Bab 65

2162 Words
jason masih mencari keberadaan harmoni yang tiba-tiba hilangnya entah kemana karena gadis itu tadi nampak terburu-buru mencari seseorang. "apa mungkin dia mencari pria itu?" tanya jason yang masih berada di bawah pohon kelapa dengan tangan kiri yang bertengger pad pohon kelapa tersebut sembari kedua matanya fokus melihat ke arah sekeliling, mencari keberadaan harmoni. "semua laporan yang anda minta sudah berada di sini," tutur asisten pribadi jason sembari menyerahkan laptop berwarna hitam pada bosnya. karena di samping pohon kelapa tersebut terdapat tempat duduk untuk sekedar bersantai, akhirnya jason memilih menempatkan bokongnya pada tempat duduk tersebut dan melihat informasi apa saja yang lelaki itu dapatkan. jason mulai membaca kata demi kata yang sudah tertulis pada layar laptop tersebut. "jadi dia seorang pebisnis dalam bidang pendidikan tingkat tinggi," gumam jason sembari terus menggulir mouse pada layar laptopnya. "wow, cukup mengejutkan! aku kira dia hanya pemilik satu universitas saja, ternyata di setiap kota besar sudah ada universitas yang ia naungi pula," komentar jason terus melihat data diri seorang dewa abraham. "dewa abraham, pria yang tinggal sebatang kara, tanpa ayah dan ibu, tapi dia bisa mengelola semua aset peninggalan keluarganya dengan sangat baik dan aku juga yakin, jika keluarganya bukan keluarga sembarangan," gumam jason yang seakan berkomunikasi dengan laptopnya. karena merasa penasaran dengan keluarga abraham, akhirnya dengan kemampuan yang dimiliki oleh jason, pria itu mencoba mencari tahu asal usul keluarga tersebut. ternyata kedua orangtua dewa meninggal karena kecelakaan beberapa tahun yang lalu, sebagai anak tunggal dari keluarga itu, dewa yang menjadi ahli waris untuk semua kekayaan yang dimiliki oleh orangtuanya, menjadikan dewa lebih mandiri dan tak mau melakukan pekerjaan yang sekiranya cukup beresiko bagi kelangsungan aset keluarganya. kedua orangtua dewa sama-sama tak ada yang memiliki saudara, mereka berdua sama-sama anak tunggal jadi, semua harta keduanya, langsung jatuh ke tangan dewa tanpa harus ada perdebatan antara paman atau sanak saudara lainnya dan hal tersebut semakin menguntungkan bagi dewa, agar identitas aslinya tak terbongkar. mungkin tuhan sudah mentakdirkan pria bermata biru tersebut menjadi bagian dari keluarga yang bermarga sama dengan keluarga aslinya dan hal tersebut semakin mempermudah dewa untuk melakukan penyamaran di bumi, mencari keberadaan kristal miliknya. karena sudah tahu seluk-beluk keluarga dewa, akhirnya jason memberikan laptop tersebut pada asistennya. "apa masih ada yang ingin anda ketahui?" tanya asisten jason yang tak lain adalah lani. "sepertinya sudah sangat cukup! setidaknya aku sudah tahu seperti apa lawanku itu," jelas jason pada lani. "lawan?" tanya lani yang masih tak paham akan maksud bosnya karena gadis cantik berambut sebahu itu mengira, jika yang dimaksud oleh jason lawan dalam urusan pekerjaan dan hal itu membuat lani bingung karena menurut data yang ia baca tadi, dewa bukan seorang pengusaha yang bergerak dalam bidang yang sama dengan jason jadi, mengapa pria itu harus merasa dewa seperti lawannya? "apa kau masih tak paham?" tanya balik jason pada lani dan asistennya itu hanya menggelengkan kepalanya tak tahu. "kau sungguh begitu polos, lani! apa kau tak tahu atau kau tak bisa menganalisa setiap gerak-gerik seseorang pada lawan jenisnya? atau kau hanya bisa melihat pergerakan lawan kerjamu saja," oceh jason pada lani. "apa maksud anda ... tuan dewa juga menaruh hati pada nona harmoni?" tanya lani yang tak mau salah duga. "ya! dia sepertinya sudah cukup lama suka pada Harmoni dan Harmoni saat ini dalam keadaan yang kalut," jelas jason pada Lani. "Kalut bagaimana, Tuan? bukankah Nona Harmoni selama ini tak dekat dengan pria manapun dan lagi, mereka berdua masih baru beberapa hari kenal," jelas Lani pada Jason. "Dulu dia memang gadis yang sangat tertutup, aku merasa, jika aku adalah penawar dari segala ketertutupannya yang selama ini cukup membuat Harmoni terkurung dalam bayang-bayang dunia yang tak ia inginkan, tapi setelah aku melihat pria itu dan memperhatikan setiap aku bertemu dengan Harmoni, sepertinya kelinci kecil yang dulu lebih suka hanya berada di dalam kandangnya, kini kelinci itu sudah mulai merasa cukup berani menghadapi kenyataan yang ada dan harus melawan setiap rintangan yang pasti akan menunggunya dan aku yakin, semua itu karena pengaruh pria bernama Dewa itu," jelas Jason pada Lani. Jason tersenyum kecut menatap ke arah laut, dimana rasa ketir dan percaya dirinya mulai sedikit goyah untuk mendapatkan Harmoni karena ia tahu, jika saingannya kali ini pria baik dan pastinya mengayomi Harmoni dengan sangat baik. "Orangtuanya sangat tepat memilihkan nama untuk pria itu, sesuai dengan namanya "Dewa" dia seorang penyelamat dan sang maha mengabulkan keinginan seseorang," oceh Jason lagi dan lagi. Lani hanya menatap ke arah Jason dengan tatapan prihatin karena ia juga saat ini merasa dirinya cukup memprihatinkan karena dirinya selalu saja kalah dengan perasaannya sendiri, perasaan yang seharusnya ia buang jauh-jauh namun, beberapa hari ini karena sikap perhatian Jason padanya, membuat gadis itu semakin merasa tak bisa mengubur perasaan terpendamnya terhadap sang atasan yang sudah tercetus beberapa tahun yang lalu. "Apakah seperti ini rasanya melihat orang yang kita sayangi lebih memilih memikirkannya perempuan lain, sedangkan dirimu selama ini sudah berusaha sekuat mungkin untuk tak membuat perasaan yang kau rasakan bisa terendus olehnya," pikir Lani yang tak habis pikir dengan perasaannya sendiri yang selalu gagal untuk membuat perasaannya pada Jason sirna. Lani menatap ke arah Jason dan jarak antara dirinya dan Jason cukup jauh, sehingga ia dapat memutar posisi tubuhnya menghadap ke arah Jason. "Jika Anda memang sangat mencintai dia, jangan pernah putus asa, sebesar apapun, setampan apapun, sepintar apapun saingan Anda, saya yakin! Anda pasti bisa mendapatkan perempuan yang Anda inginkan, jika yang kuasa sudah mentakdirkan Anda dan Nona Harmoni untuk bersama namun, jika garis hidup Anda bukan bersama dengan Nona, apa yang Anda impikan harus segera Anda hilangkan karena tak selamanya sesuatu hal yang kita paksakan akan membuahkan hasil yang baik namun, hanya rasa sakit yang pasti akan Anda rasakan jadi, kejar target Anda namun, jika Anda merasa sudah sampai pada batas akhirnya, lebih baik Anda menyerah karena saya yakin, Tuhan sudah menyiapkan hal yang lebih baik untuk masa depan Anda kelak," saran Lani pada bosnya yang sebenarnya, lebih tepatnya itu sebuah saran untuk dirinya sendiri, agar ia bisa segera melepaskan bayangan Jason dari dalam hatinya. Jason melihat ke arah Lani sembari bertanya, "Apa kau juga mengalami hal yang sama denganku?" Lani diam menatap lekat ke arah Jason, agar pria itu tahu, jika dirinya juga mengharapkan sesuatu yang indah dari perasaannya. Tersadar dengan apa yang ia lakukan, akhirnya Lani mengukir senyumannya. "Tidak! saya hanya pernah menonton sebuah film saja dan kisahnya sama seperti itu," bohong Lani, agar Jason tak tahu, atau perlu menyadari mengenai perasaan dirinya terhadap pria yang cukup ia kenal sebagai pria yang hangat. Di tempat lain, Dewa dan Harmoni masih saling menempelkan kening dan ujung hidung mereka. "Jangan pernah lakukan itu lagi," pinta Dewa pada Harmoni membuat kepala gadis itu seketika mengangguk patuh. "Apa kau masih marah padaku?" tanya Harmoni memastikan. Akhirnya Dewa sedikit memundurkan tubuhnya, agar ia bisa melihat keseluruhan wajah gadis yang sudah bisa membuat hatinya merasa jadi tak menentu. "Bukan marah, lebih tepatnya kesal dan kau tahu bagaimana rasanya orang yang sedang kesal, 'kan?" tanya balik Dewa dan Harmoni menyadari hal itu. "Maaf!" Satu kata itu akhirnya lolos dari bibir Harmoni. "Untuk apa?" tanya Dewa pura-pura tak paham akan maksimal Harmoni. "Karena aku sudah tak menghargai kebaikanmu, aku sudah terbiasa menjaga jarak dengan seseorang dan kau tahu sendiri, aku tak mudah dekat dengan orang lain, selain pada rekan kerjaku, itupun karena sebuah tuntutan sikap profesional kerja saja karena aku masih ...." Dewa menyentuh kedua pipi Harmoni dengan gerakan lembut dan wajah gadis itu langsung menatap ke arah Dewa dengan arah manik mata yang menyorot kedua lensa mata kebiruan milik pria Alien tersebut. "Jangan pernah terjebak dalam lingkaran masa lalu yang kelam karena hal itu akan membuatmu merasa akan menjadi orang yang terkucilkan, setidaknya kau harus menerima kehadiran orang baru di sekitarmu karena tidak semua orang baru yang kau temui itu ingin berbuat jahat padamu," jelas Dewa pada gadis bermarga Sudarmanto tersebut. "Apa kau juga termasuk?" tanya Harmoni pada Dewa. "Menurutmu?" tanya balik Dewa pada Harmoni tanpa ingin menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Harmoni lebih dulu. Harmoni menatap ke arah lain, berpura-pura berpikir, apakah Dewa termasuk orang baik atau tidak. "Menurutku kau termasuk dalam kategori orang jahat," jelas Harmoni membuat kedua alis Dewa hampir saja menjadi satu saat mendengar perkataan dari mulut Harmoni. "Kenapa begitu? bukankah aku sudah sangat baik mau menolongmu di saat kau dalam bahaya atau kesusahan?" tanya Dewa masih dengan posisi berada dalam jarak yang sangat dekat dengan CEO cantik tersebut. "Hah, mana ada baik, orang yang sudah membuat seorang perempuan hampir menangis dan berteriak di tepi pantai itu adalah pria jahat yang sesungguhnya karena dia sudah berani mengacuhkan teriakan perempuan yang ingin meminta tolong padanya," sindir Harmoni pada Dewa dan pria bermata safir itu paham, jika dirinya saat ini tengah di sindir oleh Harmoni. "Aku akan datang, jika kau benar-benar butuh bantuan, tapi kau hanya berteriak saja, 'kan?" tanya balik Dewa membuat wajah Harmoni terlihat terkejut karena Dewa tahu ia hanya berteriak-teriak saja untuk memancing kedatangan Dewa. "Aku ... aku melakukan hal itu karena aku ingin meminta maaf atas kesalahan yang sudah aku perbuat dan hanya dengan cara itu aku bisa melihatmu tanpa harus menyusulmu yang entah sudah berada di mana," jelas Harmoni dengan jujur. Dewa sedikit mengangkat kedua sudut bibirnya mendengar penuturan yang keluar dari bibir Harmon. "Apa kau sebegitunya merasa bersalah padaku?" tanya Dewa menggoda gadis yang sudah bisa membuat hatinya goyah, goyah untuk menjauhinya dan pada akhirnya, dirinyalah yang kembali tergoda untuk mendekatinya lagi dan lagi. Harmoni menatap tajam ke arah Dewa dengan tangan yang sudah bersiaga melakukan gerakan tinju meninju. "Kenapa masih bertanya? apa aku yang sudah terkena cangkang kelomang ini masih belum bisa membuktikan, jika aku ...." Spontan Dewa langsung duduk berjongkok tepat di hadapan Harmoni dan mengangkat sedikit kaki gadis itu. "Mau apa?" tanya Harmoni yang masih memendam rasa kesalnya yang belum tersalurkan. "Aku ingin melihat luka pada kakimu," sahut Dewa dan dengan gerakan penuh hati-hati, akhirnya Harmoni mau melenturkan otot pada kakinya, agar Dewa bisa melihat luka pada telapak kakinya tersebut. "Ukuran lukanya sedang, tapi cukup membuatmu merasa perih, jika kau memaksa untuk tetap berjalan, Nona!" Setelah menjelaskan hal tersebut, Dewa tanpa pamit langsung mengangkat tubuh Harmoni ala bridal dan gadis yang dalam keadaan tak siap memekik penuh keterkejutan. "Kenapa mendadak? seharusnya bilang lebih dulu," protes Harmoni dengan kedua tangan melingkar di leher jenjang Dewa. Kedua mata mereka berdua masih sama-sama saling tatap dan senyum pada bibir Dewa sedikit terukir, meskipun tak sepenuhnya membentuk bulan sabit. "Jika aku bilang, kau pasti akan mengoceh lebih dulu dan aku tak ingin mendengar hal itu, lebih baik langsung pada tujuan saja, daripada aku mendengar cuitan dari mulutmu," jelas Dewa membuat gadis itu memajukan bibirnya ke depan dan hal tersebut membuat Dewa gemas ingin mengigit bibir itu. "Jangan lakukan hal itu! apa aku ingin aku melakukannya lagi?" tahta Dewa yang tak dipahami oleh Harmoni. "Aku tak melakukan apapun," sangkal Harmoni menjulurkan lidahnya mengejek Dewa yang salah tuduh terhadap dirinya. "Sepertinya kau harus diberi pelajaran lanjut ya, Nona!" pikir Harmoni dalam hatinya. Cup Kecupan mendarat di hidung Harmoni tanpa permisi. Gadis itu terdiam karena merasa terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Dewa. "Apa yang kau ...." Cup Kecupan mendarat di pipi kanan harmoni. Kedua mata gadis itu dibuat membulat oleh Dewa. "Ap ...." Cup Kecupan kembali mendarat di pipi kiri Harmoni. Wajah gadis itu sudah memerah menahan rasa malu. "Henti ...." Cupppp Kecupan cukup lama mendarat sempurna pada bibir CEO cantik dengan tubuh ramping nan seksi tersebut. Harmoni hanya bisa melebarkan matanya karena Dewa semakin lama, semakin berani padanya. Karena sudah merasa puas dengan pemberian hukumannya terhadap Harmoni, akhirnya pria bermata safir tersebut melepaskan kecupan pada bibir Harmoni. Kedua lensa mata mereka masih saling bertemu satu sama lain. "Jangan banyak protes, jika kau masih ingin terhindar dari hukuman ini," jelas Dewa. "Hukuman apa? dan aku salah apa? kenapa aku harus di hukum?" tanya Harmoni langsung menodongkan beberapa pertanyaan brutal pada Dewa. "Jika kita berdua seperti ini, kau berstatus penuh menjadi kekasihku jadi, jangan pernah melakukan kesalahan yang akan membuatmu menerima hukuman itu lagi," jabar Dewa atas semua kecupan demi kecupan yang ia dapatkan pada bagian wajah Harmoni. "Tapi aku hanya berbicara seperti itu, bukan ...." "Cerewet termasuk dalam peraturan hubungan semu kita, jika kau melanggar, bibirmu yang akan menjadi sasarannya," jelas Dewa secara blak-blakan tanpa rasa sungkan lagi karena pria itu saat ini sudah membulatkan tekadnya untuk mengikuti naluri dalam dirinya. Dewa ingin menikmati sisa kebersamaannya dengan Harmoni, jika suatu saat nanti ia harus kembali ke tempat asalnya tanpa membawa kristal miliknya itu dan ia harus menjalani proses di mana ia harus memilih calon permaisurinya kelak. "Setidaknya aku ingin bersama dengan gadis yang mempu menggetarkan hatiku, meskipun aku tak bisa selamanya memilikimu ... Harmoni!" gumam Dewa dalam hati. "Langsung pulang atau masih ingin bertemu dengan pria itu?" tanya Dewa masih mengangkat tubuh Harmoni ala bridal. "Langsung pulang saja karena aku tak ingin Jason tahu, jika ada tawon raksasa yang mengigit bibirku," sindir Harmoni membuat Dewa tergelak. "Setidaknya tawon itu bisa membuatmu ketagih ...." Harmoni langsung menutup mulut Dewa yang berbicara tanpa saringan. "Jangan banyak bicara! cepat antar aku pulang," tutur Harmoni yang merasa malu pada Dewa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD