Pilihan Bagas

1053 Words
"Mama ... Mama ... ayo kita jalan-jalan! Papa sudah pulang, Yeay ...," seru Rindu menyerbu masuk ke dapur. "Putri cantik Papa sudah wangi," ucap Bagas mengangkat Rindu dan memutarnya. "Papa, ayo jalan-jalan! Papa kita ke taman mini, Ndu mau poto di rumah yang beda-beda. Ndu mau naik kereta gantung. Ndu mau kunjungi semuanya. Minggu kemarin Rachel dari sana, potonya bagus-bagus, Pa," ucap Rindu bersemangat. Gadis cilik itu akan terus bicara jika tidak dihentikan. "Okay, Papa mandi dulu. Setelah itu kita sarapan and go!" ucap Bagas tak kalah semangat dengan putrinya. Kali ini Melani harus lebih bersabar dan mengalah lagi. Dia tidak bisa melihat Rindu kecewa jika harus membatalkan acara jalan-jalan dengan Papanya. "Mama, kita jadi ke taman mini yeay ... aku harus memberitahu Rachel kalau Papaku juga akan mengajak jalan-jalan ke Taman Mini Indonesia Indah," ucap Rindu. "Iya, Sayang. Beritahunya besok saja di sekolah, ya!" usul Melani. "Aye aye Captain." Rindu yang bersemangat terus berceloteh menemani ibunya di dapur. Saat anak itu merasa senang ia tidak akan berhenti bicara dan bergerak ke sana kemari. Melani kembali bersyukur masih diberi kewarasan tidak meneruskan aksi bunuh dirinya malam itu. Dia terlalu bodoh jika sampai meninggalkan anak secantik dan sepintar Rindu. "Panggil Papa, bilang sarapan sudah siap. Sebelum pergi jalan-jalan kita tetap harus pergi ke dokter gigi dulu. Mama gak mau malam-malam kamu nangis lagi karena gigimu sakit." "Baik, Ma. Tapi ... sakit tidak ke dokter gigi?" tanya Rindu dengan wajah sendu. "Tidak, Sayang. Justru kalau tidak ke dokter, gigimu akan sakit lagi dan lagi. Kamu mau begitu?" "Nggak mau ...." "Nah, kalau begitu sekarang panggil Papa, kita sarapan lalu ke dokter gigi. Setelah itu kita bisa jalan-jalan seharian." "Hmm ... okay," jawab Rindu kemudian dia berlari ke kamar sang Papa. Sayup-sayup Melani bisa mendengar suara anaknya yang memanggil Papa begitu kencang. Melani tersenyum getir, dia ingin meninggalkan Bagas namun takut jika Rindu akan kehilangan sosok seorang ayah. Saat masih kecil dia merasakan betapa beratnya hidup tanpa seorang ayah. Dia tidak mau Rindu mengalami apa yang ia derita saat masih kecil dulu. Tapi bertahan dengan Bagas ... entah sampai kapan dia mampu menanggung kepahitan dikhianati. "Aaa ... Mama tolong aku dibawa raksasa aaa ...," seru Rindu dipanggul Bagas di atas bahu. Dia berteriak namun tertawa senang. "Hei, Papa bukan raksasa. Papa adalah ksatria yang menyelamatkan tuan putri dari naga raksasa," ucap Bagas sedikit merajuk pada putrinya. "Ha ha ha ... Papa ksatria raksasa." Bagas berjalan memutar-mutar putrinya hingga Rindu kembali menjerit kegirangan. Gambaran ayah dan anak yang sangat harmonis. Melani sangat tersentuh melihatnya. Sesuatu yang tidak pernah ia rasakan saat masih kecil. Melani melupakan rasa sakit hatinya pada Bagas dan ikut tertawa bersama mereka. Bagas semakin senang melihat Melani yang sudah bisa tertawa. Dia selalu bisa membuatnya memaafkan apapun kesalahan yang ia buat. Bagas yakin selama ada Rindu dia akan selalu bisa membuat Melani tetap berada di sisinya. Melani akan takluk selama Bagas membuat Rindu senang. Itulah kenapa Bagas sangat menyayangi dan memanjakan Rindu. "Sudah-sudah, ayo makan dulu!" ucap Melani. Mereka bertiga makan dengan harmonis, senyum terus mengembang di wajah Rindu dan Bagas. Drrt drrt Getar ponsel Bagas yang tidak mengaktifkan nada dering. Panggilan dari orang berinisial K membuat wajah Bagas berubah seketika. Dia menghentikan acara makanya lalu mengangkat telepon dengan berjalan menjauh dari meja makan. Wajah Rindu juga seketika berubah mendung. Saat ada telepon yang membuat ayahnya menghindar untuk menerimanya maka biasanya ayahnya harus pergi dari rumah. Entah itu urusan perusahaan atau hal pentyyang lain. Anak kecil seperti Rindu bahkan sudah hapal polah Bagas apalagi Melani? "Hmm ... Rindu, Sayang. Papa ...," ucap Bagas setelah selesai menerima telepon. "Papa mau pergi? Apa urusan mendadak? Sangat penting dan darurat?" tanya Rindu dengan wajah marah dan sedih. "Sayang, kau tahu kan Papa adalah orang penting di perusahaan. Jadi jika ada sesuatu yang darurat maka Papa harus turun tangan," ujar Bagas menjelaskan. Melani hanya memperhatikan bagaimana sang suami mencoba menghibur Rindu. Sesekali Bagas melirik Melani berharap istrinya mau membujuk anaknya namun Melani berlagak bodoh dan acuh tak acuh. Melani memberikan kesempatan terakhir pada Bagas. Jika kali ini dia bersedia meninggalkan kesenangannya sendiri untuk memenuhi janjinya pada Rindu, Melani akan menutup mata pada kesalahan Bagas yang telah lalu. Tetapi jika suaminya berkeras pergi maka Melani akan berhenti berharap pada suaminya. Melani tahu dengan pasti, urusan kantor yang dibicarakan Bagas hanya alasan. Urusan sebenarnya tidak jauh-jauh dari bersenang-senang dan wanita. Melani juga sudah tahu siapa orang berinisial K yang barusan memanggil Bagas. Partner in crime yang kemana-mana selalu bersama berburu kesenangan duniawi. "Papa antar ke dokter gigi, ya? Besok Papa janji kita akan jalan-jalan seharian penuh," ucap Bagas. Wajah Rindu semakin mendung, dia sudah sangat berharap bisa jalan-jalan bersama ayahnya. Dia juga ingin memamerkan potonya berlibur dengan Papa. Bukan tanpa alasan Rindu ingin berlibur dengan Papanya. Gadis cilik itu kerap diledek teman-temannya yang iri dengan kepandaian Rindu di kelas. Mereka mengatakan banyak hal buruk tentang Papa Rindu untuk melampiaskan rasa dengki. Salah satunya Rachel, gadis cilik itu kerap memamerkan Poto liburan dengan sang ayah. Dia akan bercerita tentang banyak hal mengenai ayahnya. "Papa janji seperti ini seminggu yang lalu. Papa janji bawa Rindu ke Taman Mini, ke Museum, ke pantai. Dan sekarang Papa mau janji bawa Ndu kemana?" tanya Rindu. Gadis cilik yang sudah fasih bicara. Bagas menyadari dirinya memang bersalah, tapi kesempatan kali ini jarang datang. Temanya bilang akan ada DJ dari luar negri yang sangat sexy. Bagas sangat bersemangat mendengarnya. Dia senang dengan gadis-gadis sexy dan energik. "Ndu, Sayang. Papa janji ini yang terakhir. Besok kamu boleh pilih sendiri kemanapun Ndu mau, Papa akan turuti. Okay?" rayu Bagas. Mata Bagas bersinar penuh kemenangan saat anaknya akhirnya mengangguk setuju. Bagas memeluk putrinya dan mengangkatnya tinggi-tinggi. "Anak Papa memang paling cantik dan pintar," ucap Bagas. "Mel, aku minta maaf sekali lagi. Kau bilang sudah memesan jemputan kan? Ini sangat mendesak, aku harus ke kota lain pagi ini. Aku akan pulang secepatnya. Bersenang-senanglah dengan Rindu hari ini. Besok kita pergi bersama," ucap Bagas. Melani tersenyum getir, bagaimanapun Bagas sudah memilih jadi dia harus menerima konsekuensi dari pilihannya. Begitu suaminya melangkah keluar dari rumah ini maka dirinya hanya akan menjadi istri Bagas sebatas status. Bersambung Ges, bantu tap love ceritaku yang lain, ya. Masih free coin. 1. Her Uncle, up date rutin mulai bulan Oktober 2. Amadea The Eternal Ice Crown, sudah up date. Cerita fantasy. 3. My Buluk Boss Terima kasih
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD