Malam telah tiba, Harmoni keluar dari kamarnya dengan dress berwarna abu tua dipadukan dengan heels berwarna senada, rambut panjangnya diikat ke atas membentuk kuncir kuda, sehingga leher jenjangnya begitu jelas terlihat, sangat putih dan mulus.
Makeup yang dipakai Harmoni malam ini terlihat natural namun, pada bagian bibir, lipstik yang ia gunakan sedikit memiliki warna lebih gelap dari biasanya karena ia akan pergi menghadiri acara makan malam bersama dengan Jason.
Dompet cantik berkelap-kelip sudah bertengger di tangan kanannya dengan cincin berlian berwarna silver juga melingkar di jari tengahnya.
Gadis itu terlihat begitu menawan malam ini, semua kata yang mencerminkan kesempurnaan bisa dinobatkan pada Harmoni karena gadis itu benar-benar terlihat sangat cantik.
"Mobilnya sudah siapa?" tanya Harmoni pada Mona.
"Sudah, Nona!"
CEO bertubuh ramping itu mulai melangkahkan kakinya menuju arah mobil pribadinya yang terparkir di depan halaman rumah Harmoni.
Saat sudah sampai di teras rumahnya, sopir berbadan besar membukakan pintu mobil tersebut.
Bukan tanpa alasan Harmoni memilih sopir bertubuh besar tersebut karena selain sopir itu bisa menjaganya, pria tersebut juga sudah memiliki sertifikat ahli bela diri tingkat atas jadi, keselamatan Harmoni lebih aman.
Setelah Harmoni masuk ke dalam mobilnya, mobil berwarna silver tersebut melaju perlahan, sampai mobil itu keluar dari halaman pemiliknya.
Di tempat lain, Dewa juga sudah bersiap dengan pakaian rapi.
Pria itu nampak akan keluar malam ini, kemeja berwarna abu muda dan celana berwarna abu tua, serta sepatu berwarna hitam membuat pria berbadan atletis itu semakin bertambah 10 kali lipat tingkat ketampanannya.
Tak lupa jam tangan ia sematkan pada pergelangan tangannya, agar kesan elegan semakin melekat pada dirinya.
Rambut ia sisir acak agar hasilnya juga lebih bagus, daripada di sisir rapih, menurutnya kurang masuk dengan tema pakaiannya malam ini.
Setelah bercermin dan sudah terlihat sempurna, tiba-tiba Dewa menghilang dan muncul di dalam mobilnya yang terparkir di halaman rumahnya.
"Kemampuan teleportsiku cukup menghemat waktu," gumam Dewa menginjak pedal gas mobilnya, dari yang awalnya dengan kecepatan sedang, lama-lama semakin cepat.
Di sebuah resto bernuansa begitu manis, mobil Harmoni sudah terparkir di halaman tersebut.
Gadis dengan rambut kuncir kudanya mulai melangkah masuk ke dalam resto yang ia yakini hanya kalangan pasangan saja yang datang ke tempat itu.
Saat sudah berada di dalam, Harmoni bingung, ia lupa menanyakan pada Mona, di meja nomor berapa tempat yang harus ia tempati.
Beruntungnya ada seorang waitress yang menghampirinya karena wajah Harmoni benar-benar terlihat sangat kebingungan.
"Ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanya waitress tersebut.
"Meja atas nama Tuan Jason dimana ya?" tanya Harmoni.
"Apa ini dengan Ibu Harmoni?" tanya waitress tersebut.
"Ya, benar sekali."
"Meja atas nama Tuan Jason ada di atas nomor 18 karena di lantai bawah khusus untuk keluarga besar atau lebih dari lima orang," jelas waitress itu lagi.
Harmoni melihat ke arah lantai dua, dimana mejanya dan Jason berada.
"Terima kasih!"
Harmoni langsung berjalan ke arah tangga menuju lantai dua.
Pinggul yang berlenggak-lenggok semakin menarik perhatian para kaum Adam yang berada di resto tersebut, apalagi di lantai dasar, tempat para kaum milenial berkumpul bersama sejawatnya dan ternyata resto itu di peruntukan untuk semua kalangan, bukan hanya sepasang kekasih saja.
Harmoni mencari meja nomor 18 dan nomor itu terlihat di barisan ke tiga setelah dirinya berdiri saat ini.
Harmoni berjalan ke arah meja tersebut dan Jason masih belum datang.
Gadis itu duduk lebih dulu dan segera mengeluarkan benda pipihnya dari dalam dompet kelap-kelipnya.
"Apa aku yang terlalu terburu-buru berangkat? atau aku salah melihat jam saat aku tengah asyik bersolek?" tanya Harmoni pada dirinya sendiri.
Waktu masih pukul 7 kurang seperempat dan pastinya Jason tak akan datang karena ia tipe pria on time.
Harmoni melihat ke arah lantai dasar karena kebetulan tempat duduk yang di pilih oleh Jason berada tepat di pembatas lantai dua, pembatas itu menggunakan kaca transparan tembus pandang, sehingga memudahkan Harmoni melihat ke arah lantai dasar.
Saat mata gadis itu tengah asyik menelisik tiap gerak gerik pengunjung resto tersebut, seorang pengunjung yang baru datang menyita perhatian Harmoni.
"Dewa!"
Satu kata itu berhasil lolos dari bibir berwarna sedikit bold tersebut.
Harmoni terus memperhatikan langkah Dewa dan terus mengikuti kemana pria itu berhenti berjalan.
Dewa berhenti di sebuah meja bernomor 7 dengan 10 kursi melingkar rapi, mengelilingi meja bernomor 7 tersebut.
"Sedang apa dia?" gumam Harmoni masih terus menatap ke arah Dewa.
Saat sedang fokus menatap pemilik asli dari bandul kalung miliknya, suara bariton seorang pria mengejutkan Harmoni.
"Maaf menunggu lama," sesal pria itu yang tak lain adalah Jason.
Harmoni langsung melihat ke arah sumber suara dan seketika senyum manis andalannya terbit.
"Tak apa, Tuan! saya juga baru sampai," elak Harmoni.
Jason akhirnya duduk di kursi tepat di hadapan Harmoni.
"Jangan panggil Tuan, panggil saja Jason, agar lebih akrab," pinta Presdir perusahaan Raharja Group tersebut.
"Baik, Tu ... Jason!"
"Kau sudah memesan sesuatu?" tanya Jason pada Harmoni.
Gadis itu masih asing dengan bahasa non formal yang digunakan oleh rekannya karena ia sudah terbiasa berbicara formal pada semua partner kerjanya.
"Belum," sahut Harmoni jujur.
Jason meraih buku menu yang berada tepat di sebuah rak. Rak tersebut mirip rak buku namun, terbuat dari bahan yang berkualitas dan sudah di desain secantik mungkin untuk menarik hati para pengunjung, agar mau kembali lagi ke resto itu.
Jason memberikan satu buku menu untuk Harmoni satu dan untuknya juga satu.
"Silahkan pesan apa saja yang kau suka," tutur Jason mulai membuka buku menu tersebut dan Harmoni juga mengikuti apa yang dilakukan oleh Jason.
Harmoni melihat menu appetizer terlebih dulu, ia jatuh cinta pada resoles isi jamur tiram mix udang.
Setelah selesai dengan appetizer, Harmoni kembali membuka bagian main course, sop buntut dan udang lada hitam menjadi pilihannya.
Setelah selesai dengan menu main course, kini Harmoni beralih ke menu dessert, banana pudding saus cokelat menjadi pilihannya.
"Sudah selesai memilih?" tanya Jason pada Harmoni dan gadis itu menganggukkan kepalanya mengiyakan.
Jason menekan tombol hijau pada rak tempat penyimpanan buku menu tadi.
"Saya pesan tofu crispy sous, lobster bakar pedas, cumi kuah santan, dan es nelayan," tutur Jason.
Pria itu memberikan isyarat pada Harmoni, agar gadis itu melakukan hal yang sama dengannya.
Harmoni mengikuti setiap langkah yang dilakukan oleh Jason.
Pertama ia menekan tombol hijau yang berada di rak buku menu tadi, kemudian ia menyebutkan semua menu yang akan ia pesan.
"Saya pesan risoles jamur tiram mix udang, sop buntut, udang lada hitam, dan banana puding saus cokelat."
Setelah selesai dengan pesanannya, Harmoni kembali menatap ke arah Jason.
"Apa kau sering datang kemari?" tanya Harmoni pada Presdir perusahaan Raharja Group tersebut.
"Aku sering datang kemari bersama para jajaran dewan di perusahaan karena tanpa mereka perusahaanku juga tidak bisa berkembang seperti saat ini jadi, setidaknya kita memberikan reward pada mereka, meskipun hanya sekedar makan bersama saja," jelas Jason pada CEO cantik tersebut.
"Kau sungguh pemimpin perusahaan yang sangat baik, aku saja tidak pernah ada pemikiran seperti itu dan mungkin sekarang aku bisa mencontoh itu darimu karena benar seperti yang kau katakan, tanpa mereka kita pemilik perusahaan tidak mungkin bisa berjaya seperti saat ini benar, bukan?" tanya Harmoni.
"Tentu saja," sahut Jason sembari tersenyum.
Harmoni juga membalas senyuman manis yang dilempar oleh Jason padanya.
Tanpa disadari oleh CEO cantik tersebut, seorang pria sedari tadi tengah memperhatikan dirinya dan tatapan matanya sungguh sangat tajam, apalagi saat arah tatapannya mengarah pada pria yang berada tepat di hadapan Harmoni.
Siapa lagi pria itu, jika bukan Dewa karena hanya Dewa yang bisa mengirimkan gelenyar aneh pada tengkuk Harmoni.
Bulu kuduk gadis itu terasa berdiri tanpa tau penyebabnya apa.
Harmoni tanpa sadar mengusap tengkuknya secara tak sengaja gadis itu masih belum menyadari, jika Dewa sudah mengetahui keberadaannya di resto tersebut.
Makanan pesanan di meja Dewa sudah terhidang rapi dan siap untuk disantap.
Beruntungnya Hicob juga ikut rombongan tersebut, saat asisten pribadi Dewa itu menyadari, jika tuannya tengah terfokus ke arah lantai dua, Hicob menyenggol lengan Dewa spontan.
Dewa akhirnya menoleh ke arah Hicob dan asistennya itu tersenyum ramah pada Dewa.
"Hidangan malam ini sudah terhidang semua jadi, silahkan Anda memulai makan malam pada malam ini," tutur asistennya masih dengan senyum yang ia paksakan pada Dewa.
Dewa kembali menormalkan ekspresinya dan dengan diangkatnya satu gelas jus di tangannya, Dewa memulai acara makan malam pada malam ini.
Di bagian lantai dua, satu persatu makanan yang dipesan oleh Harmoni dan Jason sudah mulai berdatangan.
Gadis itu nampak sangat antusias berbincang dengan rekan kerjanya tersebut.
Senyum di wajah Harmoni tak luntur sedikitpun karena Jason memang orang yang bisa mencairkan suasana, bukan memperkeruh suasana seperti Dewa.
Setelah semua menu yang dipesan oleh Harmoni dan Jason terhidang, akhirnya mereka berdua mulai menyantap satu persatu makanan yang sudah tersaji itu.
Saat Harmoni mencoba kuah dari sop buntut yang dipesan olehnya, gadis itu tak sengaja membuat sebagian kuah sop itu mengotori bagian dagunya dan hal tersebut tak luput dari pandangan Jason dan Dewa.
Jason dengan sigap mengambil tisu dan mengusap secara perlahan bagian dagu Harmoni yang terkena oleh kuah sop tersebut.
Saat adegan itu berlangsung, tiba-tiba terdengar suara gelas pecah dari lantai dasar tepatnya di meja nomor 7 dan gelas itu ternyata gelas milik Dewa.
Semua mata pengunjung tertuju ke arah meja nomor 7, tepatnya tertuju pada arah pecahan gelas yang berada di bawah kaki Dewa.
Pria itu memejamkan matanya, entah apa yang bisa membuat ia tak sengaja menyenggol gelas itu.
Tanpa pikir panjang, Dewa menundukkan tubuhnya hendak membersihkan serpihan pecahan gelas tersebut menggunakan tangannya namun, serpihan pecahan gelas tersebut mengenai bagian tangannya dan cairan berwarna merah seketika mengalir menetes di atas permukaan lantai resto tersebut.
Hicob yang berada di samping Dewa segera mengambil tisu dan membalut luka tersebut menggunakan tisu.
Sebenarnya pria itu bisa langsung menyembuhkan luka yang berada di tangan bosnya namun, karena dirinya saat ini berada di tempat umum jadi, ia tak mungkin melakukan hal ajaib di depan semua orang karena itu bisa membuat identitasnya terungkap.
"Saya ke kamar mandi sebentar," tutur Dewa langsung berjalan ke arah kamar mandi resto itu.
Di lantai dua, mulut Harmoni ternganga melihat kejadian tersebut, ia berpikir bukankah pria itu pria ajaib, tapi mengapa tangannya juga bisa terluka.
"Aku ke kamar mandi sebentar," pamit Harmoni pada Jason dan pria itu hanya menganggukkan kepalanya mengizinkan Harmoni.
Saat perjalanan menuju ke arah kamar mandi, gadis itu merasa khawatir dengan keadaan Dewa dan dia tidak tahu mengapa perasaan itu tiba-tiba muncul, padahal dirinya dan dewa baru kemarin berkenalan.
Langkah Harmoni semakin cepat, kala bayangan darah Dewa menetes di lantai resto tersebut.
Saat berada di sisi tengah antara kamar mandi perempuan dan laki-laki, Harmoni bingung harus masuk ke dalam kamar mandi laki-laki atau tidak.
"Jika aku tidak masuk, aku mana tahu keadaannya, tapi ... jika aku masuk dan ada pria lain di dalam sana, disangkanya aku perempuan tidak benar," gumam Harmoni menimang sisi positif dan negatif yang akan ia terima, jika ia masuk ke dalam kamar mandi pria.
Saat gadis itu memutuskan untuk masuk ke dalam kamar mandi pria, tiba-tiba Dewa keluar dari kamar mandi tersebut dan hal itu membuat Harmoni sangat terkejut.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Harmoni pada Dewa karena hanya kalimat itu yang berputar dalam benaknya.
"Aku baik-baik saja," sahut Dewa dengan wajah santai bagai tak terjadi apa-apa.
Harmoni melihat ke arah tangan Dewa yang masih terbalut oleh beberapa helai tisu baru dan gadis itu spontan menarik tangan Dewa.
Harmoni ingin melihat bagaimana luka yang disebabkan oleh serpihan gelas yang pecah tadi.
Saat Harmoni membuka helaian tisu yang melilit jari telunjuk Dewa, wajah gadis itu tiba-tiba datar.
"Aku sungguh aneh sekali, sudah tahu jarinya pasti akan sembuh secara kilat, tapi aku masih saja ada perasaan khawatir padanya? apa jangan-jangan ini karena kristal miliknya berada bersamaku?" tanya Harmoni dalam diam.
Harmoni kembali menutup jari Dewa agar orang-orang tak curiga, jika luka pria itu tiba-tiba langsung hilang tanpa bekas, apalagi belum sampai 15 menit.
Harmoni hendak melangkah meninggalkan Dewa dan kembali ke mejanya namun, pergelangan tangan gadis itu di tahan oleh Dewa.
"Mau kemana?" tanya Dewa, padahal ia sudah tahu betul, jika arah yang akan di lewati oleh Harmoni adalah arah menuju meja masing-masing.
"Mau kembali ke mejaku," sahut Harmoni tanpa ingin melihat ke arah Dewa dan posisi mereka saat ini, Harmoni memunggungi Dewa.
Harmoni hendak kembali melangkah pergi namun, lagi-lagi pergelangan tangannya di tahan oleh Dewa.
"Diam dan tunggu," pinta Dewa mendekat ke arah punggung Harmoni yang terekspos.
Model dress Harmoni yang memiliki tali pada lehernya sebagai penyangga agar baju itu tak terbuka begitu saja, tali itu di sentuh oleh Dewa dan spontan Harmoni berbalik menghadap ke arah Dewa dengan kepalan tangan yang sudah siap menghantam wajah Dewa namun, pria itu menahannya.
"Mau apa kau?" tanya Harmoni dengan raut wajah penuh amarah.
"Apa kau ingin keluar tanpa menggunakan gaunmu ini?" tanya Dewa langsung mendekat ke arah Harmoni.
Pria itu mulai membenarkan ikatan tali leher pada gaun gadis tersebut dan posisi Dewa saat ini seakan memeluk tubuh ramping CEO HCK Corp.
Harmoni mengerti saat ini kenapa Dewa memintanya untuk diam dan menunggu.
Wangi maskulin dan manis bercampur menjadi satu.
Harmoni dapat menghirup wangi maskulin dari tubuh Dewa dan pria itu juga dapat menikmati wangi manis dari tubuh Harmoni.
"Lain kali kenakan gaun tertutup saja," pesan Dewa setelah selesai melakukan tugasnya.
Harmoni menatap ke arah Dewa dan pria itu juga membalas tatapannya.
"Terima kasih," tutur Harmoni segera berbalik dan berjalan menuju arah lantai dua resto tersebut.
Saat kepergian Harmoni, Dewa tiba-tiba tersenyum sembari mengangkat tangan kanannya dan mengendus sisa wangi parfum yang melekat pada gaun Harmoni.
"Wangi," gumam Dewa sembari berjalan ke arah yang sama dimana Harmoni keluar dari kamar mandi tersebut.
Harmoni sudah berada di lantai dua. Gadis itu duduk kembali di tempatnya.
"Kenapa lama sekali? kamar mandinya penuh?" tanya Jason pada Harmoni.
"Eee ... iya penuh, mungkin orang-orang suka sekali minum hari ini, mangkanya kamar mandinya penuh," sahut Harmoni di barengi dengan candaannya.
"Bagaimana rasa makanannya, cocok di lidahmu?" tanya Jason lagi sembari melahap makanannya.
"Sangat cocok dan resto ini masuk dalam kategori recommended," ujar Harmoni tersenyum manis pada Jason.
"Kalau boleh tahu, sejak kapan kau membangun perusahaanmu?" tanya Harmoni ingin tahu sejarah perusahaan Jason.
"Sekitar 2 tahunan," sahut Jason mantap.
"Wow, itu pencapaian yang sangat bagus, hanya dalam waktu dua tahun saja, perusahaanmu sudah bisa menjadi sebesar itu," puji Harmoni dengan wajah penuh antusias.
Jason tersenyum sembari melatakkan peralatan makannya.
Jason menatap ke arah Harmoni dengan tatapan memuja.
"Seorang gadis yang menjadi motivasiku," ungkap Jason penuh isyarat.
Harmoni hanya mengangguk paham akan ucapan dari Jason. "Jika berurusan dengan yang namanya hati, semua rintangan sepelik apapun, pasti akan di terjang habis," tukas Harmoni sembari meminum air putihnya.
"Kau benar, apalagi gadis itu dambaan semua pria, pasti aku akan sangat berusaha, meskipun harus jatuh bangun," jelas Jason kembali.
"Lirik lagu dong kalau jatuh bangun," canda Harmoni dan senyum tampan Jason seketika terpancar.
Keduanya saling bertukar senyuman dan lagi-lagi mahluk immortal yang berada di lantai bawah nampak tak nyaman menikmati hidangan makanannya.
"Kenapa sejak aku tahu pemilik kedua kristal itu, semua perasaan tak nyaman ini menghinggapi perasaanku," pikir Dewa dalam diam dan pria itu masih berusaha menikmati hidangan di piringnya.
"Mau nambah, Pak Dewa?" tanya seorang perempuan dengan riasan wajah yang bisa di bilang perempuan itu sangat hobi bersolek.
"Tidak, Ibu Margaretha!" tolak Dewa halus.
Semua orang yang hadir pada malam itu sudah tahu, jika Margaretha nampaknya menaruh rasa pada Dewa karena pemilik yayasan itu memang dambaan para kaum hawa.
Hicob yang melihat raut wajah perempuan bernama Margaretha itu, hanya bisa tersenyum diam-diam karena perempuan itu nampak sedikit malu-malu atas penolakan halus dari Dewa.
"Selamat malam kepada para pengunjung yang hadir pada malam ini, kami selaku panitia penyelenggara akan mengadakan one flash kiss bagi para pengunjung yang berada di lantai dua karena lantai dua adalah ikon dari sweet resto, jadi para pasangan yang hadir silahkan persiapkan diri kalian," jelas pembawa acara perempuan bergaun pink dengan rambut terurai.
"Bagi para pengunjung yang berada di lantai dasar jangan berkecil hati karena kami juga akan mengadakan sweet photo selfie family dan semua pengunjung di lantai satu bisa mengikuti event ini. Acara ini kami selenggarakan karena hari ini adalah hari lahirnya anak pemilik resto jadi, silahkan lakukan semua tantangan dengan baik dan semangat!"
Semua orang bertepuk tangan untuk kemeriahan yang tak terduga pada malam ini.
"Kita mulai dari lantai dasar, kalian bisa melihat ke arah kamera yang berada di setiap meja karena kami sudah mempersiapkan semuanya, untuk pose bebas, saya hitung dari satu, dua, tiga!"
Semua orang mulai menyesuaikan tinggi badan mereka karena ada juga sebagian yang berdiri dan ada sebagian yang tetap duduk di meja masing-masing.
Berbeda dengan group di meja Dewa, para kaum hawa duduk di kursi dengan posisi Dewa berada di tengah-tengah mereka, sementara kaum Adam berdiri di belakang dengan jari telunjuk dan jempol mereka membentuk hati.
Saat kamera sudah siap membidik, senyum manis di haturkan oleh para kaum Adam, sementara kaum hawa memajukan bibirnya seperti hendak mencium Dewa secara beruntun.
Harmoni melihat ke arah meja Dewa dengan tangan yang sudah berada di dagunya.
Gadis itu mengamati posisi Dewa yang diapit oleh rekan wanitanya dan seorang perempuan yang berada tepat di samping Dewa menyita perhatian Harmoni, sampai gadis itu membenarkan posisi duduknya karena arah pandang perempuan bernama Margaretha itu sungguh sangat terlihat jelas, jika ia sangat mengagumi Dewa.
"Apa mungkin perempuan itu kekasihnya?" tanya Harmoni pada dirinya tanpa ingin ia lontarkan pada siapapun.
Karena sudah selesai, CEO bertubuh ramping itu mengedarkan pandangannya pada arah lain.
"Cukup! sekarang kita beralih ke lantai dua, dimana lampu sorot akan menyorot pasangan yang akan melakukan one flash kiss di hadapan para pengunjung lainnya," instruksi pembawa acara perempuan bergaun pink tersebut.
Lampu sorot mulai berkelana mencari mangsa yang akan melakukan tugas untuk acara malam ini dan lampu itu tiba-tiba berhenti bersinar tepat di bawah meja Jason dan Harmoni.
Wajah Harmoni sungguh terkejut kala lampu itu tepat berada di atas kepalanya.
"Meja nomor 18 persiapkan diri Anda karena dalam hitungan 3, one flash kiss harus dilakukan," ingatkan pembawa acara itu.
Jason menatap ke arah Harmoni. "Jika kau tak menginginkannya, kita bisa menolak dengan alasan privasi," bisik Jason pelan.
Harmoni nampak bingung, entah apa yang membuatnya kebingungan, padahal ia tak mempunyai kekasih jadi, perasaan apa yang saat ini menyelubungi hatinya.
"Bagaimana?" tanya Jason pada Harmoni.
"Bukankah aku tak memiliki hubungan apapun dengan seseorang jadi, apa susahnya hanya melakukan sekali saja," racau Harmoni dalam hati.
"Kita lakukan saja," sahut Harmoni mantap.
"Siap? saya hitung dari satu, dua, dan ... tiga!"
Jason sudah berdiri dari kursi yang ia duduki, sementara pria lain di bawah sana masih melihat ke arah Jason dan Harmoni secara intens.
Rona mata biru Dewa semakin pekat kala wajah Jason mulai mendekati bibir Harmoni.
Saat jarak benda kenyal itu sudah tinggal beberapa senti lagi, deru napas Dewa mulai tak beraturan dan pria immortal tersebut memalingkan wajahnya. Ia tak ingin melihat adegan dimana Harmoni akan di sentuh pria lain.
Hal tak terduga terjadi, Jason bukannya mencium bibir Harmoni namun, pria itu beralih pada ....