Chapter 1: Tie Bastard

1266 Words
Smith Corp, 08:00 AM Pagi ini seperti biasanya ratusan orang berjalan kesana kemari sibuk dengan pekerjaannya masing masing, bahkan tidak ada satupun dari mereka yang bisa duduk dengan tenang untuk sekedar meminum kopi di pagi hari. Bahkan saat langkah kaki seorang pria yang berjalan dengan tenangnya memasuki lobi perusahaan tidak ada yang menyadari tatapan tajam dan aura gelap yang di berikan pria dengan iris mata berwarna abu itu. Setiap mata yang bertatapan dengannya akan memilih berlari pergi dibandingkan harus berhadapan dengan manusia tidak berhati seperti William Smith, karena mencari masalah dengan pria itu hanya akan membuat hidup mu sial seumur hidup. Dan mungkin itu yang sekarang sedang di rasakan oleh seorang wanita berambut hitam yang tidak sengaja menabrak tubuh Liam beberapa detik yang lalu, tangan wanita itu gemetar ketakutan saat tatapan tajam pria itu seolah menusuk tepat di mata wanita malang itu. "Ma-maaf atas kecerobohan saya pak," wanita bernama Ellen menunduk takut. Keadaaan kantor yang tampak begitu padat kini berubah hening tanpa sedikitpun suara, mata setiap orang yang berada di sana membulat penuh saat menyadari keberadaan Liam. Dan dengan sigap mereka berbaris menyambut hormat kedatangan CEO perusahaan mereka, tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut setiap orang. Liam menghembuskan nafas nya kesal. "Perhatikan langkah mu nona-" Liam menjeda ucapannya, matanya membaca tanda pengenal yang terpasang di d**a sebelah kanan wanita itu. "Ellen," ucapnya membuat wanita itu terperanga untuk beberapa saat sebelum kembali sadar dan segera menundukkan kembali pandangannya. "Dan kalian semua," Liam menatap tajam kearah semua karyawannya. "Kembali bekerja!" ucapnya tegas. Hanya dalam waktu beberapa detik semua orang kembali ke pekerjaannya masing-masing. "Selamat pagi Mr. William," Seorang pria yang sudah tidak asing di matanya datang dan memerikan salam seperti biasanya, Jack tangan kanannya di perusahaan menarik nafas dalam saat Liam berjalan mendahuluinya begitu saja memasuki lift tanpa melirik sedikitpun kepadanya. Dan itu adalah hal yang sudah biasa ia lihat. Lift dengan kaca transparan itu membawa pria dingin itu menuju ruangan-nya di lantai teratas di perusahaan ini, saat pintu lift terbuka Liam dengan santainya berjalan menuju lorong ruangannya. Di ujung sana Shasya sekertaris nya berdiri menyambut nya dengan tatapan menggoda, tapi sayangnya saat ini dirinya sedang tidak bernafsu untuk meniduri satupun wanita. Ancaman ibunya tadi pagi tentu membuat dirinya berjaga jaga akan hal terburuk yang bisa ibunya itu lakukan saat ia sudah tidak tahan dengan sikapnya. Liam mengerutkan dahi bingung langkah kakinya terhenti di ujung jalan saat menyadari ada orang tak di undang di dalam ruangan-nya, dan dengan santainya pria itu membaca dan mengisi beberapa dokumen yang harusnya ia kerjakan pagi ini. "Sedang apa kau disini," ucap Liam dingin, tentu saja hal itu sangat tidak wajar di ucapkan kepada saudaranya sendiri tapi bukan hal aneh juga jika ia kesal saat ada yang mengambil alih pekerjaan nya Morgan Smith, pria yang memiliki iris mata dan garis wajah  yang sama persis dengan nya itu adalah adiknya. Walaupun sebenarnya ia tidak pernah bener bener menganggap Morgan sebagai adiknya karena jarak lahir diantara keduanya hanya berbeda tiga menit, dan tentunya ia lahir lebih dahulu di banding pria homo itu. Tidak, ia hanya bercanda. Saudara nya itu tidak bener bener penyuka sesama jenis tapi mungkin jika dalam beberapa bulan dia tidak terlihat berkencan dengan satupun wanita ia tidak akan menyanggah kabar bahwa adiknya itu seorang penyuka sesama jenis, karena sebenarnya ia juga sedikit meragukan hal itu. karena walaupun ia dan Morgan adalah saudara kembar keduanya memiliki sifat yang sangat jauh berbeda, bagaikan langit dan bumi. Tentu saja dalam hal tampang dan tanggung jawab ia sangat bisa di andalkan, itu terbukti dari berapa banyak wanita yang sudah ia tiduri selama ini. Sedangkan Morgan? Tolong jangan tanyakan hal itu, sudah ia bilang pria itu terjangkit masalah otak hingga tidak pernah menyentuh satupun wanita di usianya saat ini. Karena itu ia tidak akan menolak kabar bahwa pria itu memang homo. Tapi itu semua terjadi bukan karena wajah Morgan yang tidak mendukung, karena pada kenyataannya banyak perempuan yang terpikat oleh ketampanan pria itu, walaupun bila di bandingkan dengannya tentu pesonanya lebih besar dari padanya. Tapi entah karena alasan apa Morgan tidak pernah menyentuh satupun wanita di luar sana, bila di lihat-lihat Morgan itu seperti seseorang yang sedang mengidap penyakit alergi terhadap wanita. Untuk sesaat ia berfikir bahwa saudara nya itu punya kelainan jiwa. Sungguh mengenaskan! "Apa ayah tidak memberitahu mu, bahwa mulai saat ini aku akan mengambil alih perusahaan," ucap Morgan tanpa melirik sedikit pun kepada nya. William menggeram kesal, apa yang di katakan Ayahnya tadi pagi itu benar benar serius? Kalau benar begitu maka mulai detik ini pun Liam ingin mengubur dirinya hidup hidup, bagaimana bisa ia bisa hidup tanpa pekerjaan nya. Di tambah lagi ia yakin tidak ada lagi wanita yang akan datang menggoda nya, karena mereka semua datang hanya karena menginginkan uang dan wajah nya yang di pajang di Majalah gosip sebagai wanita simpanan nya. "Seriously? Ini benar-benar tidak adil! Aku hanya berkencan dengan 5 wanita dalam sehari, bukan menghamili 5 wanita dalam sehari!" Geram William sebal. Morgan yang sedang meminum kopinya langsung tersedak, pria itu membulat kan matanya penuh. Lima perempuan sehari?! Apa Liam sudah gila? Ia bahkan tidak bisa membayangkan apa saja yang di lakukan Liam di luar kantor. Tapi Morgan sangat yakin apa yang di lakukan saudara kembarnya itu benar-benar bukan tindakan yang bisa di banggakan. "Apa kau gila? Lima perempuan dalam sehari?! Yang benar saja!" Liam memutar bola matanya malas. "Apa kau tau, bahkan Edward pernah mengencani sepuluh perempuan dalam sehari tapi Ayah tidak melakukan apa-apa!" Ucap Liam membawa bawa nama kakak pertamanya. Lagi lagi Morgan kembali tersedak saat mendengar perkataan Liam yang tentunya tidak benar kenyataan nya, Morgan memijit pelipisnya yang terasa berdenyut membayangkan perkataan Liam tadi. Sepertinya ia telah salah masuk keluarga, kedua saudara terlalu liar dari yang ia bayangkan. "Benarkah?! aku tidak pernah mendengarnya." Liam tertawa kemenangan saat berhasil membodohi Morgan. Benarkan apa katanya, Morgan itu begitu bodoh! Mudah tertipu dengan omongan yang belum tentu benar. Tentu saja kakaknya, Edward tidak pernah melakukan hal seperti itu, karena setiap harinya hanya dia habiskan dengan bekerja dan bekerja. Sungguh membosankan! "Tentu saja, Edward memang sangat pandai bersikap di balik topeng-nya, anak itu lebih b******k dari yang kau bayangkan." Liam mengangkat bahunya acuh. Tapi baru saja Morgan akan kembali berbicara suara ketukan pada pintunya membuatnya menghentikan ucapannya. "Masuk!" Seru Morgan dengan tegas, berbeda dengan Morgan beberapa menit lalu yang terlihat sangat polos. Dalam hati ia berdecak kesal karena kenapa ia merasa seperti seorang tamu di ruangan nya sendiri dan sialnya Shasya mematuhi perkataan Morgan seperti yang biasa wanita itu lakukan. Shasya, sekretaris William berdiri di depan pintu dengan sedikit membungkuk. "Maaf pak, tapi ada yang mau bertemu dengan Mr. William." William mengerutkan dahinya ketika namanya di sebut, siapa yang ingin bertemu dengannya? Seingatnya ia tidak pernah membuat janji temu dengan siapa pun hari ini. "Suruh dia masuk." Liam mendudukan dirinya di salah satu sofa di ruangannya. "Selamat pagi Mr. William" Lagi-lagi Liam mengerutkan dahinya bingung, sedang apa pengacaranya James berada disini? Biasanya bila ada hal penting yang akan di bicarakan James akan menghubunginya terlebih dahulu. "Maaf mengganggu pagi mu, tapi saya ingin memberikan sebuah berkas penting dari Mr. Smith untuk anda," James menyodorkan beberapa berkas kepadanya. Berkas penting apa sampai ayahnya harus menyuruh James mengantarkannya kepadanya. Liam membaca dengan seksama setiap kata yang tertulis di kertas itu, lalu kembali membaca ulang berkas tersebut takut-takut ia salah membaca. Tapi nyatanya mau di baca berkali kali pun tidak ada kata kata yang berubah. William menatap James dan Morgan bergantian sebelum matanya membulat setelah mengerti apa maksud dari berkas itu. Dan Liam sudah yakin sekarang bahwa ia akan mengubur dirinya hidup-hidup sekarang juga. "Sialan! Dasar pria b******k," TO BE CONTINUED 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD