Pria Pemikat

1020 Words
Pagi ini dua gadis itu berangkat ke sekolah seperti biasanya. Pak Jon yang merupakan supir Dita mengantar mereka seperti biasa hingga depan gerbang. Setelah mereka turun, ia kembali pulang dan akan menjemput kembali sepulang nanti. Alisha dan Dita jalan bersamaan dengan mengobrol ringan tentang apa saja yang enak dibicarakan. Saat mereka asyik mengobrol, dari arah belakang seseorang menabrak mereka. Entah ia tersandung atau memang didorong, tabrakannya cukup kuat menghantam tubuh Dita hingga ia jatuh tersungkur ke lantai. "Aww!!" jerit Dita, ia meringis mengusap-usap lututnya yang terbentur menahan tubuhnya. "E-eh, maaf, Dit. Maaf aku gak sengaja, aku tadi …." Belum selesai pria itu menjelaskan Dita segera memotongnya. "Hehe, gak apa-apa. Aku baik-baik aja, kok! Beneran deh, aku gak kenapa-kenapa." "Eh? Maaf banget, ya! Saya permisi, lagi buru-buru nih." "Eh, iya, Vin. Silakan!" Melihat kejadian itu, Alisha heran dibuatnya. Ia segera merentangkan tangan membantu sahabatnya berdiri kembali. Dita masih saja meringis seraya mengusap-usap bagian yang sakitnya. "Kamu yakin baik-baik aja?" tanya Alisha masih heran. Pasalnya, tadi ia jelas melihat Dita yang kesakitan juga merasa kesal saat terjatuh. Namun, ketika melihat pria itu dia langsung lunak tanpa menuntut apa-apa. Padahal sebetulnya, Dita merupakan tipe orang yang tak akan tinggal diam jika ada yang mengusiknya. Alih-alih menjawab pertanyaan Alisha, Dita malah tersenyum-senyum. Sepertinya jiwanya pergi melayang entah ke mana. Alisha semakin keheranan melihatnya. "Hei, Dit!" kejut Alisha kembali. Dita terlonjak. "Eh, kamu ngagetin aja!" "Lagian, malah ngelamun di situ! Pasti ini ada apa-apanya nih?" "Ih, kamu tahu aja, Ca!" Yuk ke kelas, nanti aku ceritain." Dita tampak bahagia dengan sesekali ia meringis karena rasa sakitnya. Alisha hanya tersenyum dengan kelucuan yang dilakukan sahabatnya. Hingga sampai kelas, mereka berdua segera duduk. Baru saja Alisha hendak menanyakan hal yang baru saja terjadi, tiba-tiba sesuatu terasa dalam perutnya. Ia terdiam merasakan itu, sedang Dita tak sadar ia masih larut dalam kebahagiaannya. "Eh, Dit. Anter ke toilet yuk!" "Mau ngapain, Ca? Sebentar lagi juga masuk!" "Sebentar aja. Aku mau ngomong sesuatu." "Nanti aja lah!" Alisha pun menuruti. Dalam diamnya ia masih merasakan getaran yang terus terasa sesekali dalam perutnya. Ia merasa geli, sekaligus takut jika terjadi sesuatu pada janinnya. Tak lama bel masuk berbunyi. Beberapa saat kemudian guru pelajaran datang. Alisha mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti biasa. Walau sesekali getaran itu kembali terasa membuatnya tak bisa memfokuskan diri untuk belajar. Hingga bel istirahat berbunyi, Alisha ingin segera mengatakan hal ini pada Dita. Namun, Dita justru malah mengajaknya segera ke kantin. Dita menarik tangan Alisha sambil jingkrak jingkrak terlalu senang. Ia merasa setelah cukup lama hanya diam memendam, akhirnya bisa berkomunikasi dengan pria itu walau sesaat. "Ca, yuk pesen dulu mau apa?" "Emmm ... bakso aja deh." "Sip, tepat! Cocok emang. Pokoknya nanti aku mau cerita." "Iya iya, dari tadi mau cerita tapi nggak," keluh Alisha. "Hehe, ya udah tunggu dulu di sini, ya!" "Oke!" Selagi menunggu Dita, Alisha kembali merasakan getaran itu. Ia mengusap-usap perutnya untuk meredakan rasa geli yang timbul. Ia benar-benar heran dan bertanya-tanya. Apakah ini ada hubungannya dengan janin dalam kandungannya. Tak lama dari itu Dita kembali dengan dua mangkuk bakso serta dua teh botol dingin. Perpaduan yang cocok. Alisha ingin sekali memakannya dengan level pedas yang tinggi, tapi Dita mengingatkan ia melarang Alisha untuk makan pedas dengan kadar yang banyak. "Kasian janinmu," bisik Dita saat Alisha baru saja hendak menyendokkan sambal di depannya. "Hhmmmm iya iya. Jadi apa yang mau kamu ceritakan?" tanya Alisha kemudian. "Kamu kenal pria yang nabrak aku tadi?" Alisha menggeleng. "Dia Alvin anak kelas ujung." "Oh, terus?" "Ganteng kan?" "Biasa aja," jawab Alisha acuh tak acuh. "Ih, kamu gak seru! Ya, begitu Alisha. Mana tau cowok ganteng." "Ya anggap ganteng aja deh. Terus kenapa?" "Aku suka!" terang Dita. "Hah? Suka? Bukannya terakhir kali itu kamu suka yang kakak kelas itu?" "Iya, tapi kan dia udah keluar. Jadi sekarang ganti orang." "Eh? Bisa gitu, ya?" "Bisa dong!" "Jadi, apa yang bikin kamu suka?" "Akhir-akhir ini dia sering memperhatikanku dari kejauhan, Ca. Awalnya aku merasa risih, tapi pas tau ternyata dia ganteng aku jadi ikut suka. Pernah ya satu hari. Dia lagi liatin aku, aku balas tatap dia. Eh, langsung buang muka. Ya ampun, manis banget ya, Ca!" Dita bercerita dengan rasa gembira menggebu-gebu. Dia bahkan melupakan bakso dalam mangkuknya yang lumayan masih banyak tersisa. "Dan tadi pagi dia nabrak aku? Haha entah karena sengaja atau karena terus menatapku jadi di kesandung karena gak liat jalan. Hahaha lucu banget ya, si Alvin itu!" Alisha hanya tersenyum dan sesekali mengangguk. Memang Dita itu mudah sekali jatuh cinta dan berganti-ganti orang yang dia suka. Berbeda dengan Alisha, dia sangat sulit menyukai pria untuk saat ini. Lagi pula dia memang tak berminat. Alisha hanya akan fokus belajar sampai wisuda. "Lucu sih, tapi kenapa dia gak mencoba deketin kamu?" tanya Alisha kemudian. "Mungkin dia malu, Ca. Kayaknya sih, dia emang tipe pemalu." "Ah, begitu. Pantas saja tadi kamu diam aja ditabrak dia. Padahal kalau orang lain yang melakukannya. Mereka pasti sudah kena semprot pagi-pagi." "Haha, ternyata kamu memperhatikan aku juga!" "Iya, malah aku pengen tanya tadi pas masuk kelas. Cuma ...." "Cuma apa?" Alisha mendekatkan wajahnya ke telinga Dita. "Aku ngerasa aneh sama perutku," bisiknya. "Eh? Aneh? Aneh gimana?!" tanya Dita dengan suara cukup lantang mungkin ia ikut panik jika menyangkut dengan kandungan Alisha. Spontan tangan Alisha membungkam mulut sahabatnya, karena beberapa pasang mata menoleh ke arah mereka. "Kecilin suaranya, dong!" "Eh, i-iya maaf. Aneh gimana maksud kamu?" Kini Dita mengucapkannya dengan berbisik. "Aku merasa ada getaran dari dalam, bikin geli, Dit!" "Getaran? Mungkin maksud kamu gerakan?" "Entah, aku gak tahu. Tapi tetep aja aku takut ini tandanya apa, ya?" "Mana kutahu! Oke pulang sekolah nanti kita datang ke dokter Dinar lagi!" "Pake baju sekolah?" tanya Alisha. "Ya, gak apa-apa. Dia kan udah tahu rahasia kita." "Enggak, maksud aku gimana sama pasien lainnya?" "Gak apa-apa. Orang kita gak kenal mereka." "Pak Jon gimana?" "Nanti aku suruh dia pulang lagi aja. Pokoknya hari ini kita pergi periksa!" "Emmm ... oke deh!" "Ya udah, sekarang yuk ke kelas!" Dita menyeruput teh botolnya hingga tandas sebelum memutuskan beranjak dari tempat duduknya. Mereka pun segera menuju kelas sebelum guru mata pelajaran selanjutnya masuk. Getaran itu masih saja Alisha rasakan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD