bc

KUTAKLUKKAN MENANTU LICIKKU

book_age16+
583
FOLLOW
1.9K
READ
revenge
HE
goodgirl
drama
like
intro-logo
Blurb

Dari status w******p aku jadi tahu sifat asli menantuku. Marina, menantu yang amat kusayang dan kubanggakan itu, ternyata jahat dan licik. Bahkan tujuan utamanya menikah dengan Rifal, anakku, hanyalah untuk mendapatkan kekayaannya saja.

chap-preview
Free preview
PART 1-Wajah Asli Menantuku
Part 1 Wajah Asli Menantuku Denting jam sudah berbunyi, suara kokok ayam dipagi hari juga sudah mulai terdengar itu artinya hari sudah pagi. Aku bergegas bangun dari tempat itu dan berniat ambil wudhu untuk sholat Subuh. Sebelum aku mengambil wudhu, seperti biasa aku membereskan tempat tidur terlebih dahulu. Tak lupa juga aku mengecek ponsel barangkali ada sanak saudara yang menghubungiku, tapi ternyata tidak ada. Yang kutemukan malah status menantuku di whatshapp, isi status itu sangat menyakitkan bagiku. Sekarang aku tahu, ternyata menantuku tidak tulus merawatku selama ini, dia hanya menginginkan harta kekayaan anakku, Rifal. Aku mengabaikan status menantuku itu, aku kembali melanjutkan niatku untuk mengambil air wudhu sebelum matahari berhasil terbit dan menyinari bumi dengan sinarnya. Rumahku tidak begitu besar sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di kamar mandi. Didalam pikiranku masih terlintas status menantuku itu, sungguh sakit rasanya. Menantu yang selama ini sudah kuanggao sebagai putri kandungku sendiri ternyata hanya memanfaatkan kebaikan ku saja. k*****a lagi status itu. [Punya mertua nggak peka banget sih. Minta dirawat terus lukanya. Dipikir aku nggak jijik apa dengan luka diabetes. Kenapa nggak manggil perawat aja sih!] Aku terkejut membaca status w******p menantuku. "Ya Allah, tega sekali si Marina menulis seperti ini." Jemariku gemetar setelah melihat status menantuku. Rasanya kaki ini sudah tidak sanggup lagi untuk berdiri, akhirnya kuputuskan untuk kembali lagi kedalam kamar. Aku pikir dengan aku masuk kedalam kamar, aku bisa melupakan isi status itu, taoi ternyata tidak. Akhirnya aku berniat untuk keluar dari kamar lagi. Aku segera berusaha berdiri dari ranjang. Tak kuhiraukan rasa nyeri di kaki karena infeksi dan diabetes ini. Aku pun keluar kamar, meski harus berjalan dengan tertatih-tatih, sembari berpegangan pada tembok, tujuanku tentunya adalah kamar menantuku. "Mar...." ucapku lirih, saat tengah berada di depan pintu kamarnya. Tak kudengar sahutan dari Marina, saat ingin masuk, aku pun mengurungkan niat, karena kudengar menantukun itu sedang bertelepon dengan seseorang. Pintu kamar yang sedikit terbuka, membuatku bisa mendengar apa yang dibicarakannya. "Hei mertuaku itu orangnya cerewet sekali. Aku salah milih suami. Nyesel banget. Aku juga yang selalu disuruh membersihkan luka gangrennya!" "Mana baunya nyengat banget lagi, sampai-sampai aku muntah karena tidak tahan dengan baunya. Kadang juga nih ya, aku tidak nafsu makan, karena selalu tergiang-giang luka gnagrennya itu!" Hatiku terasa langsung mencelos, sakit sekali. Di depan Rifal dan kedua kakaknya, dia teramat baik. Tapi kenapa sekarang seperti ini? Tanpa sadar aku terus menguping pembicaraan menantuku yang entah dengan siapa itu. "Hahaha, iya aku memang beg*. Dulu aku menikah dengan mas Rifal karena dia anak orang terkaya di kampung ini. Sawahnya tiga hektar dan punya kolam pemancingan. Lumayan kalau entar mertuaku mati, mas Rifal pasti dapat warisan." "Iyalah. Aku berharap mertuaku cepet mati saja. Enak kan dapat warisan. Daripada aku merawat lukanya terus. Mana bau banget!" Aku menggigil mendengar obrolan menantuku. Ternyata dia sangat ingin aku mati! Tega sekali. Aku terus saja menguping pembicaraan Marina itu, meski rasanya hati ini tak kuat lagi, tak kuasa mendengar semua ucapannya. "Caranya? Gampang! Dia kan seharusnya kuberi masakan dengan gula diet, tetap saja kuberikan dia gula biasa." Aku terhenyak. Ternyata itu yang dilakukan Marina selama ini, hingga sakitku tak kunjung membaik. Sampai tanpa sadar ponsel terjatuh dari tangan. Dengan cepat aku memungut ponselku dan mendekapnya. Berharap Marina tidak mendengar suara ponsel jatuh tadi. Beberapa saat tak lagi kudengar suara Marina, kudekatkan kepala dan semakin menempelkan telinga ke daun pintu yang tidak tertutup rapat itu. Hening. Tidak terdengar apapun lagi dari dalam sana. "Aduh!" pekikku. Aku nyaris terjatuh terjerembab saat pintu ditarik kasar oleh Marina. "Ibu! Kenapa di depan kamar saya?!" ucap Marina kasar sambil membelalakkan mata padaku. Aku terkejut karena ternya Marina sudah ada di depanku. "Ibu ...," Belum sempat aku menjawab, Marina sudah menarik tanganku kasar. "Nguping ya? Iya?! Ibu kok gini sih sama mantu? Oh, Rinda tahu, mentang-mentang Marina numpang disini, jadi menurut Ibu, Marina tidak perlu mempunyai privasi?" Marina semakin berani sambil terus menatap tajam kepadaku. 'Ya Allah, sakit sekali dibentak menantu sendiri,' gumamku dalam hati. "Ibu cuma mau nanya status kamu di w******p tentang Ibu. Tidak enak kalau dibaca oleh saudara." Aku pun langsung mengatakan apa adanya pada Marina. 'Kukira Marina akan takut dan langsung meminta maaf tentang statusnya. Tapi aku salah.' "Status w******p saya? Coba yang mana? Bisa tunjukkan kalau memang Ibu tidak sedang memfitnah saya?!" sungut Marina. 'Ya Allah, berani sekali dia berkacak pinggang padaku. Ibu dari suaminya.' Aku segera menunjukkan ponsel yang kudekap. Lalu membuka whatsappnya. 'Loh, kok kosong?' Aku menelan ludah. Pasti aku dikira memfitnah. "Mana Bu? Hm?!" Marina mendekat dan berdiri tepat di sampingku. "Kok diam? Mana status w******p saya yang kata ibu tidak enak dibaca saudara?" Marina menatap tajam. Dengan kedua tangan menyilang di d**a. "Ini balasan atas jerih payah Marina yang telah merawat dengan ikhlas luka gangren ibu?" Pandangan Marina seolah-olah ingin menelanku. "Bukan begitu. Tadi itu ibu ...," "Halah! Bilang saja Ibu mau memfitnah saya di depan Mas Rifal! Iya kan?! Ngaku saja!" Dia masih saja terus membentak sambil berkacak pinggang. "Tidak, Marina. Ibu tidak bermaksud seperti itu," jawabku sembari menundukkan kepala karena takut. "Bohong! Awas saja kalau sampai Ibu bilang ke Mas Rifal!" Dia memberiku ancaman supaya takut. "Iya Marina, Ibu janji," Dengan terpaksa aku berjanji padanya, tapi aku juga berjanji pada diriku sendiri, aku akan memberitahu pada Rifal jika waktunya sudah tepat. "Dengar ya Bu! Sebenarnya aku tidak sudi menikah dengan Mas Rifal kalau dia miskin, apalagi dia punya Ibu penyakitan sepertimu ini," "Kalau Mas Rifal tidak kaya aku tidak akan menikahinya, apalagi aku ini kan cantik pasti ada banyak laki-laki yang mau diluar sana yang lebih kaya dan ganteng dari Mas Rifal." Marina kembali berbicara sambil berkacak pinggang. Aku hanya bisa menangis didepan Marina, karena aku memang tidak mau membuat suasana semakin kacau dan panas. Aku mengalah juga demi kebaikan hubungan rumah tangga Marina dan Rifal, anakku. "Ada apa ini?" Suara Rifal tiba-tiba terdengar. Dan membuyarkan suasana tegang aku dan Marina. Sontak aku dan dia melihat kearah Rifal. Tak lupa juga kuusap air mata, agar Rifal tidak khawatir. Rifal membuka pintu depan. Wajahnya merah terbakar. Seperti sedang menahan amarah yang begitu jelas terlihat.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
14.3K
bc

My Secret Little Wife

read
100.8K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
191.9K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
208.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.8K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook