Pergi ke Klinik

1003 Words
Tepat sepulang sekolah, Dita segera mengajak Alisha sesuai rencana. Ia segera mengganti pakaiannya serta meminta sahabatnya melakukan hal yang sama. Setelah itu, mereka segera menuju klinik yang cukup jauh jaraknya dari sekolah juga dari rumah Dita. Hal ini dilakukan, agar tak ada satu pun orang yang melihat atau mengenal mereka saat periksa nanti. Bergegas Dita memesan taksi online untuk menuju ke sana. Sengaja Dita lakukan. Ia pun mengetahui tempat itu dari google. Ia mencari tempat yang paling aman agar Alisha juga tak meragukannya lagi. Namun, mengejutkan. Klinik yang Dita maksud yaitu klinik yang pernah memeriksa Dita tempo hari bersama ibunya. "Dit, aku kira bukan ini tempatnya. Plis aku gak mau ke sana. Dokter itu udah tahu kalau aku hamil," tolak Alisha begitu mereka sampai. "Bukannya itu bagus. Kamu tak perlu lagi menjelaskan atau bersembunyi. Kita datang ke sini hanya untuk memeriksa kandunganmu, Ca." Dita mencoba membujuk sahabatnya itu. "Tapi, Dit …." Alisha sangat ragu. Memang dokter itu baik, tapi rasanya ia malu jika dokter itu tahu akhir dari pemeriksaannya beberapa hari yang lalu. "Ayo, ikuti aku. Percaya saja! Semua dokter itu baik." Lagi, Dita mencoba meyakinkan. Bukan apa, ia tak bisa mencari klinik teraman kecuali ini. "Gak ah, Dit …." Alisha masih berdiri mematung di tempatnya. Ia terus menolak, tapi Dita tentu saja tak mau mengalah. Sudah tinggal selangkah lagi, tak mungkin ia menyerah. Dita terus memaksa sahabatnya itu, bahkan ia memutuskan masuk seorang diri lebih dulu untuk mendaftar. Mau tak mau Alisha pun mengikuti. Jam siang membuat antrean tidak begitu penuh. Hingga tak lama tiba giliran mereka. Dengan ragu, Alisha melangkahkan kakinya, masuk ke dalam ruangan. Dokter cantik yang tempo hari bertemu Alisha, juga merasa terkejut melihat kedatangan gadis itu kembali. Selain itu, dia juga heran karena yang datang mengantar adalah temannya. Dokter itu berprasangka jika Alisha memiliki tujuan buruk saat ini. "Saya tidak bisa melakukannya," ujar dokter itu tiba-tiba menolak. "Saya tahu maksud kedatangan kamu. Apa ini? Kenapa tidak datang dengan ibumu, tapi justru dengan temanmu. Kamu mau saya menggugurkannya? Biar pun bisa, saya tidak akan pernah melakukannya." Alisha dan Dita saling menoleh heran. Bingung dengan reaksi dokter cantik di depannya. Namun, segera mereka pun menjelaskan. "Tidak!" sanggah Dita. Bersamaan dengan itu Alisha menjawab, "Ya!" Kini dokter itu yang keheranan mendapati dua jawaban yang berlawanan. Dita yang menyanggah dan Alisha yang justru membenarkan. Dokter kandungan itu pun menatap lekat ke arah Alisha memastikan. "Dok, jika itu bisa dilakukan tolong lakukanlah! Ini demi masa depanku, aku tak ingin hidupku hancur," bujuk Alisha. Ia mulai memohon dengan air mata yang kembali berjatuhan. "Tidak. Kamu memang pantas mendapatkannya. Ini akibat dari perbuatan kamu, kamu harus menanggungnya!" tegas dokter itu. Ini bukan kali pertama dokter kandungan tersebut mendapati kasus serupa. Kebanyakan orang juga seusia Alisha. Mereka melakukan s*x bebas dengan kekasihnya, tapi ketika janin itu justru tumbuh di rahimnya, mereka ingin membunuhnya. Karena hal inilah, dokter cantik itu berkata demikian. "Maaf, Dok. Sepertinya Dokter salah menduga," ucap Dita segera. "Teman saya ini korban. Dia korban p*********n. Tapi Dokter tenang saja, saya membawanya ke sini untuk meminta dokter memeriksa kandungannya. Saya tidak akan pernah setuju jika teman saya ini menggugurkannya karena janin ini tidak bersalah," jelasnya kemudian. Di samping Dita, Alisha hanya bisa menangis sesenggukan. Bagaimanapun ia cukup tersinggung dengan ucapan dokter tadi. Apalagi mengucapkannya dengan sinis dan tatapan jijik seolah Alisha memang sekotor itu. Padahal yang sebenarnya, jangankan s*x bebas, berpacaran pun Alisha tak pernah melakukannya. "Ah, maaf saya sudah berburuk sangka," ucap dokter itu kemudian. "Tapi ada benarnya. Walau kamu korban, tak sebaiknya kamu menggugurkan kandunganmu. Biar saya periksa." Awalnya Alisha kembali menolak, tapi Dita selalu gigih membujuknya. Hingga akhirnya dilakukan lah pemeriksaan pada kandungan Alisha. Selagi dokter memeriksa, Dita menceritakan hal yang sebenarnya terjadi pada sahabatnya ini. Hanya dia yang percaya dan masih mau menemani Alisha, karena sejauh ini tak banyak yang tahu tentang semua ini. Dita juga menceritakan orang tua Alisha yang justru malah mengusir putrinya sendiri. Dokter itu terkejut, ia tak menyangka jika ibunya Alisha sampai melakukan hal itu pada anaknya. Mendengar penjelasan Dita, dokter cantik yang belakangan diketahui bernama Dinar menawarkan diri untuk turut menjaga kandungan Alisha. "Lakukan pemeriksaan rutin ke sini setiap bulan, oke! Saya akan memberikan gratis khusus buat kamu, Alisha," ucap dokter itu, ia benar-benar sangat iba terhadap Alisha. "Aku tidak butuh itu, Dok. Bagaimana kedepannya, aku akan segera ujian sekolah. Bagaimana bisa aku melakukannya dengan perut besar?" tolak Alisha kembali. Keinginannya tetap untuk mengugurkan janin di rahimnya. "Untuk hal ini kamu tenang saja. Kamu bisa melahirkan sebelum ujian tiba. Aku akan membantu kamu, Alisha. Jangan pernah berpikir untuk menggugurkannya!" ujar dokter Dinar. "Kamu percaya kan, Ca? Lihat dokter Dinar juga mau membantu kamu. Ayo, kita lakukan saja," ucap Dita, ia tak pantang menyerah untuk terus memberikan semangat pada sahabatnya itu. Bukan apa, karena mengugurkan pun bukan solusi. Tak pernah ada yang tahu apa yang terjadi ke depannya, sedangkan mengugurkan sama saja dengan membunuh. Dosanya tetap sama. Selain itu, janin tersebut tak punya dosa apa-apa. Bahkan ia tak bisa memilih untuk tumbuh di rahim ibu yang mana. Jika harus mati sebelum melihat dunia, sungguh keburukan Alisha melebihi orang yang menodainya. Dita terus memberikan support bahkan menjanjikan banyak hal. Ia akan ikut andil menjaga kandungan Alisha serta bayi itu jika nanti lahir. Dita juga akan membantu Alisha menyembunyikan kehamilannya dari dunia. Terutama di sekolah. Dengan terpaksa Alisha menyetujui ucapan dua wanita di dekatnya saat ini. Tak banyak yang bisa ia lakukan, menggugurkannya pun bukan hal yang mudah memang. Alisha tak bisa melakukannya dengan seorang diri. Saat ini hatinya mulai tersentuh. Terlebih lagi Dita yang terus meyakinkannya membuat Alisha lebih percaya. Paling tidak dia punya Dita ke depannya. Rasa khawatir akan perutnya yang besar pun hilang saat Dita memberi tahu cara untuk nanti menyembunyikannya. Apalagi dengan santainya Dita menganggap jika itu masih terlalu jauh dipikirkan dan hal itu justru sukses menjadi sugesti baik bagi Alisha. Pemeriksaan itu berakhir baik. Dokter Dinar dan Dita seolah pasang badan untuk Alisha ke depannya. Setelah cukup tenang, barulah Dita mengajak Alisha untuk pulang. Ia kembali memesan taksi untuk pulang menuju rumahnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD