Chapter 17 - AARON

918 Words
"Perangilah dunia untuk diriku. Bertarunglah melawan musuh-musuhmu. Arungi samudera, taklukkan binatang-binatang buas yang ada di lautan dan daratan. Kemudian datanglah kepadaku. Aku akan menjadi pendamping hidupmu hingga akhir hayatku." [William Shakespeare] ••••• Darren Morrano Smith pov "Ambil nafas dari hidung, lepaskan pelan-pelan dari mulut bu," instruksi dokter. Sekarang Diana sedang melakukan persalinan normal. Tidak ada hal yang membuat dirinya melakukan cesar. "Sakit______," teriak Diana. Dari tadi dia terus meremas lenganku. Ya, aku sudah berada di rumah sakit tempat diana akan melahirkan. Untung saja jalanan tidak sedang macet, jadi aku bisa memacu mobilku lebih kencang. Sehingga sepuluh menit yang lalu aku sudah berada di sini, menemani Diana. Begitu aku sampai rumah sakit, bu Retno dan mbak Sekar pamit untuk pulang. Aku tidak sanggup berkata-kata. Yang kulakukan hanya mengusap peluh dan memegangi tubuhnya. Sungguh perjuangan yang luar biasa. Aku sebenarnya tidak tega melihat Diana kesakitan, tapi aku lebih tidak tega lagi bila membiarkan dia berjuang melawan kesakitan itu sendirian. "Kepalanya sudah mau keluar bu, ayo lebih semangat lagi," lanjut Dokter yang antusias, memberi semangat pada Diana. Aku terus merapalkan berbagai doa dalam batinku. Beberapa saat kemudian. Oeekk....oeekk.... "Bayinya laki-laki, sehat dan kuat," kata Dokter dengan menggendong bayi mungil yang berlumuran darah itu. Aku terharu, sekaligus bahagia mendengar tangisnya. "Bapak dimohon untuk keluar dulu, kami akan membersihkan ibu dan anak!" perintah suster. Aku mengecup kening Diana dan keluar. Dia terlihat sangat kelelahan. *** "Kamu lapar nggak? Aku suapin ya," tawarku pada Diana. Kini Diana sudah dipindahkan dari ruang persalinan ke ruang perawatan. "Nggak enak," jawabnya sambil menggeleng. "Maunya apa? Gado-gado mau atau salad, atau mau apa? Kata dokter tadi harus makan yang banyak sayurnya, biar asinya lancar." "Mau minum," kata diana. Tanggannya mencoba meraih air dalam gelas yang terletak di nakas samping tempat tidur. Aku yang melihat itu langsung mengambilnya. Bangun mencoba membangunkan Diana dari posisi tidurnya. Dia masih lemas hanya untuk mengangkat tubuhnya sendiri. Perlahan dia meminum air putih itu. "Jadi mau makan apa?" tanya ku sembari membantunya berbaring kembali. "Apa aja yang penting bukan makanan rumah sakit," jawab Diana. "Kamu tunggu sebentar, aku beliin. Sekalian mau nitip apa gitu nggak, mumpung keluar?" "Ambilin baju baju sekalian! Nggak nyaman pake baju rumah sakit." *** Sebelum kembali ke rumah sakit, aku membelokkan mobilku pada sebuah toko perlengkapan bayi. Ada banyak baju yang ku beli. Selama ini aku tidak membelikannya baju karena aku belum tahu jenis kelaminnya. Karena sekarang sudah tahu dan si anak juga sudah lahir, maka aku membelikannya banyak. Untuk urusan perlengkapan lain, biarlah nanti saja belinya. Aku tidak tega meninggalkan Diana di rumah sakit sendirian. Apalagi dia masih belum bisa apa-apa, kemana-mana perlu bantuan orang lain. "Makan sekarang aja ya di, aku suapin," ujarku sambil membukakan makanan yang ada di dalam sterofoam putih. Aku membelikan gado-gado dengan ekstra sayur. "Kok gado-gado?" tanya Diana heran. Dia melihatku menuangkan saos kacang dalam plastik ke sayur. "Tadi kata kamu terserah." "Ya tapi aku nggak suka sayur, buang aja beliin lagi yang nggak ada sayurnya," katanya membuang muka. "Coba aja dulu ya, enak ini. Kata dokter harus banyak makan sayur." Aku menyuapi layaknya anak kecil yang tidak mau makan. "Nggak mau!" bentak Diana. Dia menumpahkan makanan yang aku bawa. "Diana!" Aku membentaknya. Sorot mataku tajam menyiratkan amarah padanya. "Permisi, waktunya pemberian ASI ibu," suara Suster menginterupsi kami. Suster itu membawa bayiku yang sudah dibedong. Aku pun berlalu mendekati suster untuk mengambil anakku. Emosiku memudar karena melihat senyumnya. Alis, hidung, dan bibir mirip denganku. Sedangkan matanya menuruni mata Diana, coklat. Setelah memberikan bayi itu padaku, suster berpamitan meninggalkan kami. "Diana, kamu kasih ASI dulu ya," kataku sambil menimang-nimang bayi mungil itu. "Nggak mau!" Bayi kecil itu menangis mendengar Diana mengucap dengan nada meninggi. Mungkin saja dia kaget. "Tapi adek butuh makanan," ujarku melembut sambil menenangkan bayiku. Aku tau dia masih emosi. "Kasih s**u formula aja." Aku mendekatkan bayiku di samping tubuh Diana. Diana belum melihat bayi ini sejak dilahirkan, aku ingin dia melihatnya. "Jauhin dari aku! aku mau istirahat." Diana mulai memejamkan matanya tanpa melihat bayiku. Kurasa percuma memaksa Diana. Dia sedang dalam keadaan yang tidak baik. Jadi kuputuskan untuk membawanya kembali pada suster. Aku meminta agar sementara Adek bayi diberikan s**u formula saja. Tanpa banyak komentar, suster pun mengikuti permintaanku. Aku kembali ke ruangan Diana bersama seorang OB yang kuminta untuk membersihkan tumpahan gado-gado. Diana mengedipkan matanya, oh ternyata dia hanya pura-pura tertidur. "Diana, jadi kamu mau makan apa? Jangan bilang terserah lagi!" Aku duduk di kursi sebelah tempat tidur pasien. "Aku tau kamu belum tidur," lanjutku. Diana mulai membuka matanya. "Seafood," jawab Diana. "Oke aku beliin, tapi harus dimakan," ancamku. Diana mengangguk. *** Diana memakan seafood yang aku belikan dengan lahapnya. Bahkan nasinya sampai habis tak bersisa. Kontras dengan Diana yang selama ini makan dengan porsi yang kecil. Sepertinya ini efek melahirkan, cadangan tenanganya habis untuk mengejan. "Lain kali aku nggak suka kamu marah kaya tadi depan adek," kataku memulai pembicaraan saat dia membersihkan bungkus makanan. "Hmm." Aku mengambil sampah itu dan membuangnya di tempat sampah yang ada di sisi pojok kamar. "Kamu ada ide nama buat anak kita?" tanyaku. Diana menggeleng, "nggak." "Kalau aku aja yang kasih nama boleh?" tanyaku. "Bolehlah, itukan anak kamu," jawabnya ketus. "Aaron Morrano Smith. Bagus nggak? Setuju?" tanya meminta pendapat Diana. "Bagus. Terserah kamu aja gimana enaknya. Aku setuju." "Mungkin kamu nambahin nama marga kamu, Soerjodiningrat?" "Nggak! diakan anak kamu, marga kamu yang lebih berhak untuk disematkan dalam namanya," ujar Diana. ••••• Sorry Typo ? WARNING !!! Jangan lupa tekan ? True Love ©2020 laelanhyt All rights reserved
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD