Bab 84

1456 Words
Dewa melangkah mundur dari tempat di mana ia berdiri tadi. Sementara tamu yang lain menunggu dan penasaran, kiranya kejutan apa yang akan dipersiapkan oleh Dewa untuk Harmoni. Ctakkkkk Suara jentikkan jari Dewa terdengar di dalam ruangan itu karena ruangan tersebut saat ini benar-benar tak ada suara apapun, hening yang tersisa kala Dewa berencana ingin membuat sebuah kejutan untuk sang kekasih. Entah dari mana datangnya semua kelopak bunga mawar yang tiba-tiba jatuh dari atas ruangan tersebut dan gugur di bawah lantai dansa dengan lutut sebelah kiri Dewa yang perlahan sudah menyentuh lantai ruangan itu. Harmoni dan semua tamu yang ada ikut mendongakkan kepalanya ke atas, melihat kelopak bunga yang secara ajaib satu persatu turun menimpa kepala mereka semua. Dewa tersenyum pada Harmoni yang mana saat ini gadis itu masih tak fokus menatap ke arah Dewa karena CEO cantik tersebut masih terpukau dengan keajaiban yang di lakukan oleh Dewa. Saat Harmoni sadar dengan kata keajaiban, ia ingat, Dewa bukan dari planet ini, apa mungkin Dewa melakukan sihir untuk membuat keindahan tersebut, tapi identitas Dewa pasti akan terungkap, jika Dewa melakukan sihir. Harmoni melirik ke arah Dewa diam-diam namun, mata gadis itu masih tetap melihat ke atas mencari sumber kelopak bunga itu berasal. Karena tak menemukan dari mana kelopak itu berasal, semua orang masih dibuat kagum oleh Dewa dengan terbukanya atap gedung tersebut. Gedung yang di tempati oleh Jordan dan Rose memang berada di lantai paling atas namun, keduanya tak mengetahui, jika gedung itu memiliki atap yang bisa terbuka seperti sekarang ini. Saat atap gedung itu terbuka secara otomatis, semua mulut tamu yang hadir dibuat menganga bukan main. Di atas langit dengan ribuan bintang menghiasai gelapnya malam, bintang-bintang itu membentuk sebuah lukisan wajah seorang gadis dan lukisan wajah itu sama seperti Harmoni. Dewa menatap ke arah Harmoni, ia ingin tahu, bagaimana respon gadis tersebut. Benar saja, saat Harmoni sudah memahami makna dari lukisan itu, gadis tersebut melihat ke arah Dewa dan perlahan melangkahkan kakinya ke arah pria itu. Tanpa di sadari oleh Harmoni, gerakan kakinya seperti sebuah mesin yang berjalan secara otomatis tanpa ia pandu. Cukup dengan membayangkan, jika dirinya ingin berada di dekat Dewa dan semua syaraf yang berada di dalam tubuhnya bekerjasama melakukan perintahnya. Rose dan Jordan saling tatap satu sama lain. "Apa Papa suka dengan calon menantu kita?" tanya Rose pada Jordan dengan suara berbisik karena ia tak ingin mengganggu jalannya proses keromantisan yang masih belum berada di puncak pertunjukan ini. "Maksudnya?" tanya balik Jordan pura-pura bodoh. "Apa Papa tidak bisa melihat, jika pria tampan bermata biru itu sangat menyukai putri kita dan putri kita juga sepertinya sangat menyukai pria tersebut, kalau Mama tentu sangat setuju, apalagi dia terlihat sangat cocok dengan Harmoni," gumam Rose tersenyum membayangkan kelak cucunya yang lahir pasti memiliki ketampanan dan kecantikan di atas rata-rata normal orang biasa, melihat ciri-ciri Dewa yang benar-benar tanpa celah apapun. Tampan, berkarisma, tubuh tinggi, badan tegap dan tentunya memiliki kulit yang sangat indah. Dewa masih tetap dalam posisi berlutut seperti tadi dengan senyum yang cukup mengembang ke arah Harmoni. Gadis dengan gaun pesta yang begitu mengukir lekukan tubuhnya berjalan berlenggak-lenggok menuju ke arah Dewa yang pastinya sudah menunggu kedatangannya. Saat jarak diantara keduanya semakin terkikis habis, Harmoni menundukkan kepalanya menatap Dewa intens. "Apa yang ingin kau lakukan?" tanya Harmoni pada Dewa. "Memberikan kejutan padamu," tutur Dewa pada Harmoni dengan senyum yang ia tabur untuk gadisnya. "Kejutan bintang-bintang yang menyerupai wajahku itu?" tanya Harmoni lagi. "Bukan!" elak Dewa dengan sangat cepat. Kening Harmoni mengkerut sempurna kala semua perkiraan yang ada dalam benaknya tak tepat sasaran. "Jadi?" tanya Harmoni dengan wajah penasaran. Dewa tersenyum dan tiba-tiba lampu di ruangan itu mati. Harmoni melihat ke arah sekeliling ruangan tersebut yang kini sudah dalam keadaan gelap gulita tak ada penerangan apapun. Tangan Harmoni bergerak tanpa arah karena ia merasa takut dengan gelap. Suara para tamu juga mulai terdengar karena lampu yang tiba-tiba padam tanpa alasan. Saat semuanya sudah panik, satu persatu lampu yang kini sudah melingkar di daerah Harmoni dan Dewa berada mulai hidup. Lampu itu membentuk sebuah lingkaran, di mana lingkaran tersebut membentuk sebuah hati yang mana Dewa dan Harmoni berada di dalamnya. Mata Harmoni melihat ke arah sekeliling lampu itu dan ia kembali fokus menatap ke arah Dewa. "Apa ini bagian dari sandiwaranya? apa ia hanya ingin meyakinkan keluargaku?" tanya Harmoni dalam hatinya. "Apa ini?" tanya Harmoni pura-pura bodoh. Dewa tak menjawab pertanyaan Harmoni, ia hanya tersenyum pada gadisnya dan mengeluarkan sebuket bunga mawar putih dan memberikannya pada Harmoni. "Apa ini?" tanya Harmoni yang tak ingin merasa melambung dulu karena ia tahu hubungan dirinya dan Dewa hanya sebatas sandiwara semata tak melibatkan hati sama sekali, kecuali dirinya yang memang sudah merasakan perasaan hal yang berbeda pada Dewa. Harmoni tak ingin terburu-buru mengambil tindakan karena ia tak ingin perasaannya bertepuk sebelah tangan. Harmoni masih takut, jika suatu saat nanti, pria yang berada di hadapannya ini meninggalkan dirinya saat hati Harmoni sudah sepenuhnya ia berikan untuk Dewa. Dewa berdiri dan mendekat ke arah Harmoni sembari terus mengulurkan buket bunga mawar putih tersebut. "Apa kau tahu arti dari bunga mawar berwarna putih ini?" tanya Dewa pada Harmoni. "Sebuah kesucian," tebak Harmoni dan Dewa tersenyum pada gadis itu sembari mengusap lembut pipi Harmoni. "Benar dan seperti itu pula, perasaan yang ada di dalam sini untukmu," ungkap Dewa menunjuk jantungnya pada Harmoni dan ungkapan itu bukan hanya bualan semata, semua yang dilontarkan oleh Dewa memang kenyataan Tangan Harmoni terulur menerima buket bunga mawar putih tersebut. CEO cantik tersebut mencium aroma bunga mawar yang cukup membuat pikirannya tenang. Saat sedang asyik-asyiknya menghirup aroma bunga mawar putih itu, Dewa meraih tangan kanan Harmoni. Rasa dingin yang tak seperti biasanya langsung menusuk bagian kulit Harmoni. Entah apa yang terjadi namun, yang jelas , gadis itu merasakan ada yang aneh pada Dewa saat ini. Harmoni menatap ke arah Dewa, karena penerangan yang masih beluk stabil, membuat wajah Dewa yang di terangi oleh bias cahaya lampu yang melingkar di lantai, semakin membuat pria terlihat seksi. "Aku hanya ingin kau tahu, jika aku benar-benar ingin melindungimu sampai akhir hayatku dan aku ingin menghabiskan sisa waktu yang aku miliki bersamamu," tutur Dewa pada Harmoni. Harmoni paham akan maksud Dewa namun, orang yang berada di ruangan tersebut mengira, jika Dewa mungkin memiliki penyakit yang sangat parah, sehingga umur Dewa mungkin sudah tak lama lagi. Harmoni masih menatap ke arah Dewa tanpa ingin beralih ke arah lain. "Apa kau masih akan tetap pergi, jika aku tak menginginkannya?" tanya Harmoni karena perkataan Dewa nampaknya cukup membuat hatinya terusik. Dewa meletakkan kedua telapak tangannya pada pipi Harmoni dengan wajah yang sudah sangat dekat. "Takdir sudah menulis semua ini dan aku ... memang sepertinya harus benar-benar pergi dari sisimu," bisik Dewa dan ucapan pria itu tak dapat terdengar oleh para tamu karena sebuah musik instrumental terdengar begitu romantis. Rasa takut mulai merayapi hati Harmoni karena ia tak ingin Dewa pergi. Harmoni sebenarnya bisa saja berkata pada Dewa, jika ia tak ingin Dewa pergi meninggalkan dirinya namun, rasa gengsinya lebih besar, sampai ia tak berani melontarkan keinginannya itu. "Apa kau akan segera melakukan pemilihan calonmu?" tanya Harmoni menunggu jawaban dari mulut Dewa dengan hati yang sudah terasa ketar-ketir tak karuan. "Benar! aku sudah melakukan kewajibanku untuk membuatmu berada dalam situasi yang tak membahayakan nyawamu dan masalahmu dengan keluarga ini sudah selesai, hanya tinggal kristal milikku yang masih berada di lehermu," jelas Dewa melirik bandul kalung yang masih menghiasi leher Harmoni. "Apa kau tidak akan kembali lagi?" tanya Harmoni pada Dewa. Rasanya Dewa berat menjawab semua pertanyaan yang Harmoni lontarkan padanya namun, pria itu harus kuat karena memang takdirnya bukan bersama dengan Harmoni. Sekilas masa depan yang pernah ditampilkan oleh bandul kalung Harmoni beberapa saat lalu saat pertemuan pertama mereka mungkin itu hanya sebuah kesalahan dan mereka tak mungkin bersatu. "Aku akan menikah dengan seorang gadis di sana dan tentunya aku akan menetap di sana untuk mulai mengemban tanggung jawab sebagai seorang raja baru. Rasanya mata Harmoni ingin terbakar menahan tangisnya namun, ia harus kuat, ia tak ingin semua orang tahu permasalahan dirinya dan Dewa. Dengan sangat terpaksa, gadis itu mengukir senyumnya dan memeluk tubuh Dewa sangat erat. "Semoga kau mendapatkan istri yang baik dan mencintaimu," bisik Harmoni dengan suara sedikit bergetar menahan tangisnya. Dewa yang sadar dengan suara Harmoni langsung menarik mundur sedikit tubuh gadis tersebut dan mengecup bibir Harmoni di hadapan para tamu yang pastinya tak dapat dilihat dengan jelas oleh Dewa karena penerangan masih belum stabil, sementara para tamu bisa dengan jelas melihat bagaimana keduanya menunjukkan kasih sayang mereka. Pernyataan cinta, itulah yang mereka tangkap dari adegan Harmoni dan Dewa namun, pada kenyataannya, bukan itu yang terjadi, melainkan sebaliknya, yaitu sebuah momen perpisahan berkedok pernyataan cinta, agar keluarga Harmoni tak salah paham dengan hubungan mereka berdua, jika mereka tahu, hubungan itu hanya sebuah sandiwara belaka namun, hati mereka sudah saling terikat satu sama lain.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD