Posisi Harmoni dan Dewa saat ini saling tindih satu sama lain.
Mereka berdua masih nampak sama-sama terkejut dengan kejadian tersebut yang memang sungguh tidak disengaja.
Arah tatapan mata Dewa membidik ke arah rambut Harmoni yang cukup berantakan dengan buliran salju yang masih menempel pada setiap helai rambutnya.
Gadis itu saat ini juga tengah memperhatikan tiap inci wajah Dewa, kemudian tanpa sengaja, arah kedua lensa matanya tertuju pada baju di bagian bahunya dan di tempat itu terdapat banyak sekali bekas butiran salju yang ia lempar kepada Dewa.
Tanpa disadari oleh pria itu, sebelah tangan kanannya bergerak menuju ke arah rambut Harmoni.
Dewa ingin membersihkan tiap buliran salju yang masih menempel pada rambut gadis tersebut dan sebagian sudah ada yang meleleh sehingga rambut gadis itu basah dan terlihat sedikit lepek.
Harmoni mengikuti pergerakan arah tangan kanan Dewa, saat tangan kokoh pria dingin tersebut mulai menyentuh bagian rambutnya, gadis itu tak menampik apa yang dilakukan oleh Dewa, justru Harmoni malah terlihat menikmati setiap belaian pria itu pada rambutnya.
Jika Mona berada di tempat itu saat ini, mungkin mulut asisten pribadi dari Harmoni itu akan menganga tak dapat tertutup kembali karena pemandangan yang saat ini terjadi sungguh berbanding terbalik dengan sifat Harmoni yang sesungguhnya.
Jangankan menyentuh bagian dari ujung rambut gadis berharga Sudarmanto itu, menatap penuh kehausan akan aura negatif dari seorang pria tak benar saja, Harmoni sudah menatapnya tajam, apalagi, jika pria itu berani menyentuh ujung rambutnya saja, mungkin Harmoni akan memberikan beberapa hadiah pada pria itu, agar pria itu jera.
Tapi berbeda pada Dewa, entah kenapa rasanya ia ingin berontak namun, hati kecilnya mengisyaratkan pada gadis itu untuk membiarkan Dewa membersihkan sisa buliran salju yang masih menempel pada rambutnya.
"Apa terasa sangat dingin?" tanya Dewa pada gadis itu.
"Tadi masih terasa sangat dingin, tapi sekarang sudah lebih baik," sahut Harmoni menatap ke arah Dewa dan pria itu tanpa sengaja juga menatap ke arah Harmoni.
Setelah cukup lama membersihkan rambut gadis itu, akhirnya Dewa kembali menegakkan posisinya menjadi duduk di hamparan salju abadi tersebut.
Dewa mengulurkan tangannya untuk membantu gadis itu bangun dan tangan lentik milik Harmoni, seketika menyambut uluran tangan dari Dewa.
Setelah selesai membantu gadis itu bangun, Dewa akhirnya membersihkan sisa-sisa butiran salju yang masih menempel pada bajunya dan Dewa tak menyadari, jika di bagian bahu bajunya tersebut masih banyak sekali butiran salju yang tak ia bersihkan.
Secara spontan, tangan kanan Harmoni bergerak membantu Dewa membersihkan butiran salju tersebut dan seketika pria itu menatap ke arah Harmoni.
"Terima kasih!" ucap Dewa pada gadis tersebut dan Harmoni sejenak menghentikan kegiatannya membantu Dewa, kemudian gadis itu mengangguk dan kembali melanjutkan membersihkan pada bagian lain yang tak Dewa ketahui.
Saat sedang asyik-asyiknya membantu Dewa, suara raungan binatang buas terdengar di telinga Harmoni namun, gadis itu mencoba mengabaikan suara tersebut karena menurutnya itu mungkin hanya halusinasinya saja jadi, Harmoni kembali fokus dengan urusannya sendiri.
Dewa masih menatap ke arah Harmoni karena gadis itu sepertinya tak takut dengan suara raungan binatang buas yang memang berada di sekitar pegunungan tersebut.
Aauuuuuungggggggg
Kali ini bukan suara raungan yang tak begitu jelas seperti waktu pertama kali raungan itu terdengar namun, kali ini begitu sangat jelas terdengar dan terasa sangat dekat dan begitu lama.
Harmoni seketika menoleh ke arah sumber suara tersebut dan terlihat beberapa kawanan serigala tengah mendekat ke arahnya saat ini.
Sontak tanpa aba-aba, gadis itu memundurkan tubuhnya memperpendek jarak antara dirinya dan Dewa.
Beberapa hewan tersebut ternyata malah semakin dekat ke arah gadis itu dan seketika Harmoni terus mundur, mundur ,dan mundur, sampai pada akhirnya, punggung gadis itu menyentuh tubuh Dewa.
Lima serigala bertubuh besar itu semakin mendekat ke arah Harmoni, sampai jarak 5 langkah dari arah gadis itu dan Harmoni langsung membalikkan tubuhnya memeluk tubuh Dewa sangat erat karena ia sudah merasa sangat ketakutan kala melihat postur tubuh serigala tersebut yang begitu besar dari serigala pada umumnya.
Dewa sedikit tersenyum kala ia dapat mendengar detak jantung gadis itu yang berdegup sangat kencang dan itu menandakan, jika Harmoni sangat ketakutan karena ulah serigala yang berada dihadapannya saat ini.
Kelima serigala itu berhenti tepat saat mereka melihat ke arah Dewa dan mereka berlima menundukkan kepalanya seakan memberikan hormat kepada Pangeran planet Amoora tersebut.
"Apa kau takut pada mereka?" tanya Dewa pada Harmoni yang masih memeluknya dengan sangat erat.
"Kenapa ada Serigala di tempat ini? dan ukurannya juga sangat besar," celoteh Harmoni yang tak mau menanggapi pertanyaan dari Dewa.
"Bukankah di tempat bersalju memang ada serigala dan sepertinya bukan hanya serigala yang berada di tempat seperti ini, beruang, dan hewan buas lainnya juga masih banyak, 'kan?" goda Dewa pada gadis itu.
Mendengar penuturan dari Dewa, membuat pelukan Harmoni semakin bertambah erat dan pria itu hanya tersenyum penuh kemenangan kalah keberuntungan berpihak padanya kali ini.
Dewa memang memiliki sifat yang dingin, tapi dia juga seorang pria, pria yang sangat normal dan masih bisa merasakan semuanya, jika ia berdekatan dengan lawan jenisnya.
"Mereka tidak jahat, mungkin mereka hanya terancam," tebak Dewa, agar gadis itu tak takut lagi pada kelima serigala tersebut.
"Tidak jahat apanya, saat melihatku saja mereka berlima langsung mendekat ke arahku," celoteh Harmoni sembari memejamkan matanya karena ia takut, jika tiba-tiba kelima serigala itu menerkamnya.
"Bukankah sudah aku katakan, jika mereka itu mungkin merasa terancam karena kau sangat cerewet," goda Dewa yang mendapat cubitan kecil dari Harmoni.
"Apa hubungannya cerewet dan serigala, mungkin mereka sedang lapar, mungkin mereka sedang mencari mangsanya," cerocos Harmoni kembali.
"Mereka tidak suka makan gadis yang sangat cerewet sepertimu, mereka sangat baik," bela Dewa membuat gadis itu sedikit memundurkan tubuhnya dan menatap ke arah dewa tajam.
"Apa kau mengenal mereka?" tanya Harmoni yang dapat menyimpulkan dari hasil pembelaan Dewa tadi.
"Kenapa tidak bilang dari tadi! jangan-jangan mereka juga suruhanmu," tuduh Harmoni pada pria itu.
Dewa hanya menghela napas kasar, kemudian pria itu berujar pada Harmoni dengan suara begitu lembut, "Jika aku yang menyuruh mereka, sudah pasti aku akan menyuruh mereka untuk segera melenyapkan dirimu."
Seketika mulut Harmoni diam tak dapat berkata-kata lagi karena apa yang dikatakan oleh Dewa ada benarnya juga, lagi pula, ini daerah kekuasaan pria itu jadi, pria itu tak mungkin melakukan hal yang begitu ceroboh.
"Satu hal yang harus kau tahu," ujar Dewa kembali dan Harmoni menatap ke arah pria itu masih dengan tangan memeluk leher pria tersebut.
"Mereka baik, mereka tidak sejahat seperti yang kau pikirkan," sambung Dewa, agar perasaan gadis itu merasa lebih tenang.
"Coba kau balik badan dan lihat ke arah mereka," pinta Dewa dan Harmoni ketika menggelengkan kepalanya karena ia sudah bisa membayangkan bagaimana, jika 5 serigala bertubuh besar menerkamnya secara hidup-hidup.
"Mereka baik, Nona! jadi kau harus berkenalan lebih dulu dengan mereka," pinta Dewa kembali, agar gadis itu mau melakukan apa yang ia suruh.
"Tapi bagaimana, jika aku langsung digigit?" tanya Harmoni dengan suara khas anak kecil yang sedang merajuk pada orang tuanya.
Dewa seketika tersenyum kala mendengar penuturan gadis itu, ternyata seorang Harmoni yang ia kenal tidak takut dengan apapun, gadis itu juga bisa takut pada serigala yang hanya menatap ke arahnya dengan tatapan biasa saja, tanpa ingin memakannya.
Dewa menyentuh kedua pipi gadis itu, entah apa yang sudah ia lakukan sebelumnya, ia tak pernah memperlakukan seorang wanita selembut ini, selain kepada ibundanya sendiri namun, pada Harmoni pria itu bersikap begitu sangat berbeda.
"Tatap mataku dan turuti apa yang aku katakan," pinta Dewa pada gadis itu dan seketika Harmoni diam mendengarkan apa yang dikatakan oleh Dewa padanya.
"Mereka serigala yang baik, mereka tidak akan memakanmu dan cobalah untuk berkenalan dengan mereka," tutur Dewa dengan suara lembut, agar gadis itu percaya padanya.
Harmoni memejamkan matanya mencoba mencerna setiap kata yang Dewa ucapkan padanya.
Gadis itu berusaha percaya dengan setiap ucapan yang dikatakan oleh Dewa namun, di sudut hatinya yang terdalam, masih terselip rasa ragu akan hal tersebut karena menurutnya, serigala termasuk dalam jenis karnivora jadi, menurutnya hal tersebut sudah menjadi hukum alam yang tak bisa dirubah kembali.
Gadis itu menarik nafasnya cukup dalam, kemudian menghembuskannya secara perlahan dan mempersiapkan dirinya untuk mencoba menjalin pertemanan dengan 5 serigala yang tepat berada di belakangnya saat ini.
Kelopak mata Harmoni perlahan terbuka dan menatap ke arah kedua lensa mata berwarna safir milik Dewa.
"Apa kau sudah siap?" tanya Dewa pada gadis itu ingin memastikan.
"Siap tidak siap, mau tidak mau, aku harus menghadapinya, bukan?" tanya Harmoni pada pria itu dan seketika Dewa tersenyum pada Harmoni.
"Gadis pintar!" puji Dewa dan seketika kedua pipi gadis itu bersemu merah.
Suara pukulan terdengar. "Aduh sakit!" protes Dewa mengadu kesakitan sembari mengelus lengan kirinya.
"Tidak usah over akting dan tidak usah mencoba merayu," ketus Harmoni melipat kedua tangannya dengan bibir yang dimajukan ke depan.
Suara hembusan napas serigala tersebut terdengar oleh Harmoni dan gadis itu tiba-tiba terdiam.
Dewa dapat merasakan aura ketakutan dari gadis itu.
"Jika belum berkenalan memang seperti ini jadi, coba kau mendekat kepadanya," pinta Dewa pada Harmoni.
Gadis itu perlahan mulai memutar arah tubuhnya menghadap ke arah serigala tersebut namun, mata gadis itu masih terpejam karena ia merasa takut pada serigala tersebut.
"Jangan takut," tutur Dewa pada gadis itu.
Sedikit demi sedikit kelopak mata Harmoni mulai terbuka sembari mengintip ke arah 5 serigala berukuran besar yang berada tepat di hadapannya dan kelima serigala itu ternyata menatap ke arahnya.
Saat kedua kelopak mata Harmoni terbuka sempurna, gadis itu melihat lensa mata para serigala tersebut berwarna sama seperti warna mata milik Dewa.
Arah tatapan mata kelima serigala itu tertuju pada bendul kalung yang menggantung di leher Harmoni dan seketika kelimanya langsung menundukkan kepala pertanda memberikan hormat pada gadis itu.
"Sepertinya mereka baru menyadari," gumam Dewa yang dapat didengar oleh Harmoni.
"Menyadari apa?" tanya Harmoni masih menatap para kelima serigala yang berada dihadapannya saat ini dan posisi gadis itu masih dalam mode siap siaga.
"Mereka baru sadar, jika kau pemilik kedua dari kristal kerajaan kami," jelas Dewa membuat gadis itu lega luar biasa.
Akhirnya, Harmoni bisa hidup lebih lama lagi mengingat serigala yang berada dihadapannya saat ini bukan jenis herbivora melainkan jenis karnivora.
"Apa kau mengenal mereka?" tanya Harmoni pada Dewa.
"Mereka para penjaga perbatasan pegunungan salju abadi ini," sahut Dewa
Kedua alis Harmoni hampir menyatu mendengar pernyataan yang terlontar dari mulut Dewa.
"Penjaga perbatasan? kenapa tempat ini harus dijaga? bukankah ini pegunungan seperti pada umumnya?" cecar Harmoni yang sepertinya masih belum paham akan situasi planet yang ditinggali oleh Dewa.
"Pegunungan ini bukan pegunungan biasa, salju dari pegunungan ini bisa memberikan mahluk umur panjang," jelas Dewa pada gadis tersebut.
"Itu mitos atau fakta," tanya Harmoni lagi karena menurutnya, mana ada salju yang dapat membuat umur orang menjadi lebih panjang.
"Entahlah aku juga tidak tahu, kalau itu sebuah mitos atau fakta, tapi yang jelas? para rakyat mempercayai kebenaran hal tersebut dan kami juga melakukan hal yang sama jadi, tempat ini benar-benar sangat dijaga karena, jika orang-orang yang berniat tidak baik sampai ke tempat ini untuk melakukan ritual, mereka akan menyalahgunakan berkah pada pegunungan ini untuk hal yang tidak baik," tutur Dewa memberitahu gadis itu.
Kelima serigala itu masih tetap berbaris seperti posisi semula, sementara Dewa dan Harmoni mulai berdiri dari posisi duduknya.
"Kalian sudah tahu siapa gadis ini, 'kan? jadi, jika kalian bertemu dengan gadis ini, jaga dia, lindungi dia, jangan sampai terjadi apa-apa padanya," jelas Dewa pada kelima penjaga pegunungan salju abadi tersebut dan kelimanya menundukkan kepala mereka pertanda mengerti akan maksud ucapan dari Dewa.
Setelah pria itu selesai memberitahu pada kelima serigala tersebut, akhirnya kawanan itu pergi meninggalkan Dewa dan Harmoni dan pada saat itu juga napas lega kembali Harmoni perdengarkan pada Dewa.
"Apakah kau sebegitu takutnya pada mereka? padahal mereka serigala yang baik," tutur Dewa yang masih heran dengan ketakutan over pada Harmoni.
"Inilah naluri manusiaku jadi, kau harus mengerti karena dalam urutan planetku, rantai makanan tetap saja berlaku, yang mana yang lebih kuat, pasti akan terus bertahan hidup," jelas Harmoni pada Dewa.
Sementara di kantor milik Harmoni, Mona dari tadi hanya bisa mondar-mandir di dalam ruangannya karena asisten pribadi Harmoni tersebut tidak bisa menghubungi nomor ponsel milik bosnya.
Saat mona mencoba menghubungi nomor ponsel Harmoni, yang ada hanya suara operator yang membalas panggilannya.
"Astaga! di mana Anda sebenarnya? kenapa nomor ponselnya tidak dapat dihubungi? apa sudah terjadi sesuatu?" tanya Mona pada dirinya sendiri.
Tiba-tiba Mona teringat dengan sopir Harmoni dan secara langsung ia segera menghubungi nomor ponsel sopir tersebut.
"Halo! kau di mana?" tanya Mona pada sopir tersebut.
"Saya masih berada di cafe, assisten Mona!"
"Apa Nona baik-baik saja?" tanya Mona pada sopir tersebut.
"Nona baik-baik saja dan Anda tak perlu khawatir, sepertinya beliau masih betah berada di cafe ini karena memang cafe ini sangat ramai jadi, Anda tidak perlu khawatir, saya akan menjaga Nona dengan baik karena Nona saat ini masih berada di dalam cafe tersebut."
Helaan napas terdengar dari mulut Mona, kala ia mendengar, jika Harmoni ternyata baik-baik saja.
"Baiklah! jika memang Nona tidak apa-apa dan tolong jaga dia dengan baik, kau jangan sampai lengah karena musuh bisa kapan saja mengincar Nona! apa kau paham?" tanya Mona pada sopir tersebut.
"Saya sangat paham!"
"Baiklah! selamat bekerja!" ujar Mona menutup lebih dulu sambungan teleponnya.