Jomkut!

1074 Words
Sebagai orang tua tunggal yang sangat menginginkan hadirnya seorang cucu, Melati terus berusaha mencarikan jodoh yang terbaik untuk anaknya. Sebab, hampir semua teman Vero sudah menikah, bahkan beberapa dari mereka sudah mempunyai anak lebih satu. Membuat Melati semakin merasa iri. Sudah beberapa kali Melati memperkenalkan anak sahabat-sahabatnya kepada Vero, namun tidak ada satu pun yang mampu menarik perhatian anak bujangnya itu. Bahkan, Vero menolak mentah-mentah dengan alasan dia belum ingin nikah. Dan sekarang, Vero justru melarikan diri saat keluarga Jessy datang untuk membahas soal perjodohan mereka. Malu, marah, dan kecewa. Itulah yang di rasakan oleh Melati saat ini. Apalagi, mengingat bagaimana Jessy semalam yang tampak sangat cantik. Tampak sangat menghargai dan antusias dalam perjodohannya dengan Vero. "Ke mana anak itu," gerutu Melati di tengah pusingnya dia mencari keberadaan Vero yang entah dimana. Sudah beberapa kali dia menghubungi asisten Vero dan teman-temannya yang lain, menanyakan keberadaan anaknya. Namun, semua tidak tahu. Ponsel Vero pun sengaja di tinggal di kamarnya. Membuat Melati semakin kesal. Bagaimana mau tanya lokasinya, jika ponsel yang menjadi alat komunikasi satu-satunya saja ada di rumah. "Audy!" panggil Melati saat melihat anak gadisnya menuruni tangga. Dia adalah Audy, adik perempuan satu-satunya Vero. Juga yang paling dekat Vero Audy menoleh ke arah Mamanya. Dalam hati dia yakin jika sang Mama akan menanyakan soal Kakaknya yang tiba-tiba menghilang. Dengan terus melangkahkan kakinya menuruni tangga, Audy menjawab, "ya, Ma." Melati beranjak dari duduknya, kemudian berjalan ke arah tangga menunggu anak gadisnya sampai di tangga terakhir. "Kamu beneran gak tahu di mana kakak kamu sekarang?" Menggeleng serta menaikkan kedua bahunya. "Gak tahu, Ma. Kan semalam Audy nginep di rumah Jihan." Mendengar jawaban Audy, Melati menghela nafas kasar. Mengalihkan pandangannya ke arah lain dengan nafas yang mulai naik turun menahan marah. "Ke mana sih tuh anak." "Mama udah coba telpon Kak Vero?" "Ponselnya di tinggal di kamar," cetus Melati menunjukkan ponsel Vero yang berada di tangannya. 'Kakak niat banget kaburnya. Hihi,’ ucap Audy menahan tawanya dalam hati. Karena tidak ingin menjadi "Ma ... Audy berangkat dulu ya." "Hmm ... nanti kalau ada kabar dari Kakak kamu, kasih tahu Mama, ya?" "Iya, Ma." *** Terpaksa, Aya menuruti apa yang di katakan oleh Vero. Dengan telaten dan hati-hati dia memisahkan daging ikan gurami pesanan Vero dari durinya. Ingin sekali mengumpat dan menolak, namun mengingat Vero di sini sebagai pembeli yang harus di perlakukan seperti seorang raja. Aya hanya bisa pasrah walau hatinya ingin marah. Perlahan namun pasti, daging dan duri ikan berukuran besar itu terpisah menjadi dua tempat. Siap untuk di nikmati tanpa takut terkena duri-duri tajamnya. ‘Hiih!! Kalau bukan karena dia pembeli. Sudah aku buang ikan ini ke tong sampah. Biar sekalian gak jadi makan,’ gerutu Aya dalam hati. Karena terlalu fokus dengan apa yang dia kerjakan sebab ingin segera pergi dari hadapan pria sombong serta arogan itu. Aya tidak menyadari jika Vero diam-diam menatapnya dengan dalam. Dalam hati dia masih jengkel dengan kelakuan gadis di depannya, tapi matanya tidak mau berpaling. 'Manis dan tampak cantik alami,’ batin Vero. Tanpa dia sadari, kedua sudut bibirnya terangkat membentuk garis lengkung simetris yang tangan manis. Namun, senyuman itu tidak bisa di lihat dengan mata telanjang. Harus menggunakan hati dan kepekaan ekstra. Sebab garis tersebut sangatlah tipis. "Nih, udah kan?" Ucap Aya, setelah berhasil menyelesaikan tugasnya. Dia pun segera bangun dari duduknya dan berdiri di samping sang pemilik rumah makan. "Hmm ... lain kali jangan ceroboh,” ujar Vero tanpa menatap ke arah Aya. Dia memilih langsung memindahkan piring berisi daging ikan itu ke depannya dan bersiap untuk menikmati olahan sederhana yang tampak istimewa itu. "Hmm!!” Sahut Aya sedikit keras dan penuh tekanan. Memperlihatkan jika dia sangat kesal dengan tingkah Vero yang arogan. Mendengar sahutan Aya yang berani itu membuat pemilik rumah makan menoleh. Menatap Aya dengan menggelengkan kepalanya. “Aya, yang sopan sama pembeli,” tegurnya. "Iya, Budhe,” pasrah Aya. Kalau sudah sang pemilik rumah makan yang bicara, Aya tidak akan bisa melawan. Dia lebih memilih menurut agar tidak mendapat konsekuensi yang lebih berat. “Maafkan Aya ya, Mas. Dia memang sedikit keras kepala,” ucap bos Aya itu sopan terhadap Vero. “Ya, Bu. Tidak apa-apa,” jawab Vero di selingi senyuman ramah namun mata menatap tajam ke arah Aya. “Kalau begitu, kami permisi ya, Mas. Selamat menikmati makanannya.” “Iya, Bu. Silakan.” Pemilik rumah makan beserta karyawannya itu akhirnya pamit pergi. Mereka berjalan menjauh menuju ke dapur. Meninggalkan kedua pria muda dengan wajah sama-sama rupawan tapi memiliki sifat yang jauh berbeda. Vero terus menatap tubuh mungil gadis yang sejak awal membuatnya geram sekaligus gemes itu. Sampai akhirnya punggung berbalut kaos berwarna coklat muda khas pegawai rumah makan tersebut menghilang di balik tembok. Dan hal tersebut menyadarkan Vero. Dia segera mengalihkan pandangannya. Melirik ke arah Reza yang tampak sangat menikmati makanannya. Lega karena sudah pasti Reza tidak menyadari apa yang baru saja di lakukan oleh Vero. Kembali menatap ke arah hilangnya tubuh mungil yang tampak sangat menggemaskan di mata Vero sejenak. Tidak ada tanda-tanda dia kembali keluar, membuat Vero memilih untuk melanjutkan makannya. Suapan pertama membuat Vero terkejut. Sebab baru kali ini dia merasakan makanan dengan rasa penuh dengan rempah-rempah alami dan segar. Rasanya sungguh nikmat. "Gimana, Ver? Enak kan?" Tanya Reza yang juga tidak bisa berhenti makan. "Lumayan,” jawab Vero di sela makannya. Reza mengangguk. Vero memang sulit berterus terang atas apa yang dia rasakan. Tapi Reza bisa melihat raut wajah Vero yang tampak tengah merasakan hal sama dengannya. "Apalagi kalau cewek tadi nemenin makan. Wiih ... makin mantap deh,” celetuk Reza mulai jahil. Dia ingin tahu bagaimana respons Vero. Sebab dia seperti melihat raut berbeda di wajah Vero saat melihat gadis penari itu. "Eh ... di lihat-lihat cewek itu cakep juga. Imut dan cantiknya alami,” sambung Reza yang tidak menyerah menggoda Vero. "Trus? Lo suka? Bawa pulang sana!" Cetus Vero yang nampaknya sedikit terusik dengan kalimat terakhir Reza. Bahkan Vero sampai melirik tajam ke arah Reza yang tengah memasukkan satu suapan ke dalam mulutnya. Sementara itu, Reza yang mendengar tanggapan Vero, kini membalas dengan menatap tajam ke arah Vero. "Yee ... ngawur! Kagak lah. Gue mah masih setia nungguin adek lo!" Jawab Reza tidak terima. Vero hanya menatap malas ke arah Reza yang masih saja bertahan menunggu Audy, adiknya. Untuk menjadi sepasang kekasih. Padahal Audy sudah pernah menolak perasaannya dengan alasan masih ingin fokus kuliah agar bisa sukses seperti kakaknya. "Bucin!” cibir Vero. Tidak terima, Vero pun membalasnya dengan tidak kalah sengit. "Jomkut!" "Jomkut?" "Hmm ... jomblo akut."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD