"Gimana Med, udah belum?"
Sekarang ini, Sera bersama Melodi sedang berusaha mengambil baju sekolah Melodi di rumahnya. Terlihat ayah Melodi masih tidur di sofa yang ada di ruang tamu.
Melodi berhasil masuk setelah Sera mencungkil jendela kamarnya. Kamar Melodi sangat berantakan pertanda ayahnya tadi malam sedang mencari sesuatu di kamar itu.
Segera ia memasukkan baju putih abu-abu dan buku pelajaran ke dalam tas. Melodi ingat sesuatu, biola penginggalan sang ibu yang selalu ia taruh di bawah tempat tidur. Benda berharga satu-satunya yang Melodi punya itu harus terbawa juga.
Melodi mengambil sapu yang ada di belakang pintu kamar dan mencoba mengambil biolanya di bawah tempat tidur. Syukurlah ternyata masih ada. Jika saja hilang, ah tidak, Melodi tidak bisa membayangkannya.
"Ser, hustt buka lagi!"
Sera segera membuka jendela dan menahannya sampai Melodi keluar. Tapi sayang tangan Sera menyenggol pot bunga di depan rumah, alhasil pot tua itu pecah.
"Siapa di sana?" Itu suara ayah Melodi, jangan sampai mereka ketahuan atau gagal sudah rencana melarikan diri sesaat Melodi.
"Ser lari, cepet!"
Mereka berdua berlari tepat sebelum ayah Melodi keluar. Melodi selamat, setidaknya untuk saat ini.
Sera mengambil mobilnya yang terparkir di depan g**g rumah Melodi. Ia sadar akan sesuatu yang ada di tangan kiri Melodi. "Eh Med, kenapa lo bawa biola?"
"Gue takut nanti biola ini di jual sama Ayah. Tau kan dia tadi malem aja marah-marah?"
Sera menepuk pundak Melodi pelan setelah gadis itu masuk mobil, dia sangat ingin membantu, tapi Melodi terus menolak dengan alasan sudah terlalu sering merepotkan.
"Kalau lo butuh bantuan gue, atau ARION, lo bilang aja Med. Jangan ada rasa sungkan sama kita, ARION itu keluarga kedua kita, ingat?"
Ya, mungkin Sera benar. Tapi keputusan Melodi untuk berusaha sendiri juga tidak salah selama ia masih mampu.
*****
Keberuntungan kelihatannya tidak memihak Melodi hari ini. Buktinya, setelah usaha susah payah bersama Sera pagi tadi, dia masih terkena hukuman. Melodi lupa membawa baju olahraga. Padahal biasanya Melodi tidak pernah teledor seperti ini.
Peluit dari Pak Hasim membuat semua anak segera berkumpul. Tidak dengan Melodi, dia takut untuk berkumpul bersama teman-temannya, takut dihukum.
"Kenapa nggak ganti? Lo sakit?"
"Hah?"
"Kenapa nggak ganti? Sakit?"
Melodi mengerjapkan matanya beberapa kali.
"Gue nggak bawa, Bi."
Bian mengerutkan keningnya, tumben Melodi lupa, pikirnya.
"Kita ke sana aja, gue juga gak bawa."
Meski Melodi sedikit kaget, tapi ia lega. Setidaknya ada yang menjadi temannya saat dihukum nanti. Tapi tunggu, itu artinya Bian juga akan dihukum bersama Melodi? Dihukum dengan Bian? Berdua? Bukan ide yang bagus.
Dengan langkah yang tergesa-gesa, Melodi dan Bian berlari ke lapangan tempat berkumpul siswa yang sedang olahraga.
"Kenapa kalian tidak memakai baju olahraga?"
Melodi menunduk, takut melihat wajah Pak Hasim yang sudah mau meledak.
"Baju kami ketinggalan, Pak."
"Lari keliing lapangan sepuluh kali, push up lima puluh kali untuk Melodi, tujuh puluh lima kali untuk Bian. Cepat!"
Bian melirik ke arah Melodi. "Tenang, kalau lo nggak kuat, gue bisa gantiin hukuman lo."
Melodi tidak bisa menjawab apa-apa. Dia ingin menyelesaikan hukuman ini dengan cepat. Dan tidak usah berlama-lama dengan Bian.
Mereka berdua masih berlari keliling lapangan di saat yang lain sudah istirahat. Melodi sudah tidak kuat, tapi dia juga tidak mau Bian yang meneruskan hukumannya.
"Istirahat dulu Di?" tanya Bian khawatir.
Melodi hanya menggeleng. Tenanganya cukup berguna untuk berlari daripada menjawab Bian yang sudah tentu tau jawabannya apa.
Bian berhenti di depan Melodi membuat cewek itu menabrak Bian, tapi dengan sigap Bian menagkap bahu Melodi agar tidak jatuh.
"Pak Hasim udah nggak ada. Udah berhenti aja Di."
"Tapi ..."
"Gue yang tanggung jawab."
Melodi tidak bisa menolak, Bian sudah menariknya ke bawah pohon besar yang ada di pinggir lapangan.
"Capek ya?"
Melodi mengangguk. Bian juga terlihat sama capeknya.
"Nih gue bawain minuman buat kalian berdua, sebagai tanda minta maaf gue ke Melodi soal kemarin."
Mereka berdua menatap Azril bingung. Tidak ada angin, tidak ada hujan, Azril tiba-tiba baik kepada mereka.
"Apa tujuan lo?" tanya Bian to the point.
"Nggak ada salahnya kan mencoba baik ke temen?"
"Makasih Az. Gue udah maafin lo kemarin."
Melodi menyerahkan satu botol lagi kepada Bian. Sedangkan Azril sudah berlalu dari sana.
Lumayan, hitung-hitung Melodi tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli minum. Minuman itu habis dalam sekejap, mereka benar-benar haus.
Tapi tunggu, mengapa perut mereka mendadak sakit? Perut Melodi seperti diremas-remas, sangat sakit. Melodi melihat Bian, cowok itu juga meringis kesakitan.
"s**l! Azril emang licik! Dia masukin sesuatu ke minuman kita Di!"
Melodi tidak tahan lagi. "Gue ke belakang dulu."
Sama, Bian juga berlari ke toilet karena mulas.
*****
Pelajaran jam ke tujuh sudah dimulai, tapi Melodi dan Bian belum juga kembali. Guru di depan sudah menanyakan mereka sejak pertama masuk ke kelas.
Azril tersenyum miring. "Bu, saya tahu mereka berdua ke mana."
"Kemana Azril?"
"Mereka berdua pacaran! Saya lihat mereka tadi bolos ke gudang."
"Suruh mereka ke bk setelah kembali."
Bu Irma keluar, dia benar-benar tidak menyangka murid yang paling dipercaya akan mengecewakannya.
Melodi dan Bian berlari ke kelas. Mereka berdua sampai bersama, sehingga mungkin anak satu kelas juga mengira mereka benar-benar bolos karena pacaran.
"Lo berdua di tunggu Bu Irma di ruang bk!"
"Ke-kenapa?"
"Lo tuli ya Mel?" Azril menunjuk Melodi di wajahnya.
Bian berjalan maju mendekati Azril, dia mencengkram kerah baju Azril.
"Dia tanya baik-baik, kenapa lo jawabnya nyolot?"
"Wih, wih. Pahlawan kesiangan dateng. Pacarnya ngamuk guys!"
Bian sudah siap melayangkan bogem di wajah Azril, namun tangan Melodi mencegahnya.
"Udah Bi! Kita ke bk aja."
Azril tersenyum miring, dia sangat puas melihat dua orang itu, Bian dan Melodi menderita. Padahal Azril belum tau saja siapa mereka yang sesungguhnya.
*****
"Kalian tau kenapa saya panggil ke sini?" Bu Irma menatap mereka garang.
Melodi dan Bian kompak menggeleng bersama, mereka benar-benar tidak tahu maksud dan tujuan dipanggil ke bk.
"Kalian ngapain di gudang? Pacaran?"
"Enggak Bu." Bahkan mulut mereka berdua saja bisa kompak menjawab.
Bian melirik Melodi sebentar, Melodi mengangguk mempersilakan Bian menjelaskan semuanya kepada bu Irma.
"Tadi sewaktu pelajaran olahraga, saya sama Melodi dihukum Bu, eh tapi Ibu jangan marah dulu. Kita dihukum gara-gara nggak bawa baju olahraga. Selesai menjalani hukuman, kita haus dan Azril memberi kita minum Bu. Waktu minuman itu sudah habis saya dan Melodi minum, , perut kami mendadak sakit. Di minuman itu sepertinya ada obat pencahar Bu."
Bu Irma mendengarkan seksama, awalnya hampir tidak percaya, tapi setelah Bian menjelaskan tentang apa yang dilakukan Azril, Bu Irma percaya..
"Kalian berdua saya maafkan, karena kalian korban. Sekarang, panggil Azril ke sini!"
"Baik Bu."
Perjalanan dari keluar ruang bk melewati koridor yang sangat panjang mereka habiskan dengan diam. Tidak ada yang bicara dan tidak ada yang ingin membuka percakapan lebih dulu.
Sampai mereka tiba di kelas, semua menatap kedatangan mereka terutama Azril. Bian tidak langsung memberitahu Azril di depan anak-anak kalau dia dipanggil untuk ke ruang bk. Bian memilih mendekati Azril kemudian berbisik pelan di telinganya.
"Sekarang, Bu Irma bakal tau kelakuan licik lo!"
Azril mengepalkan tangannya, dia memandang Melodi dan Bian bergantian tidak suka. Dia berdecak kesal sebelum keluar kelas.
Kelas kembali sibuk dengan kegiatan masing-masing. Begitupun Melodi yang sudah duduk di tempat duduknya, di antara siswa laki-laki di kelasnya.
Bian melihat ke arah Melodi dan kebetulan Melody juga melihat ke arahnya. Mereka bertatap sebentar sampai guru pelajaran ke delapan masuk.
*****
"Kita latihan sekarang ya." Gema dengan sangat mendadak terpaksa menyuruh ARION untuk berkumpul di studio musik sekolah.
"Kapan pun gue siap," kata Leron mantap sambil membusungkan dadanya.
"Oke deh gue juga nggak ada latihan judo sore ini." Sera duduk di sofa, melipat tangannya dan menengadah ke atas.
"Medi mana?" Hanya Rey yang sadar kalau Melodi belum datang dan berkumpul bersama mereka.
Pintu studio musik terbuka, Melodi datang dengan napas memburu. "Maaf, gue habis dari toilet. Perut gue sakit."
Karena Rey sangat perhatian kepada semua anggota ARION, dialah yang mengajukan pertanyaan pertama kali untuk Melodi.
"Lo sakit apa Med?"
"Tadi di kelas gue dikerjain temen sama Bian. Minuman kita dikasih obat pencahar Rey."
ARION berdecak kesal. Berani-beraninya mereka mengerjai Melodi.
"Udah dihukum bk kok. Yuk, mulai aja latihannya."
ARION menempatkan dirinya masing-masing meski kesal. Melodi mengambil biolanya, Leron menempatkan diri ke tempat drum di sisi kanan studio. Sedangkan Gema mengambil alih piano di samping kiri Melodi. Sera di samping kanan Melodi dan Rey duduk di kursi sebelah Sera.
Petikan gitar yang dimainkan Rey mulai terdengar, diiringi permainan piano Gema yang pas sebagai pembuka. Sedang Sera bersiap-siap masuk nada pertama. Dengan lihai suaranya mengalun indah memenuhi studio musik.
Well you only need the light
When it's burning low
Only miss the sun
When it starts to snow
Only know you love her
When you let her go
Only know you've been high
When you're feeling low
Only hate the road
When you're missin home
Only know you love her
When you let her go
And you let her go
Dengan sigap, Leron memainkan drumnya ketika waktunya lirik mulai memasuki pertengahan. Mereka bermain dengan kompak, irama yang dihasilkan sangat indah. Lagu yang mereka bawakan juga sangat pas. Kelima unsur yang mereka kuasai semuanya masuk,
Staring at the bollom
Of your glass
Hoping one day
You'll make a dream last
But dreams come slow
And they go so fast ...
You see her when
You close your eyes
Maybe one day
You'll understand why
Everything you touch ....
Surely dies
But you only need the light
When it's burning low
Only miss the sun
When it starts to snow
Only know you love her
When you let her go
Kemudian di lirik berikutnya, ARION menyanyi bersama dengan tetap Sera sebagai vokalis utamanya.
Sampai akhirnya lagu mulai selesai, Melodi memainkan biolanya. Ketika semua sudah berhenti bermain musik, tersisa Sera yang bernyanyi, suaranya memelan seiring dengan gesekan biola Melodi yang mengalun lembut.
Latihan kali ini selesai dan ARION seperti biasa selalu memukau. Andai saja di sini ada yang menonton, pasti mereka sudah bersorak riuh dari tadi.
"Gue laper." Leron mengusap-usap perutnya.
"Sayangnya lo nggak bisa makan di kafe gue Ron. Di luar hujan." Gema tersenyum miring. Sungguh mereka benar-benar jahat menurut Leron.
"Anterin gue pulang ya."
"Siap Med," jawab Gema cepat.
Tumben kali ini Sera tidak ikut membully Leron dan saat semua menoleh ke arahnya, wajah Sera memerah.
"Gue butuh air please."
ARION mengantarkan Melodi pulang setelah membelikan minum Sera. Di perjalanan, Melodi melihat dua orang yang mengendarai sepeda motor memasuki indoor futsal. Melodi kenal siluet itu, tapi apa mungkin dugaannya benar?
Kalian boleh banget ngasih masukan supaya cerita ini lebih baik ke depannya. Semoga aku bisa menuntaskan cerita ini sebelum deadline gmg challenge :)