Part 32 Kepergok Rifal

1054 Words
Part 31 Kepergok Rifal "Kamu tidak akan pernah lepas dari cengkraman tanganku Ibu mertuaku," ucap Marina sambil melotot di depan wajahku. Dan tangannya masih mencengkram daguku. "Ibu." Tiba-tiba suara Rifal memanggilku. Aku dan Marina langsung melihat ke arah pintu, dan aku terkejut melihat Rifal ternyata sudah ada di depan pintu kamarku. "Ada apa ini Mar?" Rifal langsung menghampiri Marina dan menarik lengan tangannya dengan kasar. Aku hanya menunduk karena tak kuasa menahan deraian air mataku yang sudah aku tahan sejak tadi. "Jelaskan Mar ini ada apa!" Dengan keras dan lantang Rifal membentak Marina tepat di depan mataku sendiri. Sebejarnya aku juga tidak tega jika melihat Marina harus kena marah dari Rifal, tapi bagaimanapun juga dia memang salah. "Itu tadi Ibu minta air putih Mas," jawab Marina dengan menunduk dan sedikit terbata-bata dan menunjuk ke arahku. "Lalu kenapa kamu membentak Ibu?" Rifal sambil menunjuk ke arah Marina. "Sudah Fal, kamu cuma salah paham saja kok. Ibu dan Marina baik-baik saja," sautku pada Rofal, agar dia berhenti memarahi Marina. Bagaimanapun juga aku harus bisa bersikap adil terhadap mereka berdua. "Ibu diam saja, biar Marina yang menjelaskan langsung pada Rifal." Rifal menjawab ucapanku dengan sangat lembut, sangat berbeda sekali dengan cara dia berbicara dengan Marina tadi. Dia mengelus pundakku lembut. "Kamu cuma salah paham saja Mas, aku tidak mungkin bisa membentak Ibu karena sudah kuanggap sebagai Ibu kandungku sendiri," saut Marina sambil menunjuk kearahku. "Cukup, aku sudah dengar semuanya tadi!" Lagi-lagi Rifal membentak Marina, kali ini benar-benar sangat tegas dan lantang. Aku sampai kaget dibuatnya. "Tidak Mas," jawab Marina sambil berusaha memegang tangan Rifal, dan Rifal berhasil mengelak menjauh dari Marina. "Ikut aku sekarang!" Rifal menyeret tangan Marina dengan kasar. "Auh Mas sakit, lepasin!" Marina berteriak sakit dan berusaha melepas genggaman Rifal. Tapi begitu kuat genggaman Rifal, sehingga Marina tidak berhasil melepasnya. "Sudah ikut aku saja, jangan banyak bantah!" Rifal terus menyeret Marina dengan kasar. Akhirnya Rifal berhasil membawa Marina keluar, aku mendengar Marina terus teriak kesakitan dan meminta untuk dilepaskan. Aku mengikuti arah Rifal membawa Marina pergi. Ternyata dia membawa Marina untuk masuk ke dalam kamar, mungkin kali ini Rifal sangat marah karena sikap Marina padaku tadi. Jreettt Suara dorongan pintu sangat keras membuatku kaget, dan suara itu berasal dari kamar Rifal dan Marina. "Andai saja kamu tahu semuanya Fal, kamu pasti akan lebih marah dari ini," batinku dalam hati. Aku sengaja menguping pembicaraan mereka di selah-selah pintu, dan bisa ku dengar jelas bagaimana Rifal memarahi Marina. "Kamu tidak tau diuntung ya, Ibu sudah menganggapmu seoerti anak sendiri. Tapi apa balasanmu?" Aku mendengar Rifal berteriak pada Marina. "Kamu salah paham Mas, aku tadi tidak bermaksud untuk membentak Ibu," jawab Marina terdengar seperti sedang menangis. "Lalu apa?" Rifal kembali berteriak, aku yang mendengar dari luar saja sangat takut apalagi jika aku harus menjadi Marina pasti sangat ketakutan aku di dalam sana. "Bu, Ibu lagi ngapain disini?" Tiba-tiba aku di kagetkan dejgan tepukan di pundakku sebelah kanan, aku menoleh ke belakang ternyata Putri lah yang datang. "Putri?" Aku kaget dibuatnya. "Iya Bu, ada apa Bu kok teriak-teriak sepertinya?" Putri bertanya padaku sambil menunjuk ke arah kamar Rifal dan Marina. Mungkin dia keganggu karena memang suara Rifal kali ini sangat keras dan mengganggu di telinga jika di dengar. "Rifal lagi marah-marah sama Marina karena dia ketauan sama Rifal sudah membentakku di dalam kamar," jelasku pada Put Dan Putri menganggukkan kepala tanda paham apa yang aku bicarakan. "Kasihan Nyonya Marina ya Bu!" Putri merasa kasihan pada Marina. "Iya Ibu sebenarnya juga kasihan Put, tapi dia sendiri yang membuat masalah. Ya inilah hadiahnya," jelasku pada Putri. Akhirnya aku dan Putri menguping pembicaraan antara Rifal dan Marina di dalam kamar sana. Sudah hampir setemgah jam Rifal memarahi Marina, tapi belum juga usai. "Auh." Tiba-tiba aku merasa kakiku sangat nyeri dan sakit. Putri dengan sigap langsung memegang pundakku dengan kedua tangannya, "Ibu kenapa?" ucap Putri sambil mengecek ke arah kaki ku. "Auh, sakit Put," jawabku sambil menahan rasa sakit di kaki ku. "Duduk dulu Bu," jawab Putri sambil membawaku untuk berjalan menuju kursi yang memang berada tidak jauh dariku dan Putri. Aku mengikuti langkah Putri sambil dibantu oleh Putri. Setelah sampai di kursi, Putri berbicara padaku, "tunggu sebentar ya Bu, Putri ambilkan kotak obat dulu!" Lalu dia berlalu pergi untuk mengambil kotak yang memang berisi keperluan lukaku seperti obat-obatku dan yang lainnya. Aku hanya menjawab dengan anggukan saja, karena memang aku sudah tidak kuat menahan sakit di kaki ku. "Sini Bu biar Putri lihat dulu!" Putri membawa kotak obat itu dan langsung mengangkat kaki ku dengan perlahan dan lembut. "Hati-hati Put, sakit," ucapku pada Putri agar dia lebih berhati-hati lagi dengan wajah menahan rasa sakit. "Luka Ibu dari tadi siang belum diobati dan juga belum diganti perbannya, makanya ini dia kering Bu dan dibuat gerak banyak jadi dia buka lagi lukanya," ucap Putri sambil membuka perlahan perbanku dengan diberi alkohol sedikit demi sedikit. "Iya Put, Ibu capek jadi tidak sempat mengganti perbannya," jawabku sambil menahan rasa sakit dari sisa-sisa luka yang menempel di perban. "Putri kasih alkohol Bu, tolong tahan sebentar ya Bu!" Putri berkata padaku. "Iya Put," jawabku sambil memegang kakiku bagian atas dan memejamkan mata untuk mengambil kekuatan. "Ibu tadi sudah minum obat?" Putri bertanya padaku. "Ya Allah, Ibu sampai lupa Put. Untung saja kamu ingatkan, makanya kok lukanya jadi sakit," ucapku pada Putri. Putri selesai mengganti perbanku, dan membereskan semuanya lalu berdiri, "kalau begitu Putri ambilkan obatnya ya Bu," ucap Putri padaku sambip membawa kotak obat yang sudah selesai. "Iya Put," jawabku singkat. "Mari Putri bantu ke kamar Bu!" ucap Putri padaku sambil menyodorkam kedua tangannya di depanku dan sedikit membungkukkan badannya ke depan. "Disini saja Put, Ibu mau mengawasi Rifal dan Marina," jawabku sambil menunjuk ke arah kamar Rifal dan Marina. "Ibu istirahat saja dulu di dalam kamar, nanti biar Putri taruh hp Putri disini untuk merekam semuanya," jawab Putri sambio menyodorkan kedua tangannya padaku. "Kamu serius Put?" jawabku balik bertanya untuk memastikan. "Iya Bu, mari Putri bantu, Ibu harus istirahat yang cukup agar tidak drop," jawab Putri. Aku lalu berdiri dari tempat dudukku, dan meraih uluran tangan dari Putri. Lalu aku berjalan perlahan dibantu oleh Putri. Akhirnya aku sampai di depan kamarku, Putri membuka gagang pintu kamarku. "Bu!" Ketika aku ingin masuk pintu, tiba-tiba suara Rifal sedang memanggilku dari belakang. Aku dan Putri langsung berbalik menghadap ke belakang. Aku melihat Rifal sedang menangis sesenggukan sambil berdiri sedikit terhuyung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD