sebagai modal untuk membeli segala kebutuhan usaha maupun bisnis baru mereka. Sedangkan tempat bernaung, mereka mencicil sebuah rumah sederhana yang berada di belakang ruma toko tempat mereka merintis usaha. Pinggiran Kota A Segala kebutuhan sudah memenuhi rumah toko yang memiliki tiga lantai. Bianca bersama ayahnya juga Jeremie berdiri di depan halaman tempat usaha baru mereka. Tersenyum menatap dengan penuh harapan besar atas usaha baru mereka. "Kelak, jika ayah tiada lagi, kau masih memiliki harapan di masa depan dengan usaha ini." Ucap Mr. Elioth dengan tatapan sendu. "Apa yang ayah katakan, kita akan sama-sama bahagia di sini." Bianca merangkul tangan ayahnya, sementara Jeremie hanya tersenyum melihat suasana bahagia keluarga kecil dari sahabat baiknya. Drrt.... Satu pesan masuk "Segera pulang, Daddy ingin bicara padamu." Usai membaca sekilas pesan singkat dari ibunya, Jeremie pun ijin untuk pamit dari hadapan Bianca dan ayahnya. "Paman, Bianca, aku harus segera pergi." "Apakah tidak makan siang bersama dengan kami?" ucap Mr. Elioth menawarkan. "Maaf, paman El. Untuk hari ini aku harus segera pergi." "Baiklah, sampai jumpa Jeremie.." Bianca melambaikan tangannnya, melepaskan kepergian Jeremie. *** Jeremie bergegas menuju mansion kediaman kedua orang tuanya. "Mengapa sangat mendadak begini.." Jeremie bergumam, ia masih ingin berlama-lama di kediaman keluarga Bianca. Namun, isi pesan dari ibunya mengharuskan untuk ia segera bergegas kembali. Di pertengahan jalan, ban motor yang Jeremie kendarai tiba-tiba kehilangan banyak udara. "What the hell!" Gumam Jeremie kesal. Merogoh isi kantung celana miliknya, dan menelepon salah satu anggota keluarganya. Jeremie: "Hallo, mom! Aku mendapatkan masalah di perjalanan. Jadi, akan terlambat. Mrs. Tesalonica: "Katakan alamatmu dengan lengkap, supir akan menjemputmu." Jeremie: "Tidak perlu, aku bisa mengatasinya sendiri." Jeremie mengakhiri panggilan, ia tidak ingin terlihat bergantung pada keluarganya. Ia ingin terlihat mandiri, terlebih lagi saat di hadapan Bianca. Setelah hampir satu jam berlalu, motor sport miliknya pun membaik. Jeremie bergegas untuk segera kembali ke mansion keluarganya. *** "Mansion Kediaman Keluarga Peter Grazian" Baru saja tiba di mansion kediaman keluarganya, Jourell sudah berdiri di depan pintu menyambutnya dengan senyuman yang tak biasa. Jeremie tetap melangkah dan melalui Jourell begitu saja. "Lepaskan tanganmu!" Ucap Jeremie, saat Jourell meraih lengan miliknya. "Kau terlalu sombong! Lihat apa akibat dari kesombonganmu!" Ucap Jourell setengah berbisik. Jeremie menghempas cengkeraman tangan Jourell darinya. "Diamlah, dan jangan pernah coba-coba mencampuri urusanku!" Peringat Jeremie, lalu melangkah pergi. Di sebuah ruang keluarga, Mr. Peter dan Mrs. Tesalonika sudah duduk menanti kedatangannya. "Dari mana saja kau?" Tanya ayahnya, Mr. Peter "Aku baru saja menyelesaikan urusanku." Jawab Jeremie, yang sedang berbohong. "Menyelesaikan urusan dengan seorang gadis miskin!" Timpal Jourell dari arah belakang. "Apa yang kau katakan, Jourell?" Mrs. Tesa terlihat ingin tahu. "Jeremie, silakan jelaskan pada orang tua kita, siapa gadis miskinmu!" Ucap Jourell dengan nada mengejek. "Apa yang ingin daddy katakan padaku?" Jeremie mengabaikan Jourell. "Kau masih bisa bertanya seperti itu! Klien penting pertama sudah pergi, menunggumu yang terlalu lama!" Bentak Mr. Peter, sembari menggebrak meja. "Sayang, dengarkan dulu penjelasan Jeremie." Mrs. Tesa berusaha menenangkan suaminya yang sedang marah. "Jeremie!" Bentak Mr. Peter, melangkah ke arah Jeremie. Jeremie hanya terdiam, berdiri tegak, namun tatapan matanya mengarah ke bawah. "Jawab daddy, dari mana saja kau hari ini!" Mr. Peter terlihat begitu marah. "Aku, pergi menyelesaikan pekerjaanku, dan kendaraanku mengalami hal yang tidak terduga." Jawabnya hati-hati. "Kau sangat tidak professional. Daddy tidak peduli siapa yang kau temui, gadis miskin, kaya, atau apapun itu. Tapi ingat tanggung jawab utamamu." "Yah, maafkan aku dad.. aku bersalah, karena telah membuat klien penting pergi." "Malam ini segera kemasi barang-barangmu, dan pergilah hadiri pertemuan penting. Karena selama beberapa hari ke depan, akan ada pertemuan penting." "Baik, dadd." ~ ~ ~ Jeremie bergegas mempersiapkan diri untuk pergi perjalanan ke luar kota. Ia baru saja mendapatkan tugas dari ayahnya, tugas yang tidak mungkin dapat di bantah begitu saja. Sementara itu, Jeremie menatap layar ponselnya, hendak menelepon Bianca. "Hallo bie! beberapa hari ke depan aku akan pergi ke luar kota. Jaga dirimu baik-baik.." ucap Jeremie saat sedang berada di dalam mobil yang sama dengan Jourell. Duduk menatap ke arah luar jendela kaca mobil yang membawa mereka dalam perjalanan. "Gadis itu sangat berarti bagimu?" Tanya Jourell. "Tentu saja. Aku tidak akan membiarkan kau menyakitinya lagi." Ketus Jeremie, seakan sedang memberi peringatan pada Jourell. "Apa kau mencintainya?" Mendengar pertanyaan dari Jourell, Jeremie terdiam sejenak. Ia baru saja menyadari sesuatu yang selama ini ia sering kali abaikan. "Apakah kau sangat suka ikut campur?" Jeremie menatap ke arah Jourell dengan tatapan mata yang tajam. Jourell tersenyum, dan melipat ke dua tangannya di atas d**a. "Aku hanya sekadar bertanya. Apakah hal itu membuatmu tidak nyaman?" ucap Jourell dengan nada bercanda. Keduanya memang tidak memiliki hubungan yang baik saat ini, dikarenakan perlakuan sang ibu yang sangat berbeda. Terlebih lagi, setelah Jourell membuat Bianca kesusahan dan melecehkan Bianca, sahabat berharga bagi Jeremie. Posisi Jourell selalu dikesampingkan, hanya karena ia adalah seorang anak dari istri pertama ayahnya, Mr. Peter. Meskipun, sejak kecil Jourell selalu memperhatikan Jeremie, saudara laki-lakinya. *** Kota B Mereka tiba di sebuah kota yang akan menjadi tempat kegiatan khusus. "Mohon maaf, tuan-tuan. Kami hanya memiliki satu kamar kosong lagi. Jadi, tuan-tuan dapat menggunakan dengan berbagi." Ucap sang penngelola resort. "Baiklah, tidak menjadi suatu persoalan untukku." Balas Jourell sembari melangkah menuju kamar yang akan ia tempati bersama Jeremie. ~ ~ ~ Selama berhari-hari, Jourell dan Jeremie saling berbagi kamar berdua. "Sudah cukup lama, semenjak kau semakin bertumbuh.." Jourell menatap Jeremie yang sedang terlelap di tempat tidur sebelah dirinya. Keduanya berada di tempat tidur terpisah. Akibat perbuatannya, Jeremie menjadi membencinya. Semua berawal, saat Jourell melakukan sesuatu hal yang kurang senonoh pada Bianca, sahabat baiknya. Drrttt... getar ponsel milik Jourell, dan sebuah pesan singkat terpampang di layar ponselnya. "Selamat bekerja keras, Jero kurcaci kecil! Besok, datanglah ke kediamanku.." Biebie kecil. Jero kurcaci kecil, adalah panggilan sejak kecil Jeremie, yang Bianca buat. Dikarenakan masa kecil Jeremie memiliki tubuh yang pendek, sangat berbeda dengan dirinya yang sekarang. Jourell tersenyum, saat membaca pesan dari seorang gadis yang tidak lain dari Bianca. "Apakah gadis itu sangat berharga bagimu.. sungguh sesuatu yang menarik.." Jourell kambali berbaring. Ia tidak menyangka, jika kedekatan adiknya dengan gadis yang pernah ia lecehkan sangatlah dekat. Mereka bahkan memiliki panggilan akrab. Jourell mulai penasaran dengan pesona Bianca, yang telah meluluhkan hati adiknya. Hal itu membuat Jourell mulai merencanakan sesuatu yang diluar pengetahuan Jeremie. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD