9. Merebut Res Darinya

1709 Words
"Pertanyaan macam apa yang kau lontarkan, Lake?" tanya Ozawara sambil memukul kepala adiknya. "Aww ... Sakit, Oza," pekik Lakeswara kesakitan. Ia heran, kenapa sang kakak selalu memukulnya kalau sedang marah. "Oza, Oza, kakak, bodoh! Aku ini kakakmu dan kau tidak pernah sekali pun bersikap sopan padaku," ketus Ozawara dengan tangan yang tidak bisa berhenti menganiaya adiknya. Sejak kecil, Lakeswara hampir tidak pernah memanggil Ozawara kakak. Kecuali jika sedang di depan ayah dan ibunya. Hal itu terjadi karena perbedaan usia keduanya yang hanya selisih satu tahun saja. Bahkan, tubuh Lakeswara jauh lebih tinggi dan besar dibandingkan dengan Ozawara. Jadi, yang terlihat di sana bukan Ozawara yang menjadi seorang kakak melainkan Lakeswara. "A-aw-aww ... Apaan, sih, Za? Aku bukan anak kecil kenapa kau menjewer telingaku?" protes Lakeswara karena Ozawara tidak berhenti memperlakukannya layaknya anak kecil yang suka membuat kesalahan. "Lain kali, jangan mempertanyakan hal konyol seperti itu lagi." Ozawara beranjak duduk dan turun dari tempat tidur, "Kalau sampai kau bertanya hal seperti itu lagi. Awas saja, akan kucolok matamu!" tambahnya mengancam. "Aku serius, Oza. Kau harus memikirkan hal ini, sebelum ayah biologis Res benar-benar datang dan merebut Res darimu," ujar Lakeswara mengingatkan. Bukan tanpa alasan Lakeswara bertanya seperti itu pada Ozawara. Ia bisa melihat kemiripan yang signifikan antara Ragana dengan Reswara. Terlebih dengan kedekatan mereka layaknya sepasang ayah dan anak. Seandainya mereka berdua memang sepasang ayah dan anak. Seandainya Ragana sudah terlanjur sayang terhadap Reswara. Dan seandainya Ragana tahu bahwa Reswara putri biologisnya. Maka, apa yang akan terjadi selanjutnya? Hal itu yang Lakeswara pikirkan saat ini. "Apa hak dia merebut Res dariku, Adik bodoh?! Dia menjual benihnya dan aku membelinya dengan harga yang tidak murah. Apakah ada di luaran sana, orang yang akan mengambil barangnya kembali setelah dijual pada orang lain? Tidak ada, bukan? Jika ada, mungkin orang itu tidak memiliki urat malu lagi atau mungkin orang itu sudah gila." Tiga tahun yang lalu. Ketika Ozawara mendapat penghianatan dari kekasih sekaligus sahabatnya. Wanita itu hampir menjadi gila. Memergoki dua orang kepercayaannya sedang bermain-main di atas tempat tidur tanpa sehelai benang pun. Padahal, di keesokan harinya merupakan hari di mana Ozawara dan Christopher akan mengucapkan sumpah janji pernikahan. Karena kejadian itu, selain tidak mempercayai cinta lagi. Ozawara memutuskan untuk tidak pernah menikah. Tidak hanya berhenti di itu saja. Ozawara juga memutuskan untuk memiliki anak tanpa harus menikah dengan cara membeli benih di Bank s****a. Awalnya, ayah dan ibu Ozawara, Kanagara dan Shalom, menolak keputusan itu dengan tegas. Bagaimana bisa putri mereka satu-satunya akan memiliki anak tanpa seorang suami? Apa yang akan orang katakan nanti? Namun, melihat kondisi putri mereka yang hancur, membuat Kanagara dan Shalom menyerah dan menyetujui keputusan putrinya. Hingga pada akhirnya, lahirlah sosok mungil Reswara yang lahir dari rahim Ozawara. "Iya juga, sih. Yang kau katakan memang benar. Tapi--" Lakeswara tetap tidak bisa tenang meski apa yang sang kakak katakan benar. Karena ia berpikir, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Apa yang kita pikir tidak mungkin, suatu saat akan menjadi mungkin bagi orang lain. "Tidak ada kata tapi, Lake. Kalau dia berusaha merebut Res dariku. Kau orang pertama yang harus berdiri di depanku. Apa kau mengerti?" potong Ozawara. "Kalau masalah itu, tidak perlu kau minta pun aku akan langsung berdiri di depanmu. Akan ku hancurkan siapa saja yang berusaha merebut Res dari kita," sahut Lakeswara bertekad. Mau siapa pun ayah biologis Reswara, Lakeswara tidak peduli. Yang ia pedulikan adalah kakak dan keponakannya. Jika ada orang yang berani mengusik kehidupan tenang keluarganya. Maka, ia tidak akan segan-segan untuk menghancurkannya. "Bagus. Memang itu yang harus kau lakukan sebagai adik sekaligus paman. Ya sudah, kalau begitu aku keluar mau tidur dulu," pamit Ozawara. Wanita itu berjalan menuju pintu dan keluar. Sementara Lakeswara bergegas melompat turun dan berlarian untuk mengunci pintu. Ia takut sang kakak akan kembali dan mencekiknya lagi. "Aman, aman," lirih Lakeswara berdiri menyandarkan tubuhnya di daun pintu sambil mengusap dadanya. Ketika Lakeswara bisa bernafas dengan lega. Tiba-tiba, ia mendengar suara ketukan pintu. "Astaga, Oza! Ada apa lagi, sih? Aku cuma ingin tidur dengan tenang. Itu saja dan tidak lebih," desis Lakeswara. Suara ketukan terus terdengar dengan tempo yang cukup cepat. Mungkin orang itu sudah tidak sabar karena pemilik kamar tak kunjung membuka pintu. Dan mau tidak mau, Lakeswara pun membuka pintu. "Apalagi, sih, Za?" ketus Lakeswara menjulurkan kepalanya keluar. "Buka pintunya dulu. Ada barangku yang tertinggal di dalam," balas Ozawara berbohong. Padahal, ia ingin menyelinap masuk ke dalam karena melihat Ragana sedang berjalan menuruni tangga lantai tiga. Ia tidak ingin terpergok pria itu pergi ke kamarnya. "Barang apa? Bukankah kau tidak membawa apa pun tadi?" tanya Lakeswara curiga. "Siapa bilang? Tadi aku membawa sesuatu yang penting dan tertinggal di dalam," sanggah Ozawara. "Iya, tapi barang apa dulu? Biar aku saja yang ambilkan," tanya Lakeswara. Setidaknya, ia akan membantu untuk mencarinya agar sang kakak tidak perlu masuk ke dalam kamarnya lagi. Akan tetapi, seorang Ozawara tidak mudah untuk ditolak. Jika ia ingin masuk ke dalam dan mencarinya sendiri. Maka, itu yang harus ia lakukan alih-alih membiarkan Lakeswara mengetahui Kebohongannya. "Dasar Adik bawel! Menyingkir dari pintu atau kau akan menyesal!" ancam Ozawara sambil mendorong dahi Lakeswara. "Tidak bisa. Kau itu terlihat sangat mencurigakan dan aku tidak boleh tertipu dengan kebohonganmu," tolak Lakeswara. Jika memang ada barang penting yang tertinggal. Kenapa tidak langsung mengatakannya saja padanya? Kenapa tidak membiarkannya untuk mencari? Lakeswara yakin, ada sesuatu yang disembunyikan oleh sang kakak. "Apa kau masih tetap tidak ingin membiarkanku masuk, Lake?" tanya Ozawara menunjukkan seringaian nakal. "Astaga, Oza! Ya sudah iya, boleh. Kau boleh masuk, tapi kau harus janji tidak akan berbuat yang aneh-aneh," pinta Lakeswara agar Ozawara mau berjanji tidak akan berbuat yang tidak-tidak padanya. Bisa saja setelah masuk ke dalam Ozawara kembali mencekiknya. "Iya, Adikku sayang. Sekarang kau bisa buka pintu lebar-lebar dan aku akan masuk ke dalam sekarang juga," balas Ozawara sudah tidak sabar. Lakeswara bukannya tidak berani melawan setiap kejahilan sang kakak. Ia hanya tidak bisa membalas karena takut akan melukai kakaknya. Tentu saja karena kekuatan Ozawara tidak sebanding dengan kekuatannya. Jadi, ia lebih memilih menghindar daripada harus membalas. Setelah berada di dalam, Ozawara langsung menutup pintu dengan keras. Lalu, bergegas duduk di tepi ranjang sambil mengusap dadanya. Ia merasa lega karena Ragana tidak memergokinya keluar dari kamar Lakeswara dan masuk ke dalam kamarnya sendiri. Bisa terbongkar kebohongannya mengenai Lakeswara adalah suaminya. Sebenarnya, meskipun Ragana tahu bahwa Lakeswara bukan suaminya pun tidak masalah. Tapi masalahnya, Ozawara sudah berpikir negatif lebih dulu dan memilih berbohong. Jadi, kebohongannya harus tetap berlanjut karena sudah terlanjur. Namun, akan sampai kapan kebohongan itu terus berlangsung? "Ambil barangmu dan keluar dari sini sekarang juga," kata Lakeswara mengusir. "Tidak ada barang yang tertinggal. Aku hanya merindukanmu dan ingin tidur bersama denganmu," kilah Ozawara. "Apa kau gila?! Kita bukan anak-anak lagi dan aku tidak mau. Apa kata orang nanti kalau mereka tahu aku masih ditemani tidur," ujar Lakeswara terbelalak. "Mereka tidak akan tahu kalau kau tidak memberitahu mereka, Lake," balas Ozawara malas. "Sekali tidak, tetap tidak. Kita ini sudah dewasa dan tidak sepantasnya kita tidur bersama," tolak Lakeswara lagi dan kali ini terdengar jauh lebih tegas. "Jangan berlebihan seperti itu, Lake. Aku juga tidak berniat sama sekali untuk tetap tinggal di sini meski hanya satu detik. Tapi, keadaan lah yang memaksaku," ujar Ozawara. Keadaan di mana ia takut akan ketahuan karena telah berbohong pada Ragana. "Keadaan apa yang kau maksud, huh?! Lebih baik kau keluar sekarang sebelum aku yang menyeretmu keluar." Lakeswara sama sekali tidak mengerti ucapan kakaknya. Keadaan macam apa yang membuat Ozawara begitu memaksa untuk masuk ke dalam kamarnya? Padahal, mereka berdua selalu berakhir dalam sebuah pertengkaran jika berlama-lama bersama. "Sebentar, bawel. Tunggu sampai lima menit lagi dan aku akan keluar," balas Ozawara. Setidaknya, biarkan Ragana menjauh dari area di mana ia bisa terlihat oleh pria itu. Jadi, ia bisa mengendap-endap pergi ke kamarnya. "Tidak ada kata sebentar. Pokoknya keluar sekarang karena aku mau tidur," kekeh Lakeswara. Pria itu menyentuh bahu Ozawara dan mendorongnya keluar dengan cara paksa. Meski terasa sulit karena sang kakak menolak. Namun, tenaganya jauh lebih besar sehingga Ozawara berhasil dikeluarkan dari kamarnya. "Dasar Adik durhaka! Kau berani mengusirku dengan kasar," murka Ozawara. "Sudah aku bilang kalau aku mengantuk. Jadi, sampai jumpa besok pagi, Oza," balas Lakeswara bergegas menutup dan kembali menguncinya. Belum sempat mengunci pintu dan tanpa bersiap-siap. Ozawara mendorong pintu dengan keras dan menyelonong masuk ke dalam. "Astaga, Ozawara! Apa yang kau lakukan?!" teriak Lakeswara tertahan. Dahi pria itu terbentur daun pintu dengan keras hingga memerah. Sementara si pelaku langsung duduk di tepi ranjang sambil melipat kaki tanpa merasa bersalah sedikitpun. "Memangnya apa yang aku lakukan? Salah sendiri berdiri di depan pintu," balas Ozawara malas. "Sebenarnya kau ini kenapa, sih? Ada apa denganmu? Apa kau sedang jatuh cinta?" Dulu, pertama kali menyukai Christopher di universitas. Ozawara selalu bersikap seperti ini. Terlebih jika di hadapan mantan kekasihnya itu. Bersikap sangat tidak masuk akal dan manja. "Jatuh cinta sama siapa, bodoh?! Kau tahu sendiri kalau di kamus hidupku tidak ada lagi yang namanya cinta. Kecuali cinta terhadap keluarga dan tidak dengan lawan jenis." Ozawara bukan tipe wanita yang mudah sekali jatuh cinta. Wanita itu memiliki tekad yang kuat untuk mewujudkan cita-citanya. Hingga pada suatu hari, ia masuk ke sebuah universitas dan bertemu dengan Christopher. Pertama kali melihat pria itu, Ozawara langsung jatuh cinta. Sikapnya yang berubah aneh membuat Lakeswara kalang kabut. Selama satu semester, Ozawara hanya bisa mengagumi sosok Christopher yang tinggi, tampan, dan populer. Setelah itu, Ozawara seperti kejatuhan durian runtuh. Christopher mendekatinya dan tidak lama kemudian mereka menjalin sebuah hubungan. Hubungan mereka bertahan selama hampir tujuh tahun. Sampai pada akhirnya, mereka berdua memutuskan untuk ke jenjang yang lebih serius. Namun sayangnya, takdir berkata lain. Hubungan mereka kandas menjelang hari pernikahan karena kecurangan yang Christopher buat. "Aku tahu. Jadi, kau bisa keluar sekarang," usir Lakeswara lagi. "Iya, iya, ini aku mau keluar," sungut Ozawara. Wanita itu beranjak berdiri dan berjalan ke arah pintu. Namun, ia tidak benar-benar keluar dan mengintip dari celah pintu untuk memastikan keadaan di luar. Setelah memastikan keadaan benar-benar aman, Ozawara keluar dengan sangat terburu-buru. Baru menutup pintu, tiba-tiba ia mendengar sebuah pergerakan. Kemudian, sudut matanya menangkap keberadaan Ragana di dekatnya. "Sial! Dia kenapa, sih? Malam-malam begini malah berkeliaran di luar?" umpat Ozawara dalam hati. "Ibu Oza sama Pak Lake kenapa?" tanya Ragana membuat Ozawara terbelalak mematung. Pria itu kembali menjadi pria yang selalu ingin tahu urusan orang lain.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD