Bab 38

1715 Words
Harmoni masih senantiasa meneguk air putih tersebut dengan pikiran yang berkelana entah kemana. "Masih haus?" tanya Jordan pada putrinya. Tak ada jawaban dari mulut Harmoni karena bibir gadis itu masih senantiasa menempel pada gelas wadah air putih yang ia minum dan tanpa sadar, air minum yang berada di gelas itu sudah habis. "Sayang! apa kau baik-baik saja?" tanya Rose pada Harmoni sembari mengusap rambut sang putri penuh kelembutan. Harmoni terlonjak dengan gerakan tangan ibunya yang tiba-tiba mengusap rambutnya. "Aku tak apa-apa, Ma!" jelas Harmoni menatap lembut ke arah sang ibu. "Jangan terlalu dipikirkan ucapan Papa ya, Nak! Papa memang suka penasaran orangnya," tutur Rose, agar Harmoni merasa tak canggung lagi. "Siapa yang memikirkannya, Ma? aku hanya mi ...." Harmoni hendak menunjukkan gelas yang ia gunakan untuk minum, namun suaranya langsung tercekat saat gelas itu sudah tak terdapat setetes air di dalamnya. "Apa aku dari tadi meminum angin?" tanya Harmoni dalam hatinya. Harmoni menatap ke arah Rose dan Jordan secara bergantian. Senyum gadis itu langsung bangkit dengan kecanggungan yang dapat dirasakan oleh kedua orangtuanya. "Aku masih haus," gumam Harmoni ambigu. Jordan hanya tersenyum kecil melihat reaksi putrinya yang benar-benar diluar dugaan. "Baru kali ini aku melihatnya segugup ini? apa lelaki yang dirumorkan kekasihnya itu, sangat berpengaruh padanya?" tanya Jordan sembari memasukkan makanan ke dalam mulutnya namun, arah tatapan mata pria setengah baya itu masih mencari kebenaran di wajah sang putri. "Jadi, apakah kau benar-benar sudah memiliki kekasih?" tanya Jordan kembali yang memang ingin mengetahui perihal kebenaran itu dan tujuan pengacara kondang tersebut mengundang anaknya, memang untuk menanyakan kebenaran tersebut. Harmoni melihat ke arah ibunya, kemudian beralih ke arah sang ayah. "Katakan saja, Nak! jangan takut! kau sudah dewasa dan kau sudah bebas menentukan pilihanmu sendiri, tapi kau harus memilih yang terbaik dan Mama percaya, jika kau pasti suka dengan pria berkepribadian baik, 'kan?" cicit Rose membuat Harmoni harus menghela napasnya. "Ini yang disebut senjata makan tuan," sesal Harmoni harus memilih jalan keluar menjadikan Dewa sebagai kekasih palsunya dan hal itu cepat atau lambat akan diketahui oleh sang ayah karena para petugas polisi pasti sangat tahu siapa Jordan Sudarmanto itu. "Apa kau sudah siap menceritakan lelaki itu pada kami?" tanya Jordan mengambil gelas yang sudah berisi air minumnya. "Ceritakan saja, Nak! jika pria itu lebih tampan dari ayahmu, dia pasti akan merasa memiliki saingan," goda Rose ingin mencairkan suasana di ruangan tersebut karena menurutnya, jika Harmoni dan Jordan masih sama-sama cuek bebek seperti itu, tak ada kata damai diantara mereka berdua. "Tak akan ada yang bisa menyaingi ketampanan seorang Jordan Sudarmanto," bangga Jordan pada dirinya sembari mengambil selembar tisu untuk mengusap mulutnya. Harmoni menatap ke arah sang ayah. "Papa jangan terlalu bangga, pria yang aku kenal ini lebih segalanya dari pada Papa!" jelas Harmoni sembari memasukkan satu sendok makanan terakhir ke dalam mulutnya. "Benarkah? setampan apa dia, sampai kau begitu membelanya? bukankah pria tertampan di bumi ini adalah, Papa?" bangga Jordan yang nampak tak sadar akan usianya. Rose hanya menggeleng kepalanya saat menghadapi suaminya yang over percaya diri dan itu memang penyakit lama Jordan. Saat pria paruh baya itu masih muda, ia juga suka membanggakan ketampanannya yang tiada tara namun, sifatnya itu yang membuat Rose akhirnya jatuh cinta padanya karena awal mula hubungan Jordan dan Rose berawal dari perjodohan keluarga yang tak didasari rasa cinta namun, seiring berjalannya waktu dan keduanya mengenal satu sama lain, cinta tumbuh mengalahkan rasa benci yang menjamur dalam hati Rose. "Apa Papa tak percaya pada putri kita? pria itu pasti sangat tampan, sampai Harmoni saja berani berkata seperti itu dihadapan Papa," timpal Rose yang berada dipihak sang putri dan secara tak langsung, ia menyalakan api yang awalnya kecil. "Coba kau ceritakan pada kami, seperti apa pria itu, Papa sangat penasaran karena pria itu bisa-bisanya menyaingi ketampanan yang haqiqi ini," pinta Jordan pada Harmoni. "Papa memang pria paling tampan di bumi, tapi dia bukan manusia bumi asli seperti kita jadi, tingkat ketampanannya lebih dari ukuran orang bumi karena dia mahluk immortal, mahluk ajaib, dan mahluk menyebalkan," kesal Harmoni dalam hatinya yang ingin sekali mengumpat namun, ia tahan. "Apa aku perlu menceritakannya pada kalian?" tanya Harmoni yang nampak tak bersedia menceritakan tentang Dewa. "Ceritakan saja, Nak! kami ingin tahu lebih dulu seperti apa calon menantu tampan itu, sebelum kami bertemu langsung dengannya," jelas Rose pada Harmoni. "Siapa bilang aku akan menyetujuinya menjadi menantuku?" tanya Jordan pada istrinya yang memutuskan sepihak perihal jodoh Harmoni. Rose melirik ke arah Jordan dengan tatapan mata sinisnya. "Papa ini apa-apa, sih! pria itu pasti sangat baik dan tampan, jika tidak, mana mungkin anak kita mau berhubungan dengannya? Papa ingin menantu seperti apa memangnya?" tanya Rose sedikit kesal pada suaminya. "Yang tampan seperti, Papa!" sahut Jordan membuat Rose sekali lagi memutar bola matanya jengah dengan sikap sang suami yang tingkat kepercayaan dirinya sudah sampai level akut. "Cukup, Ma, Pa!" Harmoni langsung menengahi keduanya. Jordan hanya tersenyum acuh namun, Rose masih menatap ke arah suaminya penuh rasa kesal. Harmoni melihat kedua pasangan itu hanya bisa menepuk jidatnya karena mereka berdua seperti anak ABG yang tengah pacaran namun, dalam keadaan bertengkar. "Apa kalian berdua selalu seperti ini?" tanya Harmoni pada kedua orangtuanya. "Tentu saja, Nak! agar hubungan kita tetap terjaga dan terasa seperti anak SMA yang berpacaran ala-ala tikus dan kucing, tapi di saat kita berjauhan, rasa rindu pasti datang," jelas Jordan pada sang putri dan Rose langsung menatap ke arah suaminya dan keduanya saling mengumbar senyum manis masing-masing. Harmoni ikut tersenyum melihat keharmonisan rumah tangga ibu dan ayahnya. "Jadi tips pacaran setelah menikah seperti ini, ya? jika sudah bertengkar hebat, salah satu harus ada yang menjadi es, jangan semuanya menjadi api karena berbahaya, jika terbakar," pikir Harmoni pada dirinya sendiri. "Apa kami boleh mendengar bagaimana calon menantu kami?" tanya Rose memelas dan hal itu tak dapat Harmoni tolak begitu saja. "Hah, baiklah! aku akan menceritakan seperti apa dia," jelas Harmoni pada kedua orangtuanya. Harmoni masih diam. Ia masih berpikir harus memulai dari mana dulu. Setelah berpikir cukup lama, akhirnya Harmoni memutuskan untuk menceritakan dari awal pertemuan mereka dan pastinya akan ada bumbu tambahan di dalamnya untuk meyakinkan kedua orangtuanya. "Kami bertemu saat aku akan jatuh ke jurang," jelas Harmoni membuat kedua orangtuanya terkejut bukan main. "Apa?" tanya Rose dan Jordan bersamaan. "Itu benar! dia menolongku dari jurang itu dan aku menyebutnya sebagai malaikat, meski awalnya aku dan dia saling beradu mulut karena aku mengira, jika dia bagian dari penjahat itu." "Bagaimana dia menolongmu? apa kau jatuh dari dalam mobil atau bagaimana?" tanya Jordan yang mengaktifkan mode detektifnya. "Waduh! gawat! Papa langsung mengaktifkan mode detektifnya," panik Harmoni yang mulai ketar-ketir dalam hatinya. "Aku hampir jatuh ke jurang dan mobilku aman di atas karena tubuhku terpental, Pa!" jelas Harmoni pada sang ayah. "Jadi dia pria yang sangat tangguh? rela mengorbankan nyawanya demi dirimu?" tanya Rose menimpali. "Tentu saja, Ma! dia sangat kuat dan tampan," jelas Harmoni sejujurnya tanpa ada kebohongan di dalamnya. Jordan masih menatap ke arah Harmoni tanpa ingin mengalihkan perhatian ke arah lain. "Kau tidak mungkin hanya sekali bertemu dengannya, 'kan?" tanya Jordan pada sang putri. "Papa benar, aku bukan hanya sekali bertemu dengannya, aku berkali-kali bertemu dengannya, bahkan saat aku ada acara makan bersama rekan bisnisku, dia juga berada di restoran yang sama denganku," tutur Harmoni apa adanya. "Hanya dua kali itu saja?" tanya Jordan kembali mengintrogasi Harmoni dan gadis itu sudah siap dengan berbagai pertanyaan yang akan dilancarkan oleh Jordan padanya. "Berkali-kali, Pa! dan dia pasti datang diwaktu yang sangat tepat, seperti kemarin ...." Harmoni enggan melanjutkan pembicaraannya karena ia masih teringat dengan kejadian kemarin pagi. "Apa dia juga yang menolongmu?" tanya Jordan mencoba menebak isi kepala Harmoni. "Dia yang selalu ada untukku dan aku semakin menganggapnya malaikat dan malaikat itu sudah sedikit demi sedikit mencuri hatiku," jelas Harmoni penuh kebohongan karena ia tak ingin rencananya gagal total. Rose yang mendengar cerita dari anaknya, langsung merasa terharu dengan Harmoni dan sang kekasih. "Kalian mungkin memang ditakdirkan bersama, buktinya, dia selalu ada untukmu, Nak! dan kau jangan sia-siakan pria baik dan bertanggung jawab seperti itu," dukung Rose atas hubungan Harmoni dan Dewa. "Siapa namanya?" tanya Jordan menimpali. Harmoni tak yakin ingin memberitahu nama Dewa namun, jika ia tak memberitahu nama Dewa, hubungannya dan Dewa yang menjadi kekasih palsu, akan terbongkar. "Dewa Abraham!" Mendengar kata Dewa, seperti tak asing ditelinga Jordan. "Dewa? apa dia seorang pebisnis juga?" tanya Jordan pada putrinya. Harmoni hanya menggelengkan kepalanya menandakan, jika apa yang ditanyakan oleh sang ayah salah. "Apa pekerjaannya?" tanya Jordan lagi. "Pemilik sekitar 5-7 universitas di Indonesia," tutur Harmoni yang nampak begitu cukup bangga memberitahu pekerjaan apa yang dimiliki oleh Dewa. "Wah, hidupmu akan semakin terjamin, Nak!" dukung Rose membuat Jordan menatap ke arah sang istri. "Tanpa dia, putri kita juga sudah kaya sejak dalam kandungan jadi, tak perlu berlebihan menilainya," bantah Jordan yang nampak tak selaras dengan istrinya. "Sepertinya ancaman hanya ada pada papa, sementara mama sudah bisa aku pastikan, jika dia sangat pro terhadap Dewa," analisis Harmoni dalam hatinya. "Ajak dia kemari!" Harmoni menelan ludahnya yang terasa kering saat melewati kerongkongannya. "Kemari?" tanya Harmoni tak yakin dengan apa yang ia dengar tadi. "Bukan sekarang, tapi saat ulang tahun pernikahan Mama dan Papa sepuluh hari lagi," jelas Jordan tak mau di bantah. Harmoni menghela napas pendek dengan anggukan kepala yang penuh akan keterpaksaan. "Matilah aku kali ini," pasrah Harmoni dengan situasi yang menurutnya semakin rumit saja. Di dalam ruangan Dewa, pria itu masih berada di dalam ruangannya. "Bagaimana bisa Damian tahu mengenai Harmoni? apa sebenarnya paman Dalgon dan Damian sudah mengetahui keberadaan kristal itu dari dulu, tapi mereka berdua tak mau memberitahu diriku perihal kristal tersebut," pikir Dewa yang mulai mengusut kasus Damian yang tak lain adalah saudara sepupunya sendiri. Tok tok tok tok "Masuk!" Hicob dengan gerakan cepat berada di hadapan Dewa. "Ada yang kau temukan?" tanya Dewa penuh harap. "Ada!" "Apa itu?" tanya Dewa yang semakin penasaran dengan penjelasan Hicob. "Pangeran Damian dan paman Anda memang ada di bumi dan ...." Dewa paling tak suka, jika harus menunggu begini karena ucapan Hicob lagi-lagi digantung. "Dan apa?" tanya Dewa mendesak Hicob, agar pria itu mau menjelaskannya lebih lanjut perihal informasi paman dan sepupunya. "Mereka sudah cukup lama berada di bumi, sebelum Anda berada di sini, paman Anda sudah lebih dulu berada di sini," jelas Hicob membuat otak Dewa langsung berpikir keras. "Apa paman ada hubungannya dengan kristal milikku yang tak bisa aku lepaskan dari Harmoni?" tanya Dewa bertanya dalam pikirannya sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD