Part 29 Kedatangan Marina

1009 Words
Part 29 Kedatangan Marina "Mas!" Marina tiba-tiba datang dan memanggil Rifal. Sontak aku dan Rifal terkejut. Aku dan Rifal menoleh ke arah Marina. "Kamu kagetin aja sih," ucap Rifal pada Marina. Aku masih tetap melihat ke arah Marina. Marina berjalan ke arahku dan Rifal, sambil berkata, "tadi Mas nambahin ongkos sopirnya?" Marina bertanya pada Rifal. "Iya Dek memangnya kenapa?" Rifal balik bertanya pada si Marina, aku hanya melihat mereka berdua tidak mau ikit urusan mereka berdua. Marina mengambil duduk di depanku dan juga di depan Rifal, dia terlihat kesal, "kan tadi sudah dikasih uang ongkos sama Ibu Mas, kenapa harus ditambahin lagi sih?" Marina bertanya kepada Rifal lagi dan dengan wajah yang terlihat kesal dan marah pada Rifal. Rifal ingin berdiri untuk menghampiri Marina yang tidak berada jauh darinya, "hati-hati Fal." Aku membantu Rifal untuk berdiri. "Terimakasih Bu," jawab Rifal padaku, aku hanya menganggukkan kepala sebagai balasan. Lalu Rifal berjalan dengan satu tongkat perlahan menuju duduk Marina. "Tidak apa-apa Dek, itu sebagai bentuk peduli kita terhadap sesama manusia harus saling tolong menolong," jelas Rifal pada Marina sambil mengelus ujung rambut Marina mesra. Aku yang melihatnya merasa trenyuh dan menyesal kenapa Rifal harus ditakdirkan dengan wanita seperti Marina itu. "Tapi kan itu namanya pemborosan, Mas," jawab Marina sambil melepas tangan Rifal yang berada di ujung rambutnya kasar. "Hehehe, kamu tenang saja Dek. Insyaallah Tuhan akan memberi kita rejeki dua kali lipat dari yang kita sedekahkan kepada orang lain," tutur Rifal pada Marina lagi sambil memberi sedikit tawa kecil. "Hmm," jawab Marina singkat dengan bibirnya yang mulai manyun seperti itik. "Iya Mar, yang dikatakan oleh Rifal itu ada benarnya kok jadi kamu jangan khawatir kalo harta kita akan habis karena kita sedekahkan," sautku pada Marina. Dia terlihat melotot kearahku dengan kedua tangan dilipat di depan d**a tanda tak suka. Marina tidak membalas ucapanku sama sekali. "Iya betul itu Bu," saut Rifal karena memang Marina tidak membalas ucapanku tadi. "Yasudah, lain kali jangan seperti dulu ya Mas. Kalo mau sedekah kasih tau ke aku dulu. Awas aja kalo sampai nggk bilang ke aku!" Marina kembali menghadap ke arah Rifal sambil mengacungkan jari telunjuknya tepat di depan wajah Rifal. "Iya istriku tersayang," jawab Rifal sambil memegang kedua tangan Marina dengan mesra dan lembut. Aku tersenyum, akhirnya hati Marina luluh juga dengan ucapan Rifal dan perkataannya yang mesra dan lembut pada Marina. "Yaudah, kamu mau makan apa biar aku masakin?" Marina tiba-tiba bertanya pada Rifal meski masih dengan bibir manyun dan wajah yang masih terlihat kesal. "Jangan manyun terus dong, kan jelek jadinya," jawab Rifal pada Marina. Aku terus melihat tingkah laku Marina dan Rifal yang masih sama seperti layaknya anak kecil yang sedang bertengkar. "Iya, iya jadi mau makan apa?" Marina kembali bertanya pada Rifal. "Buatin aku nasi goreng aja ya, sekalian sama Ibu juga ya," jawab Rifal sambil tersenyum. "Ok, aku buatin dulu," jawab Marina. Lalu dia beranjak berdiri dan berjalan ke arah dapur. Belum sampai ke dapur, Rifal tiba-tiba memanggilnya lagi, "jangan lupa kopi untuk Mas dan teh untuk Ibu ya Dek," tambah Rifal. Aku kaget dengan ucapan Rifal. "Bisa mati aku kalo minum teh buatan Marina," batinku dalam hati. Gegas aku berkata pada Rifal, "tidak usah Fal, nanti biar Putri yang buatkan Ibu teh. Sekarang kopi saja untukmu," ucapku pada Rifal. Dan Rifal pun mengiyakan, lalu aku melihat ke arah Marina dia sedikit melirik padaku. "Tidak apa-apa Bu, biar Marina buatkan sekalian," saut Marina dengan memasang senyum palsunya padaku. "Iya Bu, temani Rifal disini ya," tambah Rifal. Aku dengan terpaksa mengiyakan omongan Rifal, karena aku tidak mau terjadi apa-apa padaku dan juga Rifal jika aku menolak kemauan si perempuan licik, Marina, itu. Aku takut dia akan berbuat yang aneh-aneh padaku dan Rifal. Cukup aku saja yang dia permainkan tapi jangan anakku, Rifal. Lalu Marina melanjutkan langkahnya untuk menuju ke dapur. Aku melihat Putri juga ikut masuk ke dalam dapur. "Syukurlah Putri juga ada disana, pasti dia sudah mendengar obrolanku tadi, dan dia langsung bergegas mengikuti Marina ke dapur," batinku dalam hati sambil tersenyum. Rifal melihat ke arahku, "Ibu kenapa senyum-senyum sendiri Bu?" Rifal bertanya padaku kenapa aku tersenyum sendiri tanpa ada sebab. "Eh, tidak kok Fal. Ibu cuman kagum saja sama Marina, dia sangat baik ya, dia juga tidak mengeluh kalau harus mengurus Ibu dan juga kamu," tegasku pada Rifal agar dia tidak curiga. "Iya Bu. Ibu benar, taoi sebenarnya Rifal juga kasihan sama Marina. Dia harus mengurus dua orang sakit," jawab Rifal dengan memasang wajah sedihnya. Aku sedih melihat kondisi Rifal yang sekarang, "kamu tenang saja Fal disini juga ada Putri yang bisa membantu Marina. Dan Ibu yakin kamu pasti akan cepat sembuh," jawabku sambil berjalan menghampiri Rifal dan langsung memeluk Rifal. Dia menangis di pelukanku, hatiku bagai teriris begitu perih rasanya. "Iya Bu," jawab Rifal lalu memelukku dengan tangisan yang menguras air matanya. Hampir tiga puluh menit aku dan Rifal meratapi hidup, akhirnya Putri dan Marina datang membawa beberapa masakan ke ruang makan dengan aroma yang begitu menusuk ke dalam hidung. Aku bergegas membantu Rifal untuk berjalan menuju ke ruang makan. Lalu Marina menyeret kursi untuk duduk Rifal, dan Marina berganti membantu Rifal untuk duduk di kursi. Aku berjalan ke depan Rifal lalu menyeret kursi untuk duduk, begitu juga dengan Marina dan Putri. "Bu, biar Marina ambilkan ya lauknya," ucap Marina tiba-tiba sambil memegang sekangkuk sup. Marina menuangkan sup itu ke dalam piringku, "terimakasih ya Mar," jawabku pada Marina. Lalu dia beralih mengambilkan makanan untuk Rifal. "Tumben hari ini kamu masak banyak?" Rifal bertanya pada Marina. "Iya kan buat ngerayain kamu pulang dari rumah sakit Mas, sebagai tanda syukur atas kepulanganku," jawab Marina sambil mengambil sayur untuk dirinya sendiri. "Kamu juga makan ya Put, kita makan bareng-bareng," ucap Marina kepada Putri. "Baik Nyonya, terimakasih," jawab Putri sambil kengambil duduk di sebelahku. "Sama-sama Put," jawab Marina terlihat senang. Aku memandangi ke arah Marina, dia kemang terlihat sangat senajg dan bahagia. "Apa Marina sudah berubah sekarang?" Aku berpikir seperti itu di dalam benakku, "ah tidak mungkin rasanya," batinku dalam hati. "Ayo Bu dimakan," ucap Rifal membuyarkan lamunanku. "Iya Fal, kalian duluan saja," jawabku pada Rifal. "Bu?" Tiba-tiba Marina bertanya padaku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD