Chapter 6: Back

1192 Words
Jalanan pagi ini tampak begitu kosong, entah karena jam masih menunjukkan pukul enam pagi atau semua orang sedang menghilang dari dunia, gedung gedung pencakar langit berjajar dengan megah memenuhi pandangan Alana. Tadi pagi sopir yang di kirim ayahnya datang dan membawa semua barang-barang nya, Alana sedikit menyesal karena harus pergi tanpa mengucapkan salam dulu pada Janet. Ia hanya tidak ingin mengganggu tidurnya, lagi pula ia sudah mengatakan hal ini kepada nya tadi malam. "Nona apa anda mau singgah ke suatu tempat dulu?" Alana terdiam sejenak. "Tolong singgah dulu di cafe yang sudah buka, aku ingin membeli coffe." Ucap Alana dengan sopan. "Baik," Sebenarnya ia tidak terlalu suka meminum coffe di pagi hari tapi sepertinya hari ini ia harus menyiapkan kesadaran nya, di tambah lagi perut nya sedikit kelaparan karena semalam hanya memakan satu buah apel. "Kita sudah sampai nona," ucap Hendrik membuat Alana tersadar dari lamunannya. Alana menatap sebuah cafe yang cukup mewah di depan nya, saat kakinya melangkah masuk aroma roti yang baru keluar dari pemanggangan membuat senyum di wajah nya terukir indah. "Selamat datang nona, bisa saya catat pesanannya?" Seorang wanita tersenyum sopan kearah nya. "Tolong satu vanilla latte dan croissant," ucap Alana. "Baik, tolong di tunggu sebentar." Alana mengangguk mengerti membiarkan pelayan itu pergi, matanya menatap kearah jalanan. Tampak nya orang orang sudah mulai memulai aktivitas nya masing-masing, suara lonceng cafe membuat ia melirik sekilas pada pintu masuk. Beberapa orang remaja datang dan memesan sesuatu, terlihat bahwa mereka adalah seorang pelajar. Ia jadi merindukan teman-teman sekolahnya. "Nona pesanan anda, selamat menikmati." Alana tersenyum kecil. "Thank you." Satu potongan roti masuk kedalam mulutnya, sensasi manis dan gurih yang khas menyambut mulutnya. Benar-benar sebuah perpaduan yang pas jika di nikmati dengan teh apel buatan Linda, bahkan belum ada sehari tapi ia sudah merindukan mereka. "Permisi nona, tuan menyuruh anda untuk segera datang ke mansion untuk bersiap menghadiri pertemuan." Alana menghela nafas gusar, bahkan ia tidak bisa menikmati sarapannya dengan tenang. "Aku mengerti, sebentar lagi." Jawab Alana dingin. Hendrik mengangguk paham lalu berlalu pergi menuju mobil. Baiklah akhir saja semua ini dengan cepat. Ia menaru selembar uang di atas meja lalu berjalan pergi meninggalkan makanan dan minuman nya yang belum sempat tersentuh. "Jalan," **** Alana menatap pantulan dirinya di kaca, dress selutut berwarna hitam dengan corak bunga sangat cocok untuk dirinya. Rambut nya yang bergelombang di biarkan di gerai membuat penampilan nya jauh lebih fresh. Hari ini ia akan mendatangi pertemuan bisnis yang harusnya di lakukan oleh ayahnya, tapi karena sesuatu urusan mendesak ia di paksa datang sebagai putri tunggal Mr. Johnson. Kabar tentang dirinya tentu saja sudah di dengan oleh banyak orang, dan kedatangan nya hari ini pasti akan menjadi topik pembicaraan hangat media. Anggap saja hari ini adalah hari debut nya setelah bertahun tahun. Alana melihat jam yang melingkar di tangannya, sudah jam 12 siang itu berarti masih ada waktu dua puluh menit lagi sebelum sopir menjemputnya. Alana melihat kamarnya, memutar tubuhnya menatap setiap penjuru kamarnya yang masih terlihat sama sejak terkahir kali ia kemari. Atau mungkin semua nya memang sudah seperti ini sejak dulu? Tokk..tok..tok.. Suara ketukan itu membuat Alana kembali tersedot ke dunianya. "Masuk," Alana berbalik melihat siapa yang datang. "Maaf mengganggu nona, tapi sopir pribadi nona sudah menunggu di bawah."  Seorang pelayan masuk dan menunduk sopan kearah nya. "Baiklah, aku akan segera ke bawah," Alana mengambil tasnya, lalu berjalan menuju pintu utama. Disana sudah ada salah satu mobil lamborghini berwarna putih yang terparkir manis di depan rumahnya. "Berikan kunci mobil-nya." Ucap Alana datar saat sudah berhadapan dengan pria paruh baya yang mungkin sudah berkepala empat. Sopir itu menunduk takut tanpa berniat menatap sang majikannya "Maaf nona tapi tuan menyuruh-" "Berikan atau aku pastikan kau akan kehilangan pekerjaan mu saat ini juga!" Ucap Alana tajam dan penuh penekanan. Dengan cepat Alana mengambil kunci mobil itu, dan tanpa mempedulikan ucapan memohon darinya ia berjalan memasuki mobil. Hanya butuh beberapa detik mobil yang ia bawa sudah melaju dengan kecepatan tinggi membelah jalan kota New York yang sangat padat. Butuh waktu dua puluh menit untuk ia sampai di tempat ini. Alana menarik nafasnya dalam-dalam, ia mengepalkan tangannya kuat kuat berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua akan baik-baik saja. Johnson Group. Entah sudah berapa tahun lamanya, tapi yang Alana ingat terakhir kali dirinya menginjakan kakinya disini saat usianya 19 tahun Atau 20? Entahlah ia sudah lupa. Kadang waktu rasanya berjalan dengan begitu cepat. "Sihlakan nona," Hendrik membuka kan nya pintu. Di depan sana banyak orang yang berjalan kesana kemarin, sibuk dengan pekerjaan nya masing masing. Tentu saja di perusahaan sebesar ini kau tidak akan memiliki waktu untuk bersantai santai dan bergosip. Alana melangkah kab kakinya memasuki lobi perusahaan, baru saja ia berjalan beberapa langkah seseorang di belakang nya berteriak memanggil nya membuat seluruh perhatian terarah padanya. Sialan ia benci situasi seperti ini. "Ms. Jhonson!" "Selamat datang, sebuah kehormatan bisa bekerja dengan anda. Saya Key mulai hari ini saya akan menjadi sekertaris anda, apapun yang anda butuhkan akan segera saya siapkan. Jadwal pertemuan dengan clien akan di mulai lima belas menit lagi jadi anda bisa bersikap terlebih dahulu." Alana menarik sebelah alisnya menilai. "Lumayan," gumam Alana. "Maaf?" key mengerjapkan matanya bingung. Alana kembali memacu langkah nya dengan irama yang beraturan membuat setiap mata yang melihat memandang nya kagum. "Dengar Key, aku punya beberapa permintaan," Alana melirik sekilas kearah pria dengan wajah polos itu. "Satu, siapkan semua berkas untuk meeting hari ini. Lengkap." Ucap Alana menekan kata terakhir nya. "Kedua, suruh semua orang yang bersangkutan dalam pertemuan hari ini untuk datang lima menit sebelum meeting di mulai." "Dan yang terakhir—" Alana melirik tajam pada semua pegawai yang terus menatap nya dengan tatapan penasaran. "Suruh semua orang untuk kembali bekerja atau mereka akan mendapatkan surat pemecatan." Ucap Alana dingin. "Baik no-nona!" Jawab Key lalu segera menyuruh para pegawainya untuk kembali bekerja, dan meminta ijin untuk segera memberitahu kepada semua pegawainya untuk segera bersiap karena meeting akan segera di lakukan. Alana memutar bola matanya malas saat melihat punggung pria itu yang berjalan dengan cepat menuju lobi utama, tentu saja ia tidak bermaksud membuat pria itu mendapat kan hari yang buruk pada hari pertama nya tapi ini perlu di lakukan saat ia menyandang nama Jhonson di identitas nya. Alana mengulur kan jarinya menekan tombol lift, ia menghela nafas lelah saat butuh beberapa menit untuk pintu lift terbuka. Ia baru saja akan melangkah kan kakinya masuk kedalam lift tapi sayangnya matanya menangkap sosok pria yang tampak tidak asing di matanya. Pria itu berjalan kearahnya dengan tatapan dingin, entah kenapa suasana ruangan di sana jadi tampak sedikit mencekam. Alana dapat menangkap tatapan terkejut dari pria itu saat melihat keberadaan nya, tapi itu semua hanya berlangsung beberapa detik sebelum wajah nya kembali mendatar. Mata itu, rasanya ia pernah melihatnya tapi dimana? "Senang bertemu kembali dengan mu, nona cafe?" Ucapnya sambil tersenyum miring kepada nya. Senyum itu. Mata Alana membulat penuh saat Ia berhasil mengingat pria yang berada di depannya ini, dengan gayanya yang masih sama dengan beberapa hari yang lalu. Arogan. Alana mengangkat tangannya secara spontan, ingat nya seolah terputar begitu saja seperti kaset rusak. Senyum dan tatapan itu! Sialan seperti nya hari ini akan menjadi hari yang paling buruk dalam hidup nya. "KAU!" TO BE CONTINUED
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD