"Mr. Bastard Blind Love"
Author by Natalie Ernison
~ ~ ~
"Kediaman Jourell Grazian"
Jourell tinggal seorang diri, semenjak ayahnya memilih untuk menikah kembali.
"Perusahaan milik Tuan Elioth bangkrut, karena berusaha untuk menyaingi perusahaan asing XX." Ucap salah seorang kepercayaan dari Jourell.
"Apakah awalnya keluarga ini berkecukupan?"
"Benar Tuan Jourell. Bahkan kehidupan Nona Sheraan Bianca tercukupi. Hanya saja semua berakhir, semenjak peristiwa itu."
"Baiklah, kau boleh pergi."
Jourell kembali melihat seluruh laporan mengenai kehidupan Bianca.
Drrttt... Daddy Grazian memanggil...
Jourell: "Hallo, Dad!"
Mr. Peter: "Besok keluarga besar kita akan berkumpul, datanglah segera."
Jourell: "Setelahnya?"
Mr. Peter: "Setelah acara berakhir, kau dipersilakan pergi."
Bip.. panggilanpun berakhir. Jourell sangat membenci situasi didalam keluargnya.
Semua seakan terlihat berpura-pura hangat, ketika keluarga besar berkumpul. Kehadirannya pun sebatas tamu dalam acara keluarga. Mengingat posisinya di dalam keluarga sangat berpengaruh, hal itu pula yang membuat ia cukup dihargai.
~ ~ ~
Jourell menatap sebuah bingkai foto dirinya bersama mendiang ibunya juga ayahnya beberapa tahun yang telah lalu. Rasa rindu akan sosok ibunya pun mulai muncul.
Setelah itu, menutup kembali laci miliknya. Ia tak ingin terlihat lemah dalam hal apapun itu. Sekalipun ia membutuhkan kehadiran keluarganya, namun ia tidak dapat berbuat banyak. Ayahnya fokus dengan keluarga baru mereka, sedangkan Jourell terlalu tinggi harga dirinya untuk mendekati keluarga ayahnya yang baru.
***
"Mansion Kediaman Keluarga Peter Grazian"
"Jourell kau semakin dewasa saja, sejak beberapa tahun terakhir ini." Ucap salah seorang pria yang merupakan paman dari Jourell.
"Terima kasih atas pujiannya, paman." Balas Jourell santai, dan menyeruput kopi hitam miliknya.
"Selamat malam, brother Noel. Semua sudah berkumpul di depan," ucap Mrs. Tesalonica, istri kedua dari Mr. Peter.
"Oh, baik Tesa." Paman dari Jourell pun melangkah pergi dari hadapan Jourell.
"Acara akan segera dimulai, persiapkan dirimu dan jangan lakukan hal yang membuat Daddy marah." Peringat Mrs. Tesalonica sinis dan melangkah pergi.
Jourell miring setelah menerima ucapan peringatan dari sang ibu sambung. Wataknya yang keras kepala dan arogan terkadang membuat keluarga cemas.
"Persetan dengan acara bodoh ini!" Gumam Jourell kesal. Ia merasa tidak terima atas peringatan dari sang ibu sambung. Ia pun lebih tahu, harus bersikap seperti apa di hadapan keluarga. Namun, semua seakan diatur dengan sebaik mungkin.
~ ~ ~
Semua pihak keluarga telah berkumpul di ruang keluarga.
"Tidak lama lagi, Jeremie akan menyelesaikan pendidikan strata satunya. Aku pun ingin putera keduanya mendapatkan kedudukan di dalam usaha bisnis perusahaan." Ucap Mr. Peter di hadapan semua keluarganya.
Mrs. Tesalonica terlihat bahagia, dan inilah waktu yang sangat ia nanti-nantikan.
"Jeremie, kemarilah!" Panggil ayahnya. Jeremie melangkah menuju tempat ayahnya sedang berdiri saat ini.
"Jeremie Grazian, putera keduaku akan mewarisi perusahaanku yang berada di kota B." ucap Mr. Peter sembari menepuk bahu Jeremie.
Jeremie memberikan senyuman pada seluruh keluarga yang turut hadir di sana. Getaran ponselnya membuyarkan fokusnya ke acara tersebut.
Saat menatap layar ponselnya, nama Bianca terpampang di sana. Panggilan sudah berlangsung sedari tadi. Jeremie tahu, Bianca tidak akan mengganggunya, jika bukan karena keperluan penting.
Jeremie pergi menepi dari keramaian keluarganya. "Jeremie! Apa yang kau lakukan, kau harus menyelesaikan acara ini!" Seru ibunya, Mrs. Tesalonica.
"Hallo, Bie! apa yang terjadi?" Ucap Jeremie tergesa-gesa.
"Jeremie, apa kau masih mendengarkan, Mommy?" Tukas ibunya, yang sudah berdiri di sampingnya.
"Jeremie, selesaikan urusanmu, nanti aku akan meneleponmu kembali." Ucap Bianca dari balik panggilan mereka.
"Ah, baiklah Bie. Maafkan aku."
Ia pun kembali ke acara keluarga bersama sang ibu.
"Ini adalah acara yang sangat Mommy tunggu. Kau harus bersikap baik, layaknya pria dewasa, oke!" Ucap Mrs. Tesalonica, membelai pipi Jeremie lembut.
Hal itupun disaksikan oleh Jourell dari samping tempat mereka berada. Semuanya terlihat fokus pada pencapaian Jeremie malam ini, sedangkan Jourell hanya sebatas tamu undangan.
"Apakah ini sungguh acara keluarga besar.." gumam Jourell, lalu menyalakan pematik, membakar ujung batang rokok miliknya.
Ia berdiri menghadap ke arah pekarangan mansion, dari atas balkon mansion kediaman keluarganya.
"Apa yang kau lakukan di sini, bukankah ini adalah acara yang sangat penting bagi adikmu. Atau kau menganggap ini persaingan?" ketus Mrs. Tesalonica.
"Apakah itu yang ada dipikiranmu?" balas Jourell ketus.
"Kau memang anak yang sangat tidak sopan. Walau bagaimanapun, aku adalah ibumu, dan kau tidak bisa memungkiri itu!"
"Lalu apa yang kau inginkan dariku, Mom?" Jourell berpaling, menatap sang ibu sambung dengan tatapan tajam.
"Mom! Aku harus pergi sekarang!" Seru Jeremie dari belakang ibunya.
"Sayang, apakah kau sangat terburu-buru?" ucap Mrs. Tesalonica lembut. Yah, ia hanya bersikap lembut pada Jeremie, anak kandungnya, dan bukan pada Jourell yang ia anggap sebagai saingan.
Jourell sudah sangat terbiasa akan hal ini, ia menatap ke arah bawah parkiran, melihat Jeremie begitu terburu-buru mengendarai motor sport miliknya. Jeremie bahkan menyempatkan diri untuk menanggalkan jas hitam yang sedang ia kenakan.
Suara langkah kaki seseorang mendekati Jourell.
"Kemana bocah itu?" ucap Jourell pada pria yang baru saja tiba di sampingnya.
"Sepertinya, Tuan muda Jeremie akan menemui seorang teman wanitanya." Jawab si pria yang berdiri di samping Jourell.
"Apakah itu teman dekatnya?"
"Aku mendengarkan nama Bie, Bianca.." Balas si pria, yang merupakan orang kepercayaan Jourell.
Jourell tersenyum mendengar nama Bianca. Kini ia kian penasaran atas hubungan adiknya bersama gadis yang pernah hampir menjadi teman pemuas ranjangnya.
***
"Kediaman Sheraah Bianca"
Jeremie pun tiba di kediaman keluarga Bianca. Mengetuk pintu dan mendapati Bianca terlihat sembab malam ini.
"Apakah sesuatu yang buruk terjadi pada paman Elioth?"
Bianca membalasnya dengan anggukan pilu. "Bie! apa yang terjadi?" Jeremie meraih tangan Bianca menuju kamar ayah dari Bianca.
Saat tiba di kamar milik Mr. Elioth, keadaan dari ayah sahabatnay terllihat sedang terlelap.
"Beberapa saat yang lalu, ayah sesak napas dan terjatuh. Aku berusaha mencari pertolongan, hingga meneleponmuu. Namun, ayah katakan ingin tetap beristirahat."
"Kita bawa paman ke rumah sakit sekarang, aku akan mencarikan taksi!"
"Jeremie, paman baik-baik saja.." ucap Mr. Elioth dengan suara terbata.
"Paman, paman harus dirawat."
"Tidak.. paman akan baik-baik saja.." ucap Mr. Elioth dan berusaha terbangun dari tepat ia sedang berbaring.
"Bianca terlalu mencemaskanku, aku sudah katakan aku baik-baik saja."
"Tapi ayah terjatuh, aku sangat cemas.." isak Bianca di samping ayahnya.
"Tidak, ayah hanya sedikit kelelahan setelah mengurus semua berkas perijinan usaha."
"Apakah ayah menyelesaikannya?"
"Tentu saja, kau tidak perlu lagi berjerih lelah dengan pekerjaanmu selama ini."
Bianca pun mendekap ayahnya, Jeremie yang menyaksikan kebahagiaan kecil dari sahabatnya turut merasakan kebahagiaan itu.
~ ~ ~
Mr. Elioth kembali beristirahat, sedangkan Bianca masih berbincang bersama Jeremie, sahabatnya.
"Beberapa hari ke depan mungkin aku membutuhkan bantuan khusus."
"Bantuan seperti apa yang kau inginkan?"
"Kekuatan ekstra untuk mengangkat beban barang-barang yang akan kami jual di tempat itu."
"Baiklah, aku akan segera datang." Keduanya tertawa dalam rasa bahagia sederhana Bianca.
Jeremie sahabat yang selalu bersedia membantu Bianca, namun hingga saat ini ia belum mengatakan tentang kebenaran keluarganya.
****