Suara mobil berhenti tepat di depan pekarangan rumah ibu Mona.
Mona dan yang lain secara otomatis menoleh ke arah sumber suara tersebut.
"Biar aku saja yang melihatnya," pinta Mona pada Hicob dan ibunya.
Mona segera bergegas membuka pintu rumah itu dan ia melihat ternyata ada dua mobil mewah yang sudah terparkir di halaman rumahnya.
"Anda bersama siapa, Nona?" tanya Mona pada bosnya yang saat ini berjalan ke arahnya tanpa membawa apapun karena semua tugas itu sudah ia serahkan pada Jason dan pengawal pribadinya.
"Bersama dengan Jason," sahut Harmoni yang berdiri tepat di teras rumah Mona.
Pengawal Harmoni dan Jason membawa dua buah kantong kresek berukuran besar di setiap tangan mereka karena makanan yang dipesan oleh Harmoni cukup banyak.
"Apa yang mereka bawa?" tanya Mona yang masih belum tahu, jika bosnya itu akan mengadakan acara makan-makan di rumahnya sebagai perayaan hari jadi sang ibu.
"Kau tak perlu banyak bertanya, kita langsung ke dapurmu saja karena semua itu membutuhkan wadah untuk di tampung dan disajikan," jelas Harmoni tak mau memberitahu Mona perihal semua makanan yang ia pesan.
Mona menuruti semua perkataan bos cantiknya.
Kedua perempuan muda itu langsung bergegas ke arah dapur dan Harmoni tak sadar, jika di dalam ruang keluarga, sudah terduduk seorang pria tampan berkacamata yang berasal dari planet lain.
Hicob melihat ke arah Harmoni dan senyum pria itu terukir kala mengingat tuannya yang mungkin tengah sibuk sendiri di rumah besarnya itu.
"Pasti akan lebih baik, jika yang mulia pangeran berada di sini," pikir Hicob dalam diamnya.
Belum selesai ia berangan-angan, matanya kembali dibuat fokus dengan sosok pria yang dapat membangkitkan sifat posesif Pangerannya.
Kedua mata Hicob nampak menyipit sempurna, kala ia melihat pria yang sangat tidak disukai oleh Dewa.
"Wow! ini kebetulan atau memang takdir? mengapa pria itu bisa berada di sini?" bukankah dia dari perusahaan yang berbeda dengan Nona Harmoni? apa mungkin mereka benar-benar ada hubungan?" tanya Hicob dalam hati.
Di dapur berukuran sedang, Harmoni dan Mona sedang sibuk dengan mangkuk dan beberapa piring saji untuk wadah makanan yang kini sudah diletakkan di atas meja oleh kedua pria berbeda kedudukan itu.
"Apa masih ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanya pengawal pribadi Harmoni.
"Tidak perlu, kalian berdua bergabung saja dengan ibu Mona, temani beliau, agar tak merasa kesepian," pinta Harmoni yang langsung dilaksanakan oleh pengawalnya.
Berbeda dengan Jason yang masih setia tak bergerak dari tempat ia berdiri saat ini.
"Mungkin aku bisa membantumu," tawar Jason pada Harmoni.
CEO cantik bertubuh ramping itu menoleh ke arah Jason dengan tatapan simpul.
"Kau bisa membantu kami, Tuan Jason! tapi kau harus memakai apron berwarna kucing merah muda ini dan jangan lupa, kau harus memakai lipstik dan jepit rambut atau bandana pita di kepalamu, apa kau mau, Tuan?" tanya Harmoni menaik turunkan kedua alisnya menggoda Jason.
Pria itu mengangkat kedua tangannya pertanda, jika CEO tampan tersebut menyerah akan tawaran Harmoni padanya.
"Sepertinya aku tak sanggup, Momo! lebih baik aku menunggu di depan saja, daripada jari beruratku ini menjadi lentur dan keriting," tolak Jason langsung pergi dari dapur tersebut.
Harmonisasi hanya bisa tersenyum penuh kemenangan melihat raut wajah Jason yang nampak sedikit ketakutan atas ancamannya.
"Apa Momo itu panggilan khusus dari Tuan Jason untuk Anda?" tanya Mona sembari membuka satu persatu bungkus makanan dari restoran tadi.
"Begitulah dan aku awalnya tak mau, tapi dia memaksa, mau tak mau, aku harus menerimanya karena dia juga pria yang baik," jelas Harmoni pada Mona dengan kedua tangan Harmoni yang masih fokus menghidangkan semua makanan yang ada di dalam bungkusan tersebut ke wadah masing-masing.
"Sepertinya beliau sangat suka pada Anda," tebak Mona yang tersenyum kecil.
"Mungkin, bahkan pria gila itu sampai menganggap aku ini kekasih Jason," tutur Harmoni yang tak sadar sudah curhat pada Mona dan asisten pribadinya itu nampak sangat terbuka dengan cerita bosnya.
"Pria gila yang mana? bukankah Anda saat ini sedang sendiri?" tanya Mona masih fokus memberikan hiasan pada makanan yang sudah berada dalam mangkuk dan piring saji.
"Siapa lagi, jika bukan Dewa," papar Harmoni membuat Mona menoleh ke arah bosnya.
"Tuan Dewa Abraham?" tanya Mona memastikan lagi.
"Ya, bahkan dia sampai tak mau berada terlalu dekat denganku karena takut hubunganku dan Jason bermasalah katanya," curhat Harmoni lagi.
Mona tersenyum menanggapi ocehan Bosnya dan ia masih ingin memancing lebih jauh lagi, sebenarnya seperti apa hubungan bos cantiknya ini dengan para lelaki tampan yang berada di dekatnya.
"Anda menjelaskan, jika Anda dan Tuan Jason tak ada hubungan apapun?" tanya Mona yang terus mengulik sedikit demi sedikit kebenaran dari Harmoni.
"Tentu saja aku menjelaskan padanya, jika aku tak ada hubungan apapun dengan Jason, kami hanya sebatas rekan kerja saja dan kau tahu? parahnya aku langsung menyerangnya balik," antusias Harmoni dengan suara yang penuh semangat menceritakan tentang Dewa.
"Menyerang balik seperti apa?" tanya Mona yang juga ikut penasaran dengan kelanjutan dari cerita Harmoni.
"Aku bilang saja, jika dia cemburu pada Jason, sampai mengira aku dan Jason sepasang kekasih dan dia tak mau berdekatan denganku dan kau tahu bagaimana raut wajahnya?" tanya Harmoni menutup mulutnya sendiri menahan tawa.
"Bagaimana?" tanya Mona semakin penasaran pada cerita bosnya.
"Wajahnya langsung memerah seperti kepiting rebus dan dia langsung pergi saat aku ingin menggodanya lagi," kesal Harmoni karena ia masih merasa belum cukup meledek pria dari planet Amoora tersebut.
Mona hanya bisa geleng-geleng kepala menanggapi ocehan bosnya karena ia tahu, Harmoni seperti sudah memiliki perasaan pada Dewa, terbukti dari caranya membicarakan pria itu yang begitu bersemangat dan sangat antusias, sementara, jika membicarakan Jason, Harmoni terkesan biasa saja, seperti teman pada umumnya.
"Anda masih belum sadar nampaknya," gumam Mona dalam hati.
"Kau buatkan minuman dingin, jangan terlalu lama, jika ada teh atau sirup, buat itu saja, tak perlu yang mewah, asal enak sudah cukup," pinta Harmoni pada Mona dan gadis itu menganggukkan kepalanya patuh atas perintah atasannya.
Sama halnya dengan Harmoni, Mona juga sudah menganggap atasannya itu seperti kakaknya sendiri karena tanpa Harmoni, ia tak bisa bertahan hidup, setelah kematian ayahnya, ia yang menjadi tulang punggung keluarga dan beruntungnya, ia anak tunggal tak memiliki saudara yang masih menjadi tanggungan dirinya, jadi, beban yang ia sandang tak terlalu berat.
Sebenarnya Mona juga bisa membeli rumah mewah namun, sang ibu mengatakan tak perlu membeli rumah seperti itu, lebih baik uang hasil dirinya bekerja ditabung saja, untuk masa depannya kelak, agar tak kesusahan di kemudian hari saat Mona sudah berumah tangga dan memiliki keluarga sendiri.
"Aku akan membawa semua makanan ini ke meja makan dan kau selesaikan minuman itu," jelas Harmoni pada Mona dan gadis berambut berambut pendek itu mengangukkan kepalanya paham akan maksud Harmoni.
CEO cantik bertubuh ramping dengan dress yang ia kenakan segera melenggang ke arah meja makan rumah itu dengan langkah cukup cepat karena Harmoni sudah sangat hapal setiap sudut ruangan rumah Mona.
Harmoni hampir setiap tahun merayakan ulang tahun ibu dari orang kepercayaannya itu. Kurang lebih selama ia mendirikan perusahaan sampai sekarang meskipun, tak dirayakan sebesar saat ini karena kemarin banyak hal yang harus dikerjakan jadi, semuanya cukup seadanya saja.
Jarak antara ruang makan, tamu, dan keluarga cukup dekat dan Harmoni bisa langsung melihat kedua sudut ruangan itu secara bersamaan.
Jason berada di ruang tamu, sementara Hicob masih berada di ruang keluarga bersama ibu Mona.
Karena perhatian Harmoni terfokus pada pria berkacamata yang nampak ia kenal, akhirnya Harmoni menjatuhkan pilihannya untuk mendekati pria itu.
"Kenapa kau di sini?" tanya Harmoni yang baru sadar akan keberadaan Hicob di rumah asisten pribadinya.
"Saya bersama Nona Mona datang kemari karena kebetulan tadi kami bertemu di toko bunga," jelas Hicob pada Harmoni dengan sangat sopan dan hal itu membuat ibu dari Mona semakin bertambah menyukai kepribadian Hicob.
"Oh!" hanya kata itu yang keluar dari mulut Harmoni.
Mulut boleh berkata seperti itu namun, hati Harmoni meronta ingin penjelasan dari Mona.
Sejak kapan asistennya itu dekat dengan pria yang bukan dari bumi, ditambah lagi, pria itu Hicob.
"Aku harus bertanya pada Mona perihal masalah ini," gumam Harmoni dalam hatinya.
Harmoni hendak berjalan ke arah dapur namun, ia kembali teringat dengan Jason yang hanya duduk sendiri di ruang tamu.
Akhirnya Harmoni memutuskan untuk merubah haluannya, berbalik ke arah ruang tamu, di mana, Jason berada.
"Apa kau sibuk?" tanya Harmoni yang memergoki pria itu tengah sibuk dengan ponselnya.
Jason langsung menoleh ke arah sumber suara. "Tidak! ada apa?" tanya Jason langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.
"Apa kau bisa membantuku membawa semua makanan yang sudah berada di piring saji?" tanya Harmoni karena ia merasa tak enak hati, jika Jason tengah menghubungi seseorang, terlebih lagi, jika orang itu kekasihnya.
"Tentu bisa, apa yang tidak bisa aku lakukan untuk Momoku ini," tutur Jason terdengar merayu Harmoni.
"Rayuan yang mental terhadapku, Tuan!" jelas Harmoni langsung berjalan ke arah dapur untuk mengambil makanan lainnya.
Jason hanya tersenyum menanggapi celotehan Harmoni.
"Saat ini kau boleh berkata seperti itu, tapi aku akan terus berjuang untuk mendapatkanmu My Momo!"
Jason bergegas ke arah dapur untuk menyusul Harmoni dan membawa semua makanan yang sudah siap.
Mona juga sudah siap dengan es dinginnya dan gadis berambut pendek tersebut menuangkan semua es yang ia buat ke dalam gelas yang berjumlah 6 buah gelas.
Mona sengaja menghitung dengan pengawalan Harmoni karena ia sudah bekerja keras hari ini.
Semua makanan dan minuman sudah terhidang dengan rapi di meja makan.
"Semuanya sudah siap, kau panggil Bibi dan pria berkacamata itu," titah Harmoni pada Mona dan asisten pribadinya langsung melakukan semua perintahnya.
Jason dan Harmoni duduk di kursi yang cukup berdekatan.
"Siapa pria yang kau maksud itu?" tanya Jason pada Harmoni.
"Asisten pribadi pemilik universitas," jelas Harmoni acuh tak acuh.
"Kekasihnya?" tanya Jason semakin memperjelas pertanyaannya.
"Entah, aku juga tak paham," tanggap Harmoni yang memang tak tahu menahu perihal masalah tersebut.
Ibu Mona, Hicob dan Mona sendiri sudah berada di ruang makan.
Jason yang melihat kedatangan pemilik rumah langsung berdiri membungkukkan kepalanya memberikan hormat pada perempuan paruh baya tersebut dan ibu dari Mona nampak antusias menerima salam dari Jason.
"Selamat ulang tahun, Tante!" ucap Jason pada ibu Mona dengan tulus.
"Terima kasih, Nak!"
Berbeda dengan Harmoni yang langsung memeluk tubuh ibu Mona tanpa rasa sungkan.
"Selamat ulang tahun, Bibi! panjang umur, sehat selalu dan selalu berada dalam lindungan yang kuasa," panjat Harmoni atas pertambahan umur dari ibu asistennya.
"Terima kasih, Sayang!"
Harmoni melepaskan pelukannya dan menatap ke arah ibu Mona dengan senyum termanis yang ia miliki.
"Dia kekasihmu?" tanya Ibu Mona pada Harmoni.
"Bukan, Bibi! dia hanya rekan kerjaku dan kami cukup berteman dengan baik," jelas Harmoni yang memperinci statusnya dan Jason di hadapan semua orang yang mengira, jika ia dan Jason ada hubungan khusus.
"Dasar anak muda zaman sekarang," gumam ibu Mona langsung duduk di meja makan dan memandangi semua sajian makanan yang tersedia di meja makannya sampai meja makan itu penuh dan terlihat cukup sesak.
"Kenapa sampai seperti ini? seharusnya biasa saja tak perlu semeriah ini," ujar Ibu Mona pada semuanya.
Mona masih beranjak dari tempatnya menuju arah ruang keluarga dan ia kembali dengan sekotak kue tart yang sudah ia beli.
"Mama harus potong kue dulu, sebelum memulai acara makan-makannya," pinta Mona pada sang ibu.
Ibu Mona hanya tersenyum sembari meraih pisau yang sudah ada di dalam kotak kue tersebut dan memotong secara perlahan kue beraroma teh hijau itu.
Potongan pertama dari kue itu sudah ada di tangan ibu Mona.
"Potongan pertama dari kue ini, Mama berikan pada putri kesayangan Mama," tuturnya sembari menjulurkan tangannya memberikan potongan kue pertama untuk Mona.
Dengan senang hati, Mona menerima kue tersebut dan memakannya sebagian.
"Terima kasih, Ma!"
"Sama-sama, Nak!"
"Karena acara potong kue sudah selesai, mari kita makan hidangan ini, sebelum semuanya dingin kembali," ujar Harmoni kepada semua orang dan mereka hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan CEO HCK Corp tersebut.
Mona lebih dulu mengambilkan sang ibu beberapa makanan yang sekiranya aman untuk dikonsumsi, mengingat usia ibunya yang sudah dapat dibilang, usia lanjut jadi, tak boleh sembarang makan makanan berlemak tinggi namun, jika sudah kepepet, semuanya di halalkan.
Di sebuah ruangan kerjanya, tepatnya di rumah megah milik keluarga Sudarmanto, Jordan saat ini tengah fokus menatap layar laptopnya.
Ia tengah mencari info mengenai pria yang saat ini sedang dekat dengan putrinya yaitu, Dewa Abraham.
Semua informasi mengenai pria tersebut tertulis jelas tanpa ada yang ditutupi karena memang Dewa tak memiliki catatan negatif selama ia berada di bumi.
"Jadi dia pemilik dari 7 universitas? dan kedua orangtuanya sudah meninggal dunia karena kecelakaan dan dia saat ini menjadi pria yang mandiri dan juga peduli terhadap beberapa panti asuhan," gumam Jordan masih terus menggulir mouse pada laptopnya.
"Semua informasi mengenai pria ini tak ada hal negatif sama sekali, yang ada semua berbau prestasi jadi, apa yang harus aku lakukan untuk mengujinya, apakah dia itu layak menjadi menantuku atau tidak," pikir Jordan yang mulai merasa pening karena ia tak menemukan celah untuk menyudutkan Dewa.
Ceklek
Suara pintu ruangan itu terbuka, menampilkan seorang perempuan paruh baya yang tak lain adalah Rose.
"Kenapa masih menatap layar itu, Pa! apa Papa tak merasa letih?" tanya Rose yang kini sudah berada di sebelah kanan suaminya.
"Aku hanya ingin memastikan, jika putri kita, berhubungan dengan pria yang baik, bukan pria yang tak jelas," jelas Jordan pada sang istri.
"Jangan seperti itu, Pa! Harmoni juga tahu, mana pria baik dan buruk untuknya," bela Rose terhadap Dewa yang ia yakini pasti pria baik-baik.
Mata Rose tak sengaja melihat ke arah gambar yang terdapat pada profil lengkap Dewa.
Seketika mulut wanita paruh baya itu menganga.
"Apa dia kekasih putri kita?" tanya Rose pada Jordan dengan mata sang istri sudah berada sangat dekat dengan layar laptopnya.
"Iya, kenapa memangnya? dan kau tak perlu sedekat itu menatap layar laptopnya, Ma!" sahut Jordan sembari menasehati istrinya yang langsung mendorong mundur kepala Rose dari layar laptopnya.
"Dia sangat tampan, Pa! bahkan lebih tampan darimu," jujur Rose membuat Jordan menatapnya tajam.
"Apa Mama juga tertarik padanya?" tanya Jordan blak-blakan pada sang istri.
"Mama jelas tertarik, jika model prianya seperti dia, Mama ingin sekali menjadikan dia menantu Mama dan semakin memperbaiki keturunan kita kelak, Pa!" jelas Rose yang awalnya membuat darah Jordan naik namun, setelah mendengar penuturan dari istrinya, darah yang awalnya mendidih, kini kembali normal.
"Papa kira apa, hanya ingin sekedar mengingatkan saja, Mama itu sudah tua, jangan berpikir untuk macam-macam," sindir Jordan pada istrinya.
Rose hanya menatap Jordan acuh tak acuh. "Jangan suka cemburuan, Pa! nanti kumisnya rontok," ejek Rose pada sang suami dan Jordan hanya bisa geleng-geleng kepala menanggapinya.
Begitu kehidupan kedua orangtua Harmoni, ada kala mereka saling mengumbar kasih sayang satu sama lain namun, ada kalanya juga, mereka saling sindir, tapi hanya untuk sekedar bercanda saja.