bc

Get Married (Indonesia)

book_age12+
4.8K
FOLLOW
26.1K
READ
love after marriage
friends to lovers
goodgirl
badgirl
kickass heroine
drama
comedy
sweet
like
intro-logo
Blurb

Sashi dan Kavin sudah berteman sejak dulu. Selain rumah yang bersebelahan, mereka juga sering bareng ke mana pun. Suatu saat, bencana besar menerjang keduanya. Mereka dijodohkan dan diminta segera menikah setelah lulus SMA. Sashi nggak mau dong, tapi Kavin malah setuju!

Jadinya, Sashi benci Kavin. Soalnya Kavin tahu kalau selama ini Sashi naksir berat sama Darris, saudara kandung Kavin yang cogan banget. Tapi, kenapa Kavin setuju sih?

Pokoknya, Sashi benci Kavin. Titik!

chap-preview
Free preview
Masa kecil Aci dan Apin
☆ Masa kecil Aci dan Apin ☆ Kavin memainkan biolanya tepat di depan jendela kamar Sashi. Gadis berkucir dua itu sudah tidur sejak mendengar alunan melodi yang Kavin mainkan. Kavin tersenyum, lalu menepuk-nepuk pundak Sashi dengan lembut. Sebenarnya, sih, dia tidak tega membangunkan Sashi. Tapi, gimana dong, ini sudah malam dan Sashi tidak mungkin tidur di pinggir jendela sampai pagi, kan? “Aci, Aci, bangun!” bisik Kavin sambil menoel-noel pipi temben Sashi dengan tongkat biola berwarna kuning emas yang berkilauan. Sashi menggumam tidak jelas. Baru saja Kavin mau membangunkannya lagi, pintu kamar Sashi terbuka. Opanya Sashi masuk dengan langkah pelan. Ia tersenyum pada Kavin yang menatapnya takut-takut. Aduh, ini sudah keeeee-saking banyaknya Kavin nggak tau ini yang keberapa kali Opa mendapati Sashi tertidur di depan jendela. Masalahnya sih, satu ;  gara-gara Kavin mainin biola dengan lagu kesukaan Sashi, jadinya Sashi ketagihan! Dia juga pernah bilang, dia nggak bisa tidur kalau nggak dengar Kavin main biola. “Maaf, Opa,” ucap Kavin hati-hati. Ia menunduk saat mata Opa menatap ke dalam matanya. “Nggak apa-apa. Opa senang liat kamu sayang sama Aci,” balas Opa. Bibir Kavin terbuka lebar, pipinya merona merah, manik hitamnya bercahaya saat mendengar Opa mengatakan itu. “Jangan tidur malam-malam, Apin,” tegur Opa membuat Kavin tersentak. Ia menyahut pelan lalu dengan segera menutup jendela kamarnya. Opa senang liat kamu sayang sama Aci. Kavin yang masih berumur 9 tahun itu tersenyum malu-malu lalu meletakkan biolanya ke atas meja dengan hati-hati. Kata Opa, Kavin harus terus sayang sama Aci, batinnya mengingat kata-kata Opanya waktu ia masih berumur enam tahun. ☆ Waktu Sashi dan Kavin kelas delapan ☆ “Pagi, Opaaaaaaaa?” sapa Sashi setelah pintu rumah Kavin terbuka. Opa Kavin yang ubannya udah sama tebal dengan uban Opanya tersenyum manis pada Sashi. “Kavinnya masih tidur, Sashi,” kata Opa sambil menggaruk-garuk kepalanya. Sashi terkikik, lalu tetap masuk ke rumah bergaya minimalis itu. Ia mengayunkan langkah sambil bersiul kecil. Di anak tangga, ia berpapasan dengan seorang cowok berambut cokelat pirang-yang satu-satunya menjadi tujuan Sashi ke rumah ini pagi-pagi. “Kak Daaarris?” sapa Sashi sambil menggigiti kukunya. Ugh! Kak Darris ganteng banget, sih? Keren banget, sih? Ih, manis banget, sih? Sashi mencak-mencak sambil menggoyangkan bahu ke kanan ke kiri. Cowok yang ditaksirnya dari kelas satu SMP ini emang benar-benar keren. Darris menaikkan sebelah alisnya, ia memegang dahi Sashi dengan tangannya. “Kamu kenapa, Sas? Nggak sakit, kan?” Brak! Dalam hitungan detik Sashi udah pingsan di tempat. Nggak pingsan beneren sih, modus doang. Asik asik, pasti bentar lagi gue digendong deh sama Kak Darris! Asiiikk hikikiki.  “Loh? Sas? Aduh, nih anak kenapa lagi, sih?” gumam Darris sambil celingukan. Mama sama Papa udah pergi kerja, Opa pasti lagi minum teh di taman depan sama Opanya Sashi. Mau nggak mau, Darris harus gendong Sashi. Tapi astaga, Sashi kan gendut, cebol lagi. Darris celingukan lalu membungkuk, meraih tangan Sashi lalu menyeretnya ke dekat sofa. Dug dug dug dug. Kepala Sashi terus-terusan beradu dengan lantai. Ingin rasanya ia bangun lalu memberi tendangan super ke muka Darris yang dengan teganya menyeretnya dengan cara tidak romantis seperti ini. Darris mengusap keringat di dahinya, merapikan seragam sekolahnya lalu pergi. Sashi membuka matanya sedikit, samar-samar ia melihat punggung Darris menghilang di pintu depan. “Hueeeeeeee nyebeliiiiin!!! Berat gue kan cuma 50 kilooo! Masa Kak Darris nggak sanggup sih, gendong gue?!” omelnya lalu berlari ke kamar Kavin yang masih terkunci. “Kavin! Banguuuuun!” teriaknya dengan bibir cemberut. Nggak berapa lama, Kavin nongol dengan balutan seragam SMP. Ia menguap lebar lalu merangkul pundak Sashi. “Hari ini gue benci banget sama Kak Darris! Masa ya, tadi kan gue pura-pura pingsan! Modus gitu biar digendong, tau apa yang dilakuin kakak lo ke gue? Masa dia nyeret gue sih? Jahat banget, kan?” “Hahahah, seriusan?” “Serius lah!” “Rasakan, HUAHAHA!” Plak. Kavin cemberut waktu bibirnya ditabok Sashi dengan telapak tangannya yang lebar. “Aw, sakit! Eh, tau nggak? Tamat SMA nanti, Kak Darris pindah ke California buat ngelanjutin kuliahnya!” “HAH?” Sashi kaget dong! Ia mangap lebar sambil memegang pipi dramatis. “KAK DARRIS MAU PINDAH? TERUS GUE GIMANA DONG?” Kavin menoyor jidat Sashi lalu ngeloyor pergi. Nggak peduli dengan Sashi yang terus narik-narik celana boxer nya minta penjelasan lebih lanjut tentang kak Darris yang mau pindah setelah lulus SMA nanti. Nggak mau! Nggak rela! Kalo Kak Darris nggak di sisinya lagi, siapa yang jadi moodboster-nya? Siapaaaaaaa? “Kaviiiiiiiin! Lo nipu gue, kan? Bilang iyaaaaaa!” desak Sashi terus ngekorin Kavin ke garasi untuk mengambil motornya. “Tanya aja sama Opa kalo nggak percaya,” kata Kavin menunjuk dua kakek yang lagi duduk di bawah pohon akasia depan rumah Sashi. “Hueee, beneren ya?  Terus gue gimana dong, Vin? Kak Darris kan penerang hidup gue?” Sashi mulai lebay sambil memukul-mukul punggung Kavin. Kavin mendelik sebal dibarengi dengan bahu yang terangkat. “Kan ada gueeeeeee.” “Nggak mau! Lo item, jelek, kurus, jorok lagi!” “Dih, lo pikir lo cantik? Udah gendut, cebol, gosong, hidup lagi!” “Hueeee Kaviiiiin!” Sashi menjambak-jambak rambut Kavin saking kesalnya. “Hahaha, kan emang bener! Naik geh, telat ntar!” kata Kavin kalem. Sashi duduk di boncengan lalu memeluk pinggang Kavin. Motor bebek itu mulai meninggalkan halaman rumah. Opa Sashi berdeham setelah menyesap teh manisnya. “Masih mau melanjutkan rencana kita?” Opa Kavin tersenyum sambil menengadah, melihat langit yang cerah. “Tentu. Seperti perjanjian awal, mereka kita nikahkan setelah tamat SMA nanti.” ☆☆☆☆

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Nikah Kontrak dengan Cinta Pertama (Indonesia)

read
454.3K
bc

Suamiku Bocah SMA

read
2.6M
bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
60.7K
bc

Married With My Childhood Friend

read
44.0K
bc

JODOH SPESIAL CEO JUDES

read
289.2K
bc

Satu Jam Saja

read
593.4K
bc

Cici BenCi Uncle (Benar-benar Cinta)

read
200.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook