Bermalam di Sekolah

1025 Words
Alisha mengayuh sepedanya dengan cepat. Langit berubah menjadi jingga, sebentar lagi malam tiba. Alisha tak tahu ke mana ia harus pergi dan tinggal. Jarak ke rumah Dita cukup jauh sehingga itu tak memungkinkan. Ibarat sekolah ada di tengah. Jarah dari sekolah ke rumah Dita sama dengan jarak ke rumahnya. Itu artinya jika Alisha ke rumah Dita jarak yang ditempuh dua kali lipat jarak ke sekolah. Adzan magrib berkumandang. Alisha menepikan sepedanya ke salah satu masjid yang dia lalui. Banyak jamaah yang datang membuatnya menunggu untuk beberapa saat. Hingga setelah salat berjamaah selesai, Alisha baru masuk. Beruntung di masjid tersebut disediakan mukena sehingga ia bisa segera salat. Setelah itu, ia duduk menunggu adzan isya dan salat setelah memasuki waktunya. Cukup lama Alisha terdiam sambil menimbang-nimbang untuk tinggal di masjid ini semalam atau pergi ke tempat lain. Tapi ke mana? Dia tak tahu pasti, hanya masjid ini yang tetasa nyaman. Semua jamaah sudah pulang menyisakan satu pria tua yang Alisha duga adalah marbot masjid. Sebetulnya, bapak itu sedang menunggu Alisha pulang karena hendak mengunci masjid, tapi Alisha sendiri juga malah berpikir menunggu bapak itu pergi agar leluasa tidur. Hingga akhirnya bapak itu menghampiri Alisha. "Sedang apa, Neng, malam-malam di sini?" tanyanya dengan wajah sedikit ketus. "I-itu, saya mau menginap semalam saja boleh ya, Pak. Saya sekolah di SMA tak jauh dari sini, nanti saya pergi pagi-pagi." Bapak itu melirik pada tas besar yang dibawa Alisha. "Kamu kabur?" tanyanya kemudian. Alisha menggeleng cepat. "Tidak. Aku tidak bisa mempercayaimu. Cari tempat lain saja." "Tapi, Pak …." "Cepat pergi, atau saya seret secara paksa!" Pria tua tersebut menampakkan wajah marahnya sehingga Alisha tak bisa lagi membujuknya. Alisha pun terpaksa meninggalkan masjid itu. Ia kembali membawa tasnya dan mengayuh sepeda. Beberapa saat ia berkeliling mencari tempat yang layak ia tiduri semalam ini. Tak ada yang ia dapatkan setelah cukup lama berkeliling. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk ke sekolah. Pintu gerbang yang terkunci membuat Alisha terpaksa harus lewat belakang. Dengan susah payah ia menaiki dinding yang tingginya dua meter, karena hanya jalan itu yang bisa dilaluinya. Ia berhasil karena tekad kuatnya. Kemudian Alisha menuju kelasnya setelah mengecek ruang UKS yang ternyata terkunci. Rasa takutnya kalah oleh rasa sedihnya. Setelah ia sampai di kelas, ia segera membaringkan tubuhnya dengan kepala beralaskan tas, sedangkan tubuhnya terbaring di atas teras dingin. Ia menangis dalam kegelapan, kesunyian, mengingat kembali kejadian sore tadi. Hingga tak sadar matanya terpejam, ia terlelap hingga pagi menjelang. *** Satu persatu para siswa berdatangan. Alisha bersikap seolah tak pernah terjadi apa-apa. Ia menjadikan semuanya biasa-biasa saja. Gadis itu menyembunyikan tas besarnya di halaman belakang dan hanya membawa tas ransel serta beberapa buku di dalamnya seperti biasanya. Setelah bangun tidur tadi, ia menggunakan toilet untuk mandi dan berwudhu. Kemudian ia salat di mushola yang disediakan di sekolah. Untunglah, mushola tak pernah dikunci. Setelah itu ia segera mengganti pakaiannya dengan seragam dan mengamankan semua barangnya di halaman belakang sekolah. Perut kosong Alisha membuat rasa mual sangat terasa. Selain karena morning sickness-nya, perut kosong membuat asam lambung naik. Mulutnya terasa asam dan pait, benar-benar bukan kondisi yang baik. Namun, Alisha sekuat tenaga menahan itu semua. Hari semakin siang, Dita pun akhirnya datang. Alisha cukup senang karena hanya sahabatnya itulah yang dapat ia andalkan. Dita datang dengan wajah ceria. Ia memang begitu selalu tersenyum seolah tanpa beban. Hidupnya berjalan mulus tak seperti kehidupan sahabatnya. "Hei, udah masuk sekolah nih? Udah mendingan?" tanya Dita. Ia menyimpan tasnya kemudian duduk di samping Alisha. Alisha menggeleng. "Ada yang ingin aku sampaikan." "Apa?" Dita menatap ke arah Alisha. "Eh? Tunggu! Kamu kok pucat gini? Kenapa?" tanya Dita yang baru menyadari kondisi gadis di sampingnya. "Sebelum itu, antar aku ke UKS dulu, yuk!" ajak Alisha. "Oh, oke." Dengan sigap Dita bersedia. Dita segera menuntun sahabatnya itu berjalan menuju UKS. Biasanya Alisha yang selalu menolak untuk meninggalkan kelas. Namun, kondisinya saat ini benar-benar tak bisa ditolerir. Jika Alisha memaksakan diri ikut kelas, ia hanya akan bolak balik kamar mandi karena mualnya. Dan itu jelas akan mencurigakan. Sesampainya di UKS Dita segera membaringkan tubuh Alisha. Temannya itu tak hanya pucat, tapi suhunya juga cukup panas. Dita semakin khawatir dibuatnya. "Kamu kenapa makasain sekolah? Badanmu panas banget loh, ini?" tukas Dita setelah menyentuh kening Alisha memastikan. "Nanti aku jelaskan, Dit. Tapi sekarang aku minta tolong lagi boleh gak?" ucap Alisha kemudian. "Iya, sok! Minta apa?" "Aku belum makan. Belikan aku roti aja sama airnya. Kalau bisa sih aku pengen air hangat." "Oke, nanti aku cari! Kamu yakin mau roti aja? Bali bubur atau soto aja, gimana?" tawar sahabat Alisha yang baik itu. "Enggak. Aku gak suka baunya!" tolak Alisha. Untuk beberapa saat Dita mengerutkan dahi. Tak mengerti maksud dari 'gak suka bau' yang disampaikan Alisha itu. Namun, ia memilih tidak mempersoalkan. "Ah, baiklah. Tunggu sebentar!" Dita pun pergi menuju kantin, membeli roti sesuai yang diminta dan air panas serta sebotol air mineral. Setelah itu ia kembali ke UKS, tapi ternyata Alisha tak ada. Sedikit panik, Dita mencoba mencari ke tempat lain. Rupanya Alisha sedang berada di kamar mandi yang disediakan di UKS tersebut. Saat melihat Alisha keluar dari kamar mandinya, Dita tergopoh-gopoh menghampiri sahabatnya itu setelah menyimpan makanan yang dia beli. Kemudian membopong Alisha menuju tempat tidur kembali. Bersamaan dengan itu bel masuk berbunyi. "Kamu yakin baik-baik aja? Gimana kalau minta izin pulang aja?" tawar Dita kemudian. "Nggak!" bantah Alisha. "Gak usah," sambungnya. "Ya sudah, nih makanannya dimakan oke!" "Dit, makasih, ya! Nanti kamu ke sini lagi pas istirahat. Aku bakal ceritain semuanya. Sekarang mending kamu masuk kelas dulu aja!" "Oke, Ca! Kamu baik-baik ya, di sini. Biasanya nanti ada yang jaga kok." "Iya, kamu tenang aja! Nanti juga membaik, kok." Dita pun bergegas pergi menuju kelas. Setelah Dita pergi, Alisha segera membuka makanan yang dibeli sahabatnya. Ia segera menghabiskannya walau sedikit mual, karena jika tidak rasa mual itu takan hilang selama perutnya masih kosong. Benar apa yang dikatakan Dita, tak lama petugas jaga UKS datang. Beruntung yang jaga anak siswi bukan tenaga kesehatan sekolah seperti biasanya. Sehingga Alisha tak merasa takut atau canggung. Petugas jaga itu mengajak Alisha berbicara dengan bertanya-tanya apa yang terjadi pada Alisha. Alisha mengobrol dengannya sehingga mual yang dirasakan bisa teralihkan. Hingga akhirnya rasa mual itu perlahan hilang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD