bc

Gege

book_age16+
678
FOLLOW
4.2K
READ
goodgirl
independent
CEO
sweet
office/work place
first love
chubby
virgin
like
intro-logo
Blurb

Gege jatuh cinta pada dua orang dalam satu waktu, yang pertama kepada Haikal, rekan kerja-nya. Dan yang kedua kepada Banyu, salah satu pria yang di kenalkan Dona padanya. Mampukah Gege menentukkan pilihannya, antara Haikal atau si kurang romantis seperti Banyu?

Update setiap hari...

***

chap-preview
Free preview
Bab 1
GEGE Aku menyukai pria memakai sepatu kulit mengkilat, memakai dasi rapi setelah disetrika, memakai kemeja yang tidak kusut dan pastinya, wangi. Satu lagi, aku menyukai pria yang memiliki senyuman lebar yang memesona. Tidak perlu setampan Leonardo DiCaprio, asalkan ia mampu mencintaiku dengan segala kekurangan yang aku miliki. Tapi, masalahnya. Tidak ada yang mampu mendekatiku lebih lama, mereka langsung menjauhiku dikencan pertama. Banyak hal yang menjadi penyebabnya, aku jerawatan, gendut, pendek, tidak fashionable, dan tidak pandai menemukan topik pembicaraan. Jadi menurutku, itulah alasan utamanya. Aku tidak sesuai dengan kriteria yang mereka cari. Seperti cantik, ramping, memiliki rambut panjang semampai, memiliki senyuman yang memesona atau memiliki selera fesyen yang sangat baik. Aku memiliki seorang Kakak perempuan, namanya Dona. Ia lebih cantik dariku, mungkin karena Dona mewarisi wajah cantik Ibuku. Sementara aku, mewarisi wajah jelek Ayahku, Maksudku wajah yang tidak terlalu tampan. Kata Ibu, aku lebih pintar dari Dona, Dona payah dalam hal akademik, tapi Dona lebih beruntung dariku, ia memiliki wajah yang cantik, semua orang menghargai dan menyukainya, Berbeda halnya denganku. Aku tidak seberuntung Dona. Ketika aku berjalan bersisian dengan Dona, semua orang akan tampak mengabaikanku, aku seolah dianggap tidak ada. Dan ketika semua orang memuji Dona akan kecantikannya, aku malah dicecar kalimat yang menyebalkan Seperti "Gege, kamu harusnya bisa ngurusin diri sendiri kaya Dona, supaya terlihat cantik." Atau seperti ini "Ih jerawatan, gendut, pendek lagi." Telinga ku sudah tebal, aku pun sudah kebal. Masa bodo dengan semua kalimat menyebalkan itu. Ketika awal-awal aku memang sering menangis, mungkin air mataku hampir habis. Tetapi sekarang aku sudah tidak perduli. Karena mencintai diri sendiri itu lebih penting dari pada mendengarkan kalimat menyebalkan dari orang yang suka sekali mengomentari hal-hal yang seharusnya tidak dikomentari. Inilah aku, Gege. Apa adanya, dan lihat! Aku cantik dengan versiku sendiri."Gege! Ingat! Besok deadline-nya, tolong segera selesaikan revisi." "Oke Pak." Yang baru saja bicara itu, adalah Rendi Agung Wijaya, CEO Wijaya Media, perusahaan penerbitan tempatku bekerja sekaligus tunangan Dona. Rendi sangat tampan, aku sempat menyukainya ketika pertama kali bertemu, tapi sayang dia memilih Dona dan akhirnya keduanya memutuskan untuk bertunangan 5 bulan yang lalu. Dan aku hanya diberi kesempatan untuk bekerja di perusahaannya, tidak begitu buruk. Meskipun tidak berhasil mendapatkan hati Rendi, setidaknya aku tidak menjadi pengangguran di umurku yang kini menginjak 24 tahun. Oh ya, di perusahaannya Rendi, aku bekerja sebagai editor akuisisi. Setiap hari aku membaca naskah yang dikirimkan para penulis. Mulai dari penulis lama hingga penulis baru. Dengan berbagai macam tipe naskah dan aku yang akan memutuskan apakah naskah yang dikirim penulis tersebut layak terbit atau tidak. Lihat! Meja kerjaku saja begitu sempit, dua tumpukan kertas hvs, tempat pensil, laptop, buku-buku yang berserakan, dan secangkir kopi yang sudah dingin. Aku menyandarkan punggungku ke sandaran kursi, dan meletakan kedua kaki ku di bangku kecil di bawah meja. Ponsel ku berdering kemudian, itu panggilan video dari Dona. "Iya Dona! Aku sedang bekerja saat ini." Wajah Dona muncul di layar ponselku "Ada yang ingin aku bicarakan." Katanya di balik sana. "Besok aku akan pulang, hari ini aku berniat untuk lembur." Kataku sekenanya "Baiklah, kalau begitu besok saja." Tut...panggilan video di tutup, dan wajah Dona hilang dari layar ponselku. "Hai." Kemudian sebuah suara tiba-tiba saja membuat mataku spontan bergerak, seorang pria menyender di depan pintu ruangan kerjaku, seraya menyilangkan kedua tangannya di bawah d**a. Dia Haikal, pria terkeren di perusahaan ini, Pimpinan Redaksi di Wijaya Media sekaligus sahabatnya Rendi. Tapi, menurutku Rendi pun kalah jika disandingkan dengannya. Rambut yang tampak klimis, wajahnya yang bersih tanpa jerawat, kulit putih, hidungnya yang mancung, bibirnya merah ceri, matanya sendu, alisnya tebal, dan ia selalu memakai sepatu kulit yang mengkilat. Sungguh! Penampilannya begitu memesona. Aku juga sempat tergila-gila padanya, bahkan hingga saat ini sebenarnya. Tetapi Haikal memiliki pacar yang sangat cantik, jika disandingkan denganku, aku berada jauh di bawahnya. Dan mustahil Haikal menyukaiku, dan pada akhirnya aku hanya bisa menganggapnya tak lebih dari hanya sekedar rekan kerja. "Oh, hai Haikal, ada apa?" Aku menegakkan punggungku, seraya sedikit berusaha memperbaiki tatanan rambutku. "Mau ikut makan siang bareng?" Suaranya seksi dan kedip matanya tidak bisa lepas dari tatapanku. "Ini sudah waktunya jam makan siang?" Tanyaku sedikit terkejut, "Ya," Haikal mengedikkan bahu. Pekerjaan membuatku lupa kalau jam makan siang sudah tiba, ku lihat jam digital yang ada di meja kerjaku, rupanya sudah pukul 12 siang dan penghuni kantor sudah mulai berangsur sepi. Aku menatap Haikal lagi "Boleh, Yuk." Jawabku seraya berdiri lalu buru-buru mengambil ponsel dan dompet di atas meja. Selanjutnya kami berjalan bersisian, aku dan Haikal yang begitu tampan dan keren. Sebenarnya, aku pertama kali berjalan berdua dengan Haikal, kami jarang mengobrol bahkan aku tidak memiliki kontak teleponnya, aku hanya bisa melihatnya sesekali dari balik kaca ruanganku. Tetapi hari Ini, Haikal mengajakku bicara, bahkan mengajakku makan bersama, bukankah ini aneh? Atau hanya perasaanku saja yang terlalu berlebihan? Ah, entahlah. "Makanan kesukaan kamu apa Ge?" Tanya Haikal kemudian, setelah posisi kami berdua berada di dalam lift untuk menuju lantai dasar. Dadaku tidak berdebar, tapi aku begitu gugup dan merasa sangat aneh berada di dalam lift, berdua saja dengan pria seperti Haikal, oh Tuhan! Ini hal paling berkesan selama aku bekerja di sini. "Umm..sushi dan pecel ayam." Jawabku dengan perasaan yang sedikit tidak karuan, Haikal tersenyum, lihat! Bahkan cara berdiri nya saja begitu keren, Dia memasukan kedua tangannya ke saku celananya, bagian lengan kemejanya dia lipat hampir sampai sikut, menunjukkan setengah bagian lengannya yang sedikit kekar dan putih bersih, terlihat begitu seksi. Dasinya yang sedikit berantakan dan caranya menatapku, membuatku ingin pingsan saat itu juga. "Sama dong, aku juga suka pecel ayam, tapi tidak suka sushi." Katanya. Aku tersenyum "Mau coba sushi?" Tanyaku menawarkan. Haikal bergridik ngeri "Tidak, aku tidak berniat untuk mencobanya." Aku tertawa kecil, sampai tidak sadar, kedua mata Haikal sedang menatap ke arahku, aku menggigit bibir bawahku setelahnya, berusaha untuk tidak balik menatapnya. Jika menatapnya, bukan hal yang tidak mungkin aku akan semakin terbawa perasaan, aku tidak ingin jatuh cinta kepada seseorang yang tidak akan pernah jatuh cinta padaku, contohnya Haikal. "Senyum kamu bagus ya Ge." Celetuk Haikal kemudian. Sungguh? Haikal adalah pria pertama yang memberikan pujian padaku, apakah ini sekedar pujian antar rekan kerja ataukah lebih? Atau...Ahhh tidak mungkin, Haikal hanya berbasa-basi, tidak lebih Gege, jangan geer. "Mata kamu juga bagus Ge." Celetuknya lagi, membuat perasaanku semakin tidak karuan, dadaku jadi berdebar dan mungkin aku telah terlanjur geer, rasanya ingin terbang ke angkasa. Lift terbuka, kami berjalan bersisian lagi untuk menuju kafetaria yang ada di sebrang jalan, sesekali aku menatapi Haikal, kami tampak seperti pasangan kekasih yang hendak makan bersama dan akan menghabiskan waktu sepanjang jam makan siang, tetapi semua bayangan itu sirna ketika aku mendapati pantulan diriku di kaca. Tubuh pendek yang sedikit gempal, wajah jerawatan, dan penampilan yang sederhana membuatku ciut, aku dan Haikal bukan pasangan yang serasi. Dia terlalu sempurna untukku atau mungkin aku yang terlalu buruk untuknya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.2K
bc

My Secret Little Wife

read
97.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.0K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook